11. Kama

1.9K 117 2
                                    

"ahh ... Markhh cukup- akh sakit, mphh!"

Mark tak menghiraukan keinginan Jeno untuk berhenti, ia terus menyetubuhi Jeno dengan kasar, seolah melampiaskan rasa kesalnya sebab diabaikan beberapa hari belakangan oleh Jeno.

"Kubilang berhenti, sialan! Ahh Mark!" Jeno menjambak rambut Mark kuat, sampai-sampai empunya meringis kesakitan. Jeno tak akan melepaskan jambakan dan akan semakin kuat bahkan sampai rambut halus serta harum milik Mark lepas dari kulit kepala kalau perlu, Jeno tak peduli.

"Awh sakit, iya iya ... " Mark berhenti dari gerakkannya, namun tak mengeluarkan miliknya dari Jeno.

Jeno yang kesal membalikkan badan memunggungi Mark, tengah merajuk enggan memandang wajah menyebalkan yang datang nyelonong menariknya begitu saja ke apartemennya.

"Jen ... " Panggil Mark lembut.

Jeno memejamkan mata merasakan sentuhan pada lengannya lalu berangsur kebawah menuju perut. Belum lagi kepala Mark yang berada diatas kepalanya, menindih. Tubuh belakangnya bersentuhan dengan dada telanjangnya.

"Lo marah sama gue? Belakangan ini terus menjauh," tuturnya tak henti memberi elusan lembut.

Jeno membuka mata perlahan, tangannya perlahan menyentuh tangan mark yang ada di perutnya. "Karena Lo berubah," jawab Jeno lirih.

Ada keheningan yang melanda beberapa detik, sebelum Mark berkata sama lirihnya dengan Jeno. "Salah ya jika gue jatuh cinta sama lo?"

"Seharusnya lo tau, cinta gue udah berlabuh sama dia, tak ada gunanya mencintai gue, Mark."

"Kata-kata itu lebih pantas untuk lo Jeno, tak ada gunanya tetap menaruh hati pada Renjun. Dia gak pantas masih mendapatkan cinta lo padahal terus menerus menolak lo tanpa beban."

"Diamlah Mark!"

"Tidak sebelum Lo sadar, Renjun tak lebih dari bajingan."

Jeno berontak melepaskan dekapan tangan Mark. "Menjauh dari gue!" Kesal Jeno. Baru saja akan berdiri tangannya ditarik sampai kembali jatuh dan ditanggap oleh Mark kedalam rengkuhan kuat.

"Lo pikir bisa pergi dari gue?"

"Yak!" Jeno semakin memberontak melepaskan diri dari Mark yang semakin kuat menahan.

Uhuk!

"Perut gue ke genjet, sialan!" Marah Jeno memukul tangan Mark yang melingkar diperutnya kuat. Mark hanya tersenyum menyebalkan lalu mencium pundak Jeno beberapakali.

Kulit tanpa penghalang kain tak menjadi masalah atau sesuatu yang aneh bagi keduanya.

"Elo definisi bajingan yang sebenarnya, Mark," ucap Jeno yang baru saja direbahkan paksa diatas kasur, Mark mulai kembali mengungkungnya.

"Ya, gue bajingan yang akan selalu menikmati tubuh lo. Bahkan sampai Lo mati ataupun ... " Mark mendekatkan mulutnya pada telinga Jeno yang langsung ditahan oleh kedua tangan yang berada didada. Tapi sayangnya, tak lebih kuat dari tindihan diatas tubuhnya, " ... Lo udah punya pasangan sekalipun itu bukan sama gue, suatu saat nanti. Gue gak akan lepasin Lo, Jeno."

...

Renjun dan Jaemin baru saja pulang dari kampus. Keduanya memasuki area perkarangan rumah besar keluarga Na, Renjun tanpa beban masuk melewati kedua orang tuanya yang sedang duduk bersantai diruang tengah.

Lalu disusul Jaemin yang mengucapkan sapaan. "Aku pulang." Dan, menghampiri kedua orang tuanya hanya sekedar memeluk ataupun memberi hormat.

"Jaeminie sudah makan?" tanya sang ayah, Jaemin tersenyum lalu mengangguk menjawab pertanyaan si ayah.

ibunya yang ada disamping mengulurkan tangan, memberi isyarat agar Jaemin mendekat. Kini Jaemin berada ditengah antara orang tuanya, bercengkrama sambil mengobrol kecil.

Jaemin memang lebih mendekatkan diri pada orang tua, menceritakan hari yang ia lalui lalu meminta pendapat dan saran jika ada hal yang dirasanya bingung untuk bertindak.

Berbeda dengan Renjun yang memilih menyendiri, menyimpan semua untuk dirinya sendiri dan mengambil jalannya sendiri.

Kepribadian mereka yang begitu bertolak belakang.

•••

Jeno mengerutkan kening, mengambil sebungkus Jelly yang terletak didalam loker miliknya yang terkunci.

"Bedebah sialan mana yang membobol loker gue?" gerutunya kesal berbicara dengan diri sendiri.

Jeno sama sekali tidak tersanjung, ia malah merasa jengkel jika barangnya digaduhi tanpa ijin. Meskipun begitu, tetap saja bungkus Jelly iti dibuka dan disantap isi dalam.

Rejeki tidak baik ditolak, bukan?

"Jeno-yaa~"

Shotaro merangkul bahu Jeno, ikut memandang kegiatan Jeno yang tengah menyusun buku pelajaran didalam lokernya. "Malem ini ada pertandingan balap, Eric melawan Hyunjin. Mau nonton gak?"

Mendengar dua nama pria yan sering berseteru dengannya membuat Jeno mencibirkan bibir. Eric dan Hyunjin, si bajingan tengik menurut Jeno.

"Tidak ah, lebih baik gue bersantai menghabiskan waktu di atas kasur. Males mau bertemu siapapun." apalagi mark. Sambungnya dalam hati.

Karena demi apapun, Mark hanya akan membuat badannya semakin letih kecapek'an dan suaranya serak. Sama sekali tidak membantu kebugaran tubuh.

"Cih," Shotaro berdecih. Tanpa sengaja melihat Renjun berjalan santai di lorong. Tak jauh dari posisi mereka.

"Itu Renjun-- aduh!" Shotaro hampir saja terjatuh ketika Jeno tanpa peringatan menghempas tangannya lalu berlari kearah Renjun dengan binaran ceria pada wajahnya.

"Junnie! baru datang ya?" sapa Jeno menghadang jalan Renjun.

Pemuda didepan Jeno tersenyum dan mengangguk merespon. "Malam ini ada waktu gak?" ajak Jeno, berharap agar Renjun tidak ada kegitan malam ini biar bisa mengajaknya main ketempat tinggal.

Menghabiskan malam berdua.

"Malam ini ... ?" Renjun tampak berpikir. Melihat wajah menanti Jeno. " ... sepertinya gue ada kegiatan."

Sudut bibir Jeno melengkung kebawah, Kecewa dan sedih. Gagal dan Hancur angan-angannya bisa bermanja ria dengan si pujaan hati.

"Memangnya lo mau melakukan apa malam ini?"

"Gue ada pertemuan dengan seseorang."

"Siapa?" Jeno penasaran. "Wanita atau Pria?"

Renjun tersenyum, tangannya terulur mengelus tengkuk Jeno. "Sepupu Jauh," jawab Renjun, mampu mengembalikan senyuman manis Jeno.

Mata Renjun menangkap kehadiran Jaemin tak jauh darinya, berjalan sambil memeriksa buku-buku dipelukannya, masih belum menyadari kehadirannya dan Jeno.

"Ada apa?" tanya Jeno melihat keterdiaman Renjun. ketika ingin berbalik, memandang apa yang dilihat Renjun. Kepalanya ditahan oleh kedua tangan Huang itu.

"Temani gue kekantin ya," pinta Renjun yang pastinya langsung disetujui tanpa banyak pikir.

Jeno menggenggam tangan Renjun, membawanya pergi menuju kantin berdua. Shotaro yang menyimak beberapa langkah dari dua orang itu berdecak sebal memutar mata jengah, mengekori sepasang orang didepannya.

[]

[End] Kama - Harem JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang