"Mark ... "
"Kenapa sayang?"
Mark menoleh pada Jeno yang tidur disampingnya, beralaskan tangannya sebagai bantal. Tubuh telanjang keduanya yang penuh keringat dan beberapa hickey terpampang hanya ditutupi selimut putih untuk bagian bawah yang saling bergesekan.
"Mark ... "
"Hm?" Mark mengubah posisinya menjadi tidur menyamping menghadap Jeno, masih dengan tangan yang mulai kebas menjadi bantalan sang pujaan hati.
Jeno tak ada niatan berkata meski terus memanggil nama Mark dengan pandangan lurus menatap langit-langit. Ia tidak tau apa yang mau dikatakan tapi ingin bersuara.
"Mark ... "
Mark tersenyum, menatap wajah Jeno dari samping. Begitu rupawannya manusia ini, ia terus memuja dan berkeinginan untuk memiliki Jeno.
Hanya saja, Jeno tak pernah merespon ajakan untuk seriusnya. Mark tidak tau bagaimana isi hati Jeno tentang dirinya, yang lebih muda tidak pernah mau mengatakan apa yang dirasanya ketika bersama serta sering berhubungan badan.
"Shh ... " Jeno meringis, mencengkram tangan Mark didalam selimut yang meraba dan meremas penisnya.
Mark mulai masuk kedalam selimut, gundukan diarea selangkangan Jeno terlihat besar diluar selimut. Kakinya kini diangkat berada dipundak lalu miliknya dikulum, dimainkan dan diremas-remas.
"Anghh~"
Jeno mendesah keenakan menarik sprai yang sudah berantakan dan mencengkeramnya erat sebagai pelampiasan nikmat dan reaksi tubuh yang mulai kembali bergairah.
Tring~
Suara ponselnya berdering, Jeno berusaha mengulurkan tangan kearah meja kecil disamping tempat tidur untuk meraih ponsel tersebut.
Dengan kegigihan, akhirnya ponsel tersebut dapat terambil. Jeno melihat nama Renjunlah dipanggil, tanpa banyak pikir mengangkatnya.
"Ada apa Huang-ie?"
Mark dibawah sana berhenti, perlahan tubuh Mark berjalan mengungkung Jeno dan keluar dari balik selimut, berada tepat diatasnya.
Jeno memejamkan mata menahan suara yang akan keluar dari bibirnya ketika yang lebih tua malah gencar menggesek milik mereka berdua dengan senyuman dan tatapan penuh makna.
Tangan Mark yang menahan tubuh kini sebelahnya mulai meraba area dada, memberi elusan lembut dan cubitan pada nipple-nya.
"Gue bakal kesana bersama, Mark--- AHH! Mark! Sakit gila! Hnghh~" Hardik Jeno kesal saat bahunya digigit.
Jeno jadi tak fokus dan melempar ponselnya menjauh, ia mendorong dada Mark hingga posisinya kini berganti ia yang berada diatas.
Selimut yang awalnya menutupi tubuh keduanya kini tersingkap. "Dasar kaparat!"
Mark malah tersenyum senang mengelus pinggang Jeno lembut, ia menerima dan menyambut dengan senang hati ciuman tak sabaran Jeno.
...
Renjun mematikan sambungan panggilannya pada Jeno lalu menoleh kearah Jaemin yang tengah memunggungi.
Pemuda Huang itu tau pasti Jaemin tengah patah hati. "Jaem, Lo mau pesen makan duluan?"
Jaemin menggeleng lalu berbalik menatap Renjun sambil tersenyum, menandakan jika ia baik-baik saja.
Mau gimana lagi, inilah resiko jika mencintai seseorang secara sepihak begini. Jaemin benci, kenapa dirinya sebodoh ini. Mendekati orang saja tidak becus, pantas saja ia tak pernah punya teman.
Renjun merangkul bahu Jaemin, keduanya duduk di meja pojokkan. Berbeda dengan teman lainnya yang malah berkumpul ditengah ruangan.
"Coba lo lihat Dong-hyuck," Renjun menunjuk Dong-hyuck yang tengah tertawa bersama Chenle dan Jisung, "menurut Lo gimana si Dong-hyuck itu?"
"Gimana apanya?" Tanya Jaemin tidak paham.
Inilah yang Renjun jengkelkan, Jaemin ini bodoh apa bego. "Penampilannya bodoh! Aduh orang ini," tukas Renjun frustasi.
"Oh~" Jaemin mengangguk paham, ia menatap Dong-hyuck serius sambil membenarkan kacamata bulatnya. "Badannya bagus, wajahnya lumayan tampan juga tapi pakaiannya seperti tak layak pakai, celananya robek-robek terus bajunya bertambal kain beda warna."
Renjun menepuk belakang kepala Jaemin. "Itu bukan tak layak pakai bodoh, tapi trend. Dong-hyuck dan Mark itu orang yang mengikuti perkembangan jaman, beda kayak lo, coba lihat penampilan lo-astaga, seperti orang yang hidup di era 90 an, kuno anjir. Ngapain juga baju kaos kekecilan ini masih dipakai, dimasukkan kedalam celana."
"Ini namanya kerapian," saut Jaemin membenarkan penampilannya. Dulu waktu ia dititipkan didesa, neneknya selalu mewanti masalah penampilan sewaktu ia masih sekolah dasar, jadi ia rasa penampilannya lebih baik dari anak kota.
"Kalau Lo masih mempertahankan penampilan begini yang ketinggalan jaman, jangan harap Jeno bakal ngelirik Lo. Palingan dia jijik."
Jaemin merasa sakit hati dibilang jijik oleh saudara tirinya ini. "Apa gue emang semenyedihkan itu?" Lirih Jaemin sedih.
"Mau gue bantu gak?" Tawar Renjun. Tapi Jaemin ragu, "memangnya mau bantu seperti apa?"
Renjun hanya tersenyum tanpa menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Kama - Harem Jeno
Random( Mature ) """ None of them want to give in to their desires. Start : 08-05-2023 End : 21-07-2023 Karya ke07√ Renno, Jaemjen, Markno, Hyuckno. Warning! BxB Mature