12. Kama

1.7K 115 2
                                    

Seorang pria berjas abu-abu duduk di kursi kantor dengan tumpukan berkas diatas meja. tak satupun dari berkas itu yang di urusnya, pria itu malah asik bersandar memandang sebuah foto.

"Sudah hampir 15 tahun, bagaimana keadaan si manis ku?"

tok tok tok

Suara pintu terdengar, pria itu menoleh kearah pintu yang masih tertutup sebelum berkata, "silahkan masuk."

"Tuan Suh, ada yang ingin bertemu dengan anda," ujar sekertaris, dibelakangnya ada pria berjas navy yang mengekori.

"Hai, Hyung. Apa kabar? Lama tidak berjumpa?" Ucap orang itu menyapa pria berjas abu-abu.

Begitu si sekertaris telah undur diri keluar dari ruangan tersebut, barulah Johnny buka suara, "sedang apa kau disini?!"

Raut wajah tak menyenangkan Johnny membuat laki-laki dihadapannya cemberut lalu merengek mendekati seperti anak kecil. "Hyung~ kenapa kartu debitku diblokir~"

Johnny mengurut alisnya mendengar rengekan si adik. "Kau boros, banyak menghamburkan uang."

"Aku kan juga mencari, lihatlah diriku. Apa tidak cukup ini sebagai pembuktian?" Pemuda berjas navy merentangkan tangan, memperlihatkan tubuhnya yang dibaluti setelan kantoran.

Tapi itu tak sedikitpun membuat Johnny peduli.

"Pulanglah, Woo. Hyung sibuk."

Jungwoo, pemuda berjas navy itu menekuk wajah jengkel. "Dasar pelit," Jungwoo berjalan meninggalkan ruangan sang kakak sambil terus mengomel tanpa henti sepanjang jalan. "--semoga dijauhkan jodohnya."

§§§

"Jeno! Kau rupanya si tamu tak diundang?!"

Baru datang, telinga Jeno sudah di suguhi oleh suara tinggi dari kakaknya. Jeno berdesis ngilu menggosok daun telinga. "Berisik banget Lo! Kayak gak pernah liat gue aja!"

Tanpa di persilahkan, Jeno mendorong dada Jaehyun agar dirinya bisa masuk dalam hunian sederhana keluarga baru kakaknya selepas menikah.

"Gak kayak penampilan diluar ya, di dalam rumahnya terlihat mewah," celetuk Jeno menilai rumah baru Jaehyun. Mungkin karena interiornya yang terkesan mewah serba kaca, kristal dan marmer.

"Oh, rupanya Jeno." Taeyong yang tengah memasak tersenyum menyambut kedatangan adik iparnya. Pakaian yang membaluti tubuh Taeyong hanyalah kaos kutang dan celana bokser pendek, jelas memperlihatkan kulit putih itu cacat oleh ruam merah.

"Astaga, lo kayak abis dianiaya, kak," tukas Jeno yang duduk di kursi pantry meja makan, satu furniture dengan meja kompor listrik tempat Taeyong memasak.

Taeyong menimpali tanpa menoleh, "emang."

"Diatas ranjang?" Sambung Jeno, bertanya dengan jawaban yang sudah jelas jawabannya.

"Gini gini, gue juga perkasa. Ya gak yang?" Jaehyun datang entah dari mana, memeluk Taeyong dari belakang lalu mendusal dibahu.

Pakaian kedua pasangan itu hampir sama, sama sama memakai pakaian pendek dan celana bokser. Tapi bedanya Jaehyun memakai kaos oblong pendek bukan kaos kutang seperti Taeyong.

Jeno bergidik geli melihat itu. "Perkasa hidung Lo kotak?" Jeno mulai bangkit dari posisinya dan pergi menjauh, setelah melihat tanda-tanda kemesraan pasutri baru yang akan bercumbu mesra didapur ala ala romansa dewasa.

"Dahlah, mending gue rebahan dikamar." Jeno membuka salah satu pintu kamar dan masuk kedalam sana.

Tak lama kemudian, suara umpatan nyaring terdengar. "DASAR PASANGAN MESUM!!"

***

Jaemin duduk murung di gazebo taman depan rumah keluarga Lee, orang tuanya sedang berbincang membicarakan masalah bisnis lagi.

Sayang sekali kata nyonya Tiffany, ibunda Jeno, Jeno sedang pergi berkunjung kerumah kakaknya jadi tak bisa mengikuti acara makan bersama kali ini.

Padahal Jaemin sudah mempersiapkan penampilan kali ini dengan sebaik mungkin untuk Jeno, tapi orangnya saja tidak ada. Rasanya sia sia saja menghabiskan waktu 3 jam lamanya. Perasaan kecewa dialami Jaemin kini.

Kedua bahu kokoh itu merosot, punggungnya bersandar di sandaran kayu. Duduk termenung, tak tau harus apa.

"Ini Jaemin tempo lalu kan? Beda ya?"

Jaemin menoleh begitu seseorang duduk bergabung di sampingnya, spontan pemuda Na menggeser duduknya menjauh ketika wanita yang ia yakini saudara Jeno duduk bersentuhan dengan bahunya.

Yeji tersenyum melihat itu, ia menoleh, menatap terang terangan Jaemin yang kikuk ditempat. Sungguh tampan, bagi Yeji. Tidak seperti sebelumnya, kini Jaemin menguarkan aura memikatnya.

"Gue Lee Yeji, Lo Na Jaemin anak pertama om Siwon ya," kata Yeji mengulurkan tangan, mau tak mau Jaemin membalasnya sambil mengangguk.

Secara khusus emang bener ia anak pertama dari pasangan Yoona dan Siwon, tapi secara umum dia anak kedua Yoona. Renjun kakak satu rahim ibu, meski beda ayah.

"Boleh minta nomor WhatsApp Lo gak? Lo satu universitas sama Jeno dan Hyunjin kan?" Yeji menyodorkan ponselnya pada Jaemin.

Pada dasarnya Jaemin ini orangnya kurang enakkan jadi ya, di berikan aja. Gak ada salahnya juga kan, malah bagus lagi. Mendekatkan diri pada saudara Jeno.

Yeji tersenyum senang, terus menatap wajah Jaemin tanpa kedip. Menunjukkan ketertarikan secara terbuka, entah Jaemin sadar atau tidak.

"Thanks, entar gue telpon ya?"

[]

[End] Kama - Harem JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang