Renjun meringis ketika memar pada ujung bibirnya diberi salep oleh Jeno, rasa dingin yang menyentuh permukaan kulit terlukanya begitu sakit dan nyeri.
"Jeno, udahan deh. Sakit," tukas Renjun mencekal pergelangan tangan Jeno dan menjauhkannya.
"Loh, tapi memarnya belum dibaluri--"
"Gak perlu Jen, beberapa hari juga sembuh." Renjun menurunkan tangan Jeno, berada diatas paha pemuda Huang.
"Lo ngomong apa sih sampai Mark marah banget?" Tanya Jeno dengan suara lembut sambil mengelus pelipis Renjun menggunakan tangan satunya.
Pemuda Huang mengedikkan bahu. "Temperamennya buruk."
Jeno berdecih, menekan kuat memar Renjun dengan kain hingga sang empu memekik kesakitan. "Api berkobar karena ada yang menyulut-nya."
Mereka berdua mendengar seseorang yang masuk ke ruang kesehatan, Jeno sudah menunggu siapa yang datang dengan mata terus menatap penghalat tirai.
"Kak Renjun--eh?"
Pemuda dengan kacamata bulat tertegun mendapati tatapan dari Jeno ketika menyibak tirai penutup.
Jeno memutar mata jengah, lagi lagi pria kacamata ini. Pria yang berpenampilan kolot.
"Jaemin, kenapa Lo belum pulang?" Tanya Renjun pada pemuda kacamata yang kini sudah berdiri didepan Renjun dan Jeno yang membalikkan badan kearah lain.
"Gue ngerjain tugas diperpustakaan tadi, terus denger kabar Lo dipanggil dekan gara-gara berkelahi," kata Jaemin pada Renjun tapi matanya beberapa kali melirik kearah Jeno yang masih buang muka.
Jaemin dan Renjun adalah saudara satu ibu, beda ayah. Makanya marga mereka berbeda, terlebih paut umur beda tidak jauh hanya dua tahun.
"Gue baik-baik aja Jaem, bilangin sama bunda kalau gue nginep rumah temen." Renjun menyingkirkan peralatan kompres memar lalu tidur selonjoran dengan kakinya dipunggung Jeno.
"Jen, bisa gak Lo antarin Jaemin pulang, motornya mau gue pake buat pulang nanti," pinta Renjun mengelus punggung Jeno dengan kakinya.
"Gila ya! Gak mau ah," tolak Jeno dengan wajah tertekuk, masa dia harus nganterin orang modelan Jaemin begini.
Ngotorin mobil tau gak!
...
Pada akhirnya Jaemin duduk disamping kursi kemudi yang di stir oleh Jeno. "Langsung pulang kan?" Tanya Jeno fokus dengan jalanan.
Jaemin yang sedari tadi menyembunyikan senyuman kini menoleh, melihat pahatan indah wajah Jeno dari samping. "Mau ke toko buku dulu, boleh gak?" Cicitnya kecil takut jika permintaannya mendapat amarah karena tidak tau diri.
"Huh~ baiklah, jangan lama-lama."
Jaemin membulatkan mata, semudah itu? Ia menoleh sepenuhnya pada Jeno. Apakah benar ini Jeno yang sebelumnya menatap tak suka kearahnya?
"Kalau Lo ngeliatin gue kayak gini terus, mending gue turunin dipinggir jalan deh."
"M-maaf," lirih Jaemin menunduk membenarkan posisi kacamatanya yang melorot.
Jeno tidak tau, berapa lama lagi terjebak dengan pemuda bernama Jaemin ini. Ia semakin frustasi dari waktu ke waktu.
Padahal ia mau menghabiskan waktu dengan Renjun, malah terjebak dengan saudaranya. Nasib.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Kama - Harem Jeno
Random( Mature ) """ None of them want to give in to their desires. Start : 08-05-2023 End : 21-07-2023 Karya ke07√ Renno, Jaemjen, Markno, Hyuckno. Warning! BxB Mature