13. Kama

1.2K 89 0
                                    

Jeno berdecak kesal, jika saja tak lupa waktu maka ia tak akan ketinggalan angkutan umum. Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjuk pukul 01 dini hari.

Menelpon Renjun, sudah pasti menggangu. Jam segini pasti Renjun sudah menjelajahi dunia mimpi. Kalau Mark, meski menggangu ia yakin pemuda yang sama marga dengannya itu mau mau saja menjemput, tapi malasnya, Jeno tak mau berurusan dengan dia. Ingin menjaga jarak dulu.

Jadi, opsi terakhir yang dipilihnya adalah menelpon Dong-hyuck. Dering ke lima, panggilan itu baru terjawab.

"Hm~?"

Bukan suara serak yang Jeno dapati khas orang bangun tidur, tapi suara dehem bernada. Diiringi kebisingan musik DJ memekakkan telinga.

"Hyuck! Lo dimana?!"

"Dugem, Napa?"

"Jemput gue!"

"Idih, siapa Lo?!"

"Asu Lo, gue mau ikut dugem! Jemput gak?!"

"Bilang kek! Gue jemput kerumah Lo."

"Gak! Jangan. Gue sekarang tinggalnya di apartemen!"

"Oh gitu, yaudah gue jemput di apart--"

"Enggak! Gue lagi gak di apartemen! Gue di ... Entar di serlok deh, jemput ya."

"Buset, ribet amat hidup Lo. Yaudah."

"Jangan lama ya?"

"Iya bawel, cepetan dah. Gue ewe juga Lo!"

"Hehe ... Boleh om~"

Tanpa banyak drama, Jeno segera mematikan sambungan dan mengirim lokasinya pada Dong-hyuck.

Sekitar 20 menit, Dong-hyuck akhirnya sampai di depan Jeno. Motor besarnya berbunyi nyaring memekakkan telinga, knalpot yang membuat ibu ibu murka.

"Matiin bangsat!" Dengan sedikit berteriak Jeno berucap, tampang wajah marahnya malah membuat Dong-hyuck tertawa dibalik helmnya.

"Cepet naik!"

"Ck." Tanpa mau berlama-lama, Jeno segera naik di jok duduk bagian belakang yang posisinya lebih tinggi dan lebih kecil.

Karena tak ada pegangan dan takut jatuh, Jeno memegang bahu Dong-hyuck. Beberapa detik berlalu tapi motor Sport itu tak kunjung pergi dari halte.

"Hyuck, tunggu apa-- auh!" Tangan Jeno ditarik agar memeluk perut Dong-hyuck, hal itu membuat jarak keduanya dekat tanpa sekat.

"Pegangan, nanti jatuh." Kata Dong-hyuck yang sedikit terendam oleh helm motor ketika menoleh kesamping.

"Ck, cepatlah bodoh" tak tanggung-tanggung Jeno bahkan memukul sisi samping helm Dong-hyuck saking kesalnya.

"Galak bener."

...

Tok tok tok

Renjun menoleh kearah pintu kamarnya yang masih tertutup, dengan segera kertas ditangannya berlogokan salah satu rumah sakit ternama di lipat rapi dan di simpan dilaci meja belajar.

Bersuara pun percuma untuk merespon, karena kamar pemuda Huang itu di desain kedap suara. Alhasil, ia bangkit dari posisi duduk di kursi meja belajar sudut ruang kamarnya menuju pintu yang ada di sebrang.

Ceklek!

Begitu pintu terbuka, terlihatlah sosok Jaemin yang hanya menggunakan pakaian rumah; kaos putih sablon dengan ukuran sedikit oversize dibadan dan celana bokser hitam hiatas lutut dengan motif centang di sisi kanan bawah.

[End] Kama - Harem JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang