P R O M I S E -30-

783 86 28
                                    

"Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf... karena aku yang mengkhianatimu dengan memberi nomormu tanpa izin, aku sadar jika aku sangat lancang. Tapi aku punya alasan untuk itu," ucap Haechan. Seperti perkataan Jeno, mereka benar-benar bertemu dan berbicara empat mata di bangku lapangan outdoor.

"Apa itu?" tanya Jeno.

"Aku hanya ingin hubunganmu dengan kakakmu itu membaik, tidak baik terlalu lama membenci seseorang. Jangan sampai kau menyesal suatu saat," jelas Haechan.

Jeno terdiam sejenak, Haechan memang ada benarnya. Tapi sayangnya hati Jeno masih terselimuti ego, meski perlahan ego itu mulai luntur dengan semua sikap Taeyong padanya. Tapi sayangnya Jeno masih enggan mengakuinya.

"Tapi, Taeyong hyung bahkan lebih memilih menyamar dibanding langsung menghubungiku tanpa menyamar..."

"Johnny hyung bilang, jika Taeyong hyung takut kau akan memblokir nomornya lagi. Itu sebabnya dia menyamar," balas Haechan.

Jeno mengerti, inu salahnya yang sedari dulu memilih untuk memblokir orang yang mengenalkan dirinya sebagai Taeyong. Sebenarnya dia tidak berniat seperti itu, tapi dia pernah mendapat spam tidak jelas dengan orang yang mengaku sebagai Taeyong itu sebabnya dia langsung memblokir nomor-nomor itu dan mengganti nomornya.

"Mianhae... seharusnya aku tidak gegabah dengan memukulmu kemarin," sesal Jeno.

"Gwaenchana, aku tahu kau sedang emosi dan aku juga bersalah karena tidak jujur padamu."

Jeno mengangguk, lalu tersenyum ke arah Haechan.

"Terima kasih...," ujar Jeno.

"Untuk?"

Jeno tidak menjawab pertanyaan Haechan dan hanya tersenyum.



Donghae mengusap wajahnya kasar, karena saat ia kembali dari kantor tadi. Keadaan rumah benar-benar kacau. Bahkan bingkai foto keluarganya tergeletak dimana-mana.

"Dimana Reina?" tanya Donghae.

"Maaf tuan... tadi nona Reina pergi tanpa memberitahu siapapun atau menitip pesan apapun," jelas Hina, selama di Korea dia ditugaskan menjadi asisten pribadi Reina sekaligus menjalankan rencananya dengan Taeyong.

"Kau melihat yang dia lakukan?"

Hina menggeleng, "Tadi nona menyuruhku keluar, saat aku kembali rumah sudah berantakan. Aku pikir ada perampokan, untungnya tidak... tapi nona Reina sudah tidak ada."

Donghae menghela napasnya, lalu memijat kepalanya.

"Jika dia pulang suruh dia menemuiku di ruanganku," titah Donghae yang diangguki Hina.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang