24. Selalu mengalah

104 6 2
                                    

"Makasih banyak kak, mau mampir dulu?" Tanya Zara setelah turun dari motor Bara.

"Emangnya boleh kalo gue mampir?" Tanya Bara sambil terkekeh, seolah menggoda Zara.

Zara pun hanya menggaruk lehernya yang tak gatal, sambil tertawa. Karena jelas tidak boleh, Dirga pasti akan marah besar jika tau.

"Gue tau pasti lo takut Dirga marah kan? Hahah gapapa ko Ra gue balik aja ya. Salamin sama nyokap bokap lo" kata Bara seraya kembali memasangkan helm di kepalanya.

"Iya kak, nan_"

"Kok gak nitip salam buat gue Bar!"

Suara itu membuat keduanya menoleh, Dirga kini berdiri di sambil Bara sekaligus Zara. Bibirnya tersenyum miring kala melihat Bara mengepalkan tangannya kuat, sedangkan Zara hanya menunduk tak berani menatap Dirga.

"Kenapa diem? Masa salamnya buat calon mertua gue doang, buat pacarnya mana?" tanya Dirga sekali lagi, mata Bara semakin menajam.

Tidak ingin menampakkan bahwa ia tengah kesal, Bara pun mengalihkan pandangannya lalu terkekeh, "hahaha, baru pacar kan? Bukan suami"

Dirga tersenyum, detik berikutnya ia merangkul Zara dengan tangan kanannya membuat tubuh Zara tergeser dan kini sangat dekat dengan Dirga.

Tak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini Zara sedang ketakukan, dia sangat takut Dirga akan marah besar padanya karena Zara sudah melanggar larangan Dirga.

"Yuk masuk, ngapain lama-lama didepan pengecut" kata Dirga seraya masuk kedalam halaman rumah Zara meninggalkan Bara yang sekarang sedang mengatur napasnya.

Keduanya masuk kedalam rumah, Dirga pun melepaskan tangannya dari bahu Zara lalu duduk di kursi tamu. Terlihat rumah sangat sepi, karena biasanya mama Zara memang sedang berada di butik dan Miko masih kuliah.

Zara duduk disamping Dirga yang sekarang sedang memainkan ponselnya. Sudah hampir 2 menit mereka hanya berdiam diri, tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Dirga yang kecewa dan Zara yang merasa bersalah.

"Dirga, kamu marah ya?"

Dirga diam.

"Aku minta maaf, tadi kak Miko gabisa jemput karena ada kelas, jadi aku jalan kaki sendirian karena gada angkutan umum, terus kak Bara__"

Zara menghentikan penjelasannya saat Dirga menariknya masuk kedalam pelukannya. Pelukan hangat yang baru kali ini Zara rasakan, jantungnya berdebar hebat, antara senang, salting dan takut kini menyatu.

"Gue yang harusnya minta maaf, gue gabisa anterin lo pulang" ucap Dirga sambil mempererat pelukannya. Selanjutnya Zara membalas memeluk Dirga tak kalah eratnya.

Wangi khas Dirga kini benar-benar tercium dengan jelas oleh Zara. Sangat wangi, dan Zara sangat menyukai itu.

"Aku gapapa kok, aku ga di apa-apain sama kak Bara" jawab Zara, lalu melepaskan pelukannya.

Zara menatap Dirga dengan intens begitupun sebaliknya, terpampang jelas bahwa Dirga sangat khawatir, Zara tahu itu.

"Jangan khawatir, aku janji ini terakhir kali aku deket sama kak Bara"

Jari kelingking yang kecil menghampiri jari kelingking Dirga, membuat Dirga tersenyum kemudian kembali memeluk Zara.

"Maafin gue"

"Eum, aku mau nanya. Sebenarnya apasih alasan aku gaboleh banget deket kak Bara?"

Dirga menghela napas, lalu menatap Zara. "Lo gak perlu tahu, yang penting lo harus nurut sama gue!"

Nada bicara Dirga berubah, membuat Zara hanya mengangguk mengiyakan saja. Toh, jika tidak mengalah bisa-bisa Dirga akan kembali berubah jutek padanya.

"Mau minum apa pacarku?" Tanya Zara menggoda Dirga.

Dirga menggeleng, "gue cuma mau istirahat. Gue numpang tidur ya sampe nyokap lo balik. Baru nanti gue balik"

Ga pulang juga gapapa, batin Zara.

"Aku mandi, terus ganti baju dulu yaa" pamitnya lalu pergi naik ke kamarnya.




——————



Kejadian saat Dirga di rumah Zara seolah-olah tidak terjadi, bagaimana bisa Dirga sekarang kembali menjauh dari Zara. Saat bertemu di kantin pun Dirga tak menyapa Zara, bahkan saat Zara mengajaknya duduk bersama pun Dirga malah pergi begitu saja.

Sudah tidak aneh memang, tapi apa tidak sebaiknya jangan terlalu cuek pada Zara jika memang perduli.

"Dirga lagi kenapa sih?" Tanya Zara pada ketiga teman Dirga.

Galih hanya mengangkat bahunya acuh, galen menggeleng dan Adit tersenyum miring.

"Karena lo, Dirga sama Bara berantem tadi pagi." Jawab Adit, "lo gatau? Padahal rame banget di kerumunin" lanjutnya.

"Hah?"

"Hah heh hoh, ga ngerti lo?" Tanya Adiit.

Detik berikutnya Zara berlari menyusul Dirga, dia ingin meminta penjelasan kenapa harus berkelahi padahal berbicara baik-baik saja bisa.

"DIRGA!" Teriak Zara saat ia menemukan Dirga sedang berbicara dengan Tasya di depan ruang osis. Membuat kedua orang yang sedang fokus pun pada menoleh.

"Aku mau ngomong" ucap Zara lalu menarik lengan Dirga menjauh dari Tasya.

"Gue lagi sibuk Ra!"

"Kamu kenapa harus berantem sama kak Bara? Aku gamau kamu kenapa kenapa! Kenapa ga di bicarakan baik-baik aja kalo emang ada masalah"

Dirga menghela napas, matanya menatap lapangan dengan malas. "Lo gakan pernah ngerti"

"Apa yang aku ga ngerti? Sebenarnya apa masalah kamu sama kak Bara sampai-sampai hal apapun harus di selesaikan dengan berantem?"

"LO.GAK.AKAN.PERNAH.NGERTI!" Jawab Dirga penuh dengan penekanan.

"Oh yaudah kalo emang aku ga ngerti."

Lagi lagi Zara mengalah, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya kembali menatap Dirga.

"Kamu gada yang luka kan?" Tanyanya sambil mengelus lembut pipi Dirga.

Namun Dirga hanya diam, detik berikutnya ia membalikan badan kembali duduk bersama Tasya. Dan Zara hanya mematung ditempat, di pandangnya kedua orang tersebut sedang membahas hal yang Zara tidak tahu, hanya mereka yang tahu.

Zara pun membalikan badannya dan pergi meninggalkan Dirga dan juga Tasya.


————-



Maaf ya untuk part ini pendek.
Semoga kalian tetep suka yaa🙆🏻‍♀️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang