Chapter 12

46 15 1
                                        

Felix dan Changbin pun mengikuti orang² ramai mengantri untuk memasuki rumah hantu didepannya. Sebenarnya Felix tidak merasa begitu takut ketika ia melihat begitu ramainya orang² yg mengantri. Tapi tak lama kemudian, ia melihat ternyata yang memasuki rumah hantu tersebut hanya diperbolehkan 5 orang tiap giliran.

"Bin, rame banget nih, ganti wahana aja yuk"
Felix mencoba untuk memberitahu Changbin diantara ramainya orang².

"Gapapa Lix, lagian kita udah hampir coba semua wahana"
Habis itu, Changbin pun kembali menatap kearah orang² ramai.

Baiklah, Felix pasrah, dia tidak dapat mengalihkan Changbin dari rumah hantu ini. Mungkin dia merasa sedikit menyesal tadi dia meng-iyakan Changbin.
























Setelah menunggu hampir 20 menit, akhirnya giliran Changbin dan Felix pun datang. Mereka berdua pun masuk bersama 3 orang lain didepannya.

"Mau megang tangan gw Lix?"
Felix pun menoleh ke arah Changbin.

"Gak usah Bin, cuman elunya jangan jauh² aja"
Changbin hanya membalas Felix dengan sebuah anggukan.

Sebelum masuk, petugasnya pun membacakan beberapa peraturan² yang harus mereka taati. Tak butuh waktu lama, mereka pun akhirnya diperbolehkan untuk memasuki wahana tersebut.










"Lix, kita kasih mereka jalan duluan aja, biar gak barengan"

"Yah udah"
Felix mengiyakan saja Changbin, walaupun dalam hati sebenarnya dia ingin bersama orang lain agar tidak terlalu seram.

Felix baru saja memejamkan mata dan bernafas dalam², tapi saat dia membuka matanya, orang² yang didepannya tadi sudah tidak ada. Felix pun mulai merasa tegang, tangannya kembali bergerak seperti ingin menggenggam sesuatu.

Changbin sebenarnya ingin mengajak Felix berjalan, tapi dia kembali menyadari keanehan Felix. Dia melihat tangan Felix yang terlihat "aneh", seperti dihari waktu itu dia menangis didekat gerbang sekolah.

Changbin pun berinisiatif untuk memegang tangan Felix. Tapi sebelum dia dapat memegang tangan Felix tiba² saja ada sebuah kepala dengan bercak darah yang jatuh tergantung persis didepan wajah Felix.


".................................................................."


"CHANGBIIIIIIIIINNN!!!!!!!!!!!!!!!!"
Felix langsung terlompat dan memeluk Changbin dengan keras. Sepertinya tangan Changbin akan terluka kalau Felix tidak segera melepaskan pelukannya.

"Tenang Lix, itu boongan,nohtuh liat"
Changbin menusuk² kepala tersebut dengan jari telunjuk nya.

"Gw tau, tapi tetep ngagetin Bin"

"Yah udah, elu sampe akhir megang tangan gw terus aja. Kalau ampe elu lepas, gw tinggalin sendirian lu"
Changbin masih sempat mengambil kesempatan ini untuk mendekatkan diri nya dengan Felix dalam kondisi seperti ini.

"Iiihhhhh jangan gitu dong"
Mereka berdua pun kembali berjalan, dengan Felix yang bergantung ditangan Changbin.





















"Wah gila sih, tadi seru banget. Padahal kita bentar doang yah, tapi keluar² langit udah warna oren aja"

"Udah deh, gw gak mau rumah hantu lagi, terblokir"
Felix pun membungkukkan badannya dan bertopang pada lututnya.

"Cup cup cup kasian. Biar elu seneng lagi, abis ini kita mau makan dulu apa mau naik bianglala dulu?"
Mata Felix langsung membulat mendengar tawaran Changbin barusan.

"AYOK, BIANGLALA DULU! Gw pen refreshing, mau lupain rumah hantu tadi"
Felix pun langsung berjalan sendiri dengan cepat kearah bianglala.

"Keknya barusan dia kayak ilang nyawa nnya, ekarang udah loncat² gitu aja"




















Sekarang mereka berdua menaiki bianglala tersebut dengan pemandangan langit sore yang cukup indah.

"Gila, terakhir gw naik ini tuh kapan yah"
Dengan pelan, Changbin melihat kearah Felix yang terlihat sangat bahagia.

"Elu suka banget Lix naik bianglala? "
Changbin pun memulai percakapan di antara mereka berdua.

"Lebih ke seneng banget sih, bukan suka. Gw terakhir naik beginian tuh pas gw masih kecil, papa gw yang bawa kesini"
Felix menatap Changbin dengan wajah yang sedih, namun mulut yang tersenyum.

"Banyak kenangan nya yah?"
Changbin pun sekarang berpindah tempat duduk disebelah Felix.

"Iya, ini pertama kalinya gw naik bianglala setelah sama papa waktu itu. Pemandangan nya persis kayak dihari pas gw sama papa naik bianglala"

Changbin benar² senang, sekaligus sedih mendengar kenangan² Felix yang terdengar sangat berarti baginya.

Tiba² Changbin pun kembali teringat ke saat dimana tangan Felix di rumah hantu tadi terlihat seperti ingin menggenggam sesuatu.

Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya pada Felix.

"Oh iya Lix, tadi gw sempet ngeliat tangan lu pas dirumah hantu kok kayak, gimana yah jelasinnya, kek elu mau ngegenggam sesuatu? Waktu itu pas elu cerita didepan gerbang sekolah juga tangan lu kayak gitu"
Changbin pun mencontohkan sedikit tangannya kepada Felix.

"Ah, itu, gw tuh orangnya suka physical touch Bin dari kecil. Dan kalau gw lagi di kondisi kayak sedih atau takut, gw spontan coba buat nyari seseorang buat dipegang, kek buat nyari kenyamanan lah itungannya"

Deg, jantung Changbin terasa tertusuk. Dia merasa bersalah pada Felix, padahal itu terlihat sengat jelas kalau dia sedang cemas atau tidak tenang, tapi Changbin hanya terdiam dan tidak melakukan apa².

Belum sempat Changbin menjawab, Felix sudah memulai sebuah topik pembicaraan yang baru.

"Makasih yah Bin, udah mau bawa gw kesini"
Dengan pelan, kepala Felix menghadap Changbin.

"You're welcome, lain kali gw bawa elu ke tempat lain juga deh"

"Gak usah lah, belum tentu lain kesempatan gw masih ada juga"
Changbin sekali lagi terheran² dengan ucapan Felix yang seakan-akan dia mengatakan dia tidak akan menghilang.

Tanpa mereka sadari, giliran mereka di bianglala ini pun telah habis. Mereka telah kembali ke bawah dan mereka berdua pun turun dari bianglala tersebut.

Dan sekali lagi, Changbin dibuat bingung dan bertanya² dengan Felix yang sepertinya menyimpan banyak sekali rahasia.


















-Last Note-

Last Note (Changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang