P R O M I S E -62-

389 50 4
                                    

"Apa yang terjadi?" tanya Donghae, setelah Seoyeong menghubunginya tentang keadaan Jeno dia langsung pergi dari kantornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang terjadi?" tanya Donghae, setelah Seoyeong menghubunginya tentang keadaan Jeno dia langsung pergi dari kantornya.

"Reina kembali," jawab Seoyeong.

"Dan Jeno mengalami trauma karenanya," timpal Taeyong.

"Reina? Dimana dia sekarang?"

Taeyong menggeleng, "aku sudah menyuruhnya pergi."

Donghae menghela napasnya, dia mendekati Jeno yang masih terbaring di kasurnya.

"Ini semua karenaku... andai saja aku tidak pernah melakukan kesalahan itu," sesal Donghae.

"Semua sudah terjadi... kata 'andai' tidak akan membuatmu mengulang masa lalu, sekarang mungkin saatnya kau menebus kesalahanmu itu pada Reina," jelas Seoyeong sembari mengusap bahu mantan suaminya itu.

"Kau sudah membuktikan pada kedua putramu jika jau layak menjadi seorang ayah. Lalu kenapa tidak dengan putrimu?" lanjut Seoyeong.

Donghae terdiam sebentar, mencerna ucapan Seoyeong dengan baik.

"Aku akan melakukannya dan tugas pertamaku adalah menemukannya," ucap Donghae.



Reina mengepalkan tangannya, "jadi aku dibohongi?"

"Selama ini aku dihantui penyesalan karena kematian Jeno...tapi semua itu palsu. Sialan!"

"Argh!"

Reina melempar semua yang ada di meja riasnya. Napasnya memburu dengan wajah memerah.

"Beraninya mereka!"

"Kim Doyoung, lelaki itu pasti dalang dibalik semua ini. Obsesi gilanya itu pasti membuat Jeno bisa kembali hidup."

"Aku-

Pandangan mata yang tadinya tajam, menjadi tatapan lembut saat melihat foto sang ibu di meja riasnya.

"Aku belum sempat menuntaskan janjiku padamu, ibu," gumam Reina.



Jeno mengenyit saat cahaya matahari menembus jendelanya, dia mendudukkan dirinya sembari memegang kepalanya.

"Kau sudah bangun... bagaimana sudah merasa lebih baik?" tanya Taeyong dengan nampan di tangannya.

Jeno mengangguk.

"Syukurlah, ini makan dulu," Taeyong meletakkan nampan yang ia bawa ke nakas dekat kasur Jeno.

"Aku akan cuci muka dulu," Jeno berdiri dibantu oleh Taeyong. Ia mengantar Jeno ke kamar mandi. Setelah itu mereka kembali ke kamar Jeno.

"Perlu aku suapi?"

Jeno menggeleng, "aku bisa sendiri."

Taeyong mengangguk, ia mencabut plester gel pendingin yang ada di dahi Jeno.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang