15. Kama

1.1K 85 3
                                    

Tanpa disangka Jaemin dan Jeno berpapasan ketika perbelokan jalan, kesan keduanya begitu berbeda, bila Jeno merespon santai, melirik sekilas dan berjalan lanjut tanpa kendala namun Jaemin malah stang ditempat, mematung dan terus menatap penampilan Jeno yang terlihat berbeda.

"Cantiknya," ujar Jaemin lirih, badannya berbalik demi melihat punggung Jeno menjauh memasuki ruang perpustakaan.

Memang biasanya Jeno selalu cantik di pandangan Jaemin, tapi kali ini seperti ada yang berbeda dengan pemuda Lee itu, bukan soal kacamatanya atau potongan rambut klimis rapih seperti anak baik baik.

Memang terlihat aura yang Jeno pancarkan berbeda, ya mungkin ada sangkut pautnya dengan penampilan sih, yang mempengaruhi auranya.

Tanpa bisa kendalikan, Jaemin mengikuti Jeno. Tidak sampai masuk, hanya didepan ruang perpus, berdiri di depan jendela kaca. Terlihat bila Jeno tengah berbincang dengan pustakawan sambil memberikan sebuah kartu yang Jaemin kenal sebagai kartu anggota.

Bahkan ia baru tau bila pujaannya juga anggota perpustakaan, yang menandakan Jeno salah satu dari mahasiswa yang rajin meminjam buku.

Setelah perbincangan itu, Jeno duduk disalah satu meja panjang yang disediakan, lebih pojok dari meja lainnya tapi masih bisa dijangkau oleh penglihatan Jaemin.

Andai saja Jaemin punya keberanian yang cukup untuk menghampiri Jeno dan bergabung satu meja, membaca buku bersama. Itu hanya menjadi angan-angan yang begitu minim untuk terwujud.

Lee Jeno itu ibaratkan kupu-kupu cantik yang akan pikir pikir bila ingin hinggap di sebuah bunga yang tidak semuanya berwujud indah dan mengeluarkan aroma harum.

...

Saat kelas berakhir, mahasiswa pulang melewati gerbang utama. Ada yang tujuannya pergi ke halte menunggu jemputan ada pula yang berbondong ke parkiran menggunakan kendaraan pribadi.

Jeno yang biasanya menggunakan kendaraan, kini memisahkan diri dengan para temannya sebab ada yang tertinggal di dalam kelas.

Mark, Dong-hyuck, Renjun pun pergi duluan. Di perjalanan menuju kedalam kampus Jeno sempat mengabari Shotaro untuk main kerumahnya, ada yang ingin ia sampaikan.

Selesai dengan urusan ponsel, Jeno menyimpan benda pipih tersebut didalam kantong jaket lalu fokus berjalan menuju ke kelasnya dengan langkah cepat.

"Jaemin!!"

Langkah kaki jeni terhenti, keningnya mengerutkan mendapati kehadiran saudara tirinya ada di kampus. Posisi Jeno yang lumayan jauh membuat ia dengan jelas bisa melihat ketika Yeji berlari menghampiri Jaemin yang berada di depan mesin minuman.

Keduanya terlihat dekat bahkan Yeji menepuk lengan Jaemin beberapa kali sambil tertawa. Sayangnya perbincangan lawan jenis itu tak dapat Jeno tangkap dengan jelas.

"Mereka Deket ya?" Lirih Jeno terus melihat interaksi dua orang yang ia kenali, baru kali ini ia melihat Yeji bertemu dengan Jaemin terlihat seperti teman lama, akrab begitu, padahal setaunya kali pertama Jaemin main kerumahnya ketika ada pertemuan keluarga, dan reaksi yejipun biasa seperti orang asing.

Jeno mengedikkan bahu, tak peduli. Tak ada juga hubungannya dengan dirinya. Tapi tanpa di pinta langkah kakinya malah berputar balik menuju keluar kampus.

"Udah ambil barangnya?"

"Loh, kok Lo gak pulang?" Heran Jeno mendapati keberadaan Mark yang standby diatas motornya.

"Gue ikut nebeng, motor gue dipinjem Dong-hyuck." Mark menyimpan ponselnya lalu menaiki motor Jeno, tangannya terulur di depan wajah Jeno yang masih diam heran di tempat.

"Kuncinya bawa sini, gue yang bawa," minta Mark.

Jeno mendengus tak suka, ia berjalan menuju stir motornya dan mendorong dada Mark agar mundur kebelakang. "Lo kan numpang, ya dibelakang lah."

Mark tak banyak bicara, ia tersenyum sambil mundur kebelakang memberikan ruang buat Jeno duduk didepannya. Ketika motor telah menyala dan siap meluncur, Mark memeluk pinggang Jeno.

Awalnya biasa biasa saja, ketika akan keluar dari halaman seolah melewati gerbang, motor Jeno sedikit oleng karena si empu yang terkejut.

"Jangan kurang ajar, sialan!" Gumam Jeno marah menyingkirkan tangan Mark yang berada didepan selangkangannya.

"Kangen Lo," bisik Mark ditelinga Jeno, membuat pemilik di telinga merinding geli.

"Awas Lo macem-macem gue turunin baru tau rasa!" Ancam Jeno setelah menyikut perut Mark dibelakangnya agar melepaskan pelukannya.

"Ayo Jen, buruan jalan. Anak anak ngeliatin kita."

Mau tak mau Jeno kembali menjalankan motornya yang sempat terhenti dengan tampang sebal, sedangkan Mark kembali memeluk pinggang ramping Jeno sambil tersenyum senang, menaruh dagu di bahu Jeno.

Kebetulan Jaemin juga baru keluar dari dalam kampus bersama Yeji, melihat interaksi manis Mark dan Jeno barusan sebelum motor sport hitam itu meluncur pergi.

"Jaemin, ayo!" Ajak Yeji, menyadarkan pria disampingnya yang malah diam membatu.

"A--ahh ya!"

....

Shotaro berhenti melangkah ketika mendapati sepasang orang tengah bercumbu. "Ekhm!"

Kegiatan cabul itu terhenti, dua pemuda yang tak lain Jeno dan Mark menoleh kearah Shotaro seraya menjauhkan diri.

Tak banyak yang sepupu Jeno itu lakukan, ia hanya menggelengkan kepala dan menekan pin unit apartemen milik Jeno tepat disamping pasangan mesum itu bercumbu.

"Disudut sana ada cctv, kalau mau berbuat mesum di dalam saja," tukasnya tanpa menoleh lalu masuk begitu saja.

Jeno dan Mark saling berpandangan, keduanya tersenyum menahan tawa. Tangan Mark terulur didagu Jeno, menyeka lelehan air liur.

"Angkat panggilan gue nanti ya."

Jeno hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum tipis, tak ada lagi satu katapun keluar. Keduanya sama sama diam sambil lempar pandangan, mengagumi paras indah menawan.

"Gue boleh nginep malam ini?" Tanya Mark yang semakin mendekat, menghimpit tubuh Jeno antara dirinya dan dinding.

Dengan sigap Jeno menahan lalu mendorong pelan agar menjauh. "Ada Shotaro, malam ini dia nginep."

"Gak masalah," bisik yang lebih tua tepat di telinga Jeno. "Lo hebat nahan suara kan?"

Chup!

Rahang Jeno cium oleh Mark, tangan itu mulai memeluk rampingnya pinggang Jeno. Tak ada penolakan malah si pemilik tubuh melingkarkan tangannya di leher Mark balas memberikan kecupan di hidung.

"Lain kali aja ya," tolak Jeno. Sejujurnya ia ingin segera pergi dan terlepas dari suasana begini, tapi tak ingin membuat mood pemuda di depannya buruk.

Meski cemberut, tapi Mark mulai melepaskan pelukannya pada Jeno lalu menjaga jarak. "Yaudah, gue balik dulu. Besok ngampus gue jemput. Gak ada penolakan."

Jeno hanya mengiyakan tanpa protes, setelah berpamitan dan Mark pergi Jeno melunturkan senyumannya, ia menghela nafas lelah.

Begitu masuk huniannya ia merebahkan diri diatas sofa panjang, dari tempatnya sekarang.

"Napa Lo?" Ucap Shotaro heran, melihat sepupunya malas malasan seperti tidak memiliki mood yang bagus. Padahal tadi lagi manis manisnya bercumbu dengan orang lain.

"Berisik ah!"

"Yeu, galak! Pantesan Renjun gak tertarik sama Lo!"

Tatapan tajam langsung Shotaro dapatkan setelah mengucapkan itu. "Sekali lagi bilang itu, angkat kaki Lo dari sini!" Ancam Jeno yang membuat Shotaro bungkam.

[]

[End] Kama - Harem JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang