Waktu

1.4K 46 3
                                    

Matahari pagi yang cukup terik untuk jam yang masih tergolong pagi,meski ini masih pukul 6.35 pagi tapi jalanan sudah di penuhi kendaraan yang berlalu lalang,suara klakson bersahutan dan jalan raya seperti ajang lomba paling cepat berkendara,saling melaju saling mendahului tanpa ingin mengalah,suara teriakan karena takut terlambat atau sumpah serapah karena saling menyerobot tanpa ingin tertib,sudah tak asing begitu lah kondisi jalanan ibu kota.

Gadis berambut panjang itu tampak santai tanpa menghiraukan hiruk pikuk kendaraan yang lain,dia hanya fokus menyetir dan sesekali mengikuti lantunan lagu dari radio di mobilnya.

"Kenapa harus rebutan ,kalau antri justru lebih mudah "
dia berbicara sendiri dengan mengukir senyum heran dengan tingkah Manusia di pagi itu.

Rutinitas dirinya yang harus berangkat ke kantor yang sudah ia jalani hampir 2 tahun ,menjadi sekretaris sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi sektor perdagangan , membuat nya sudah terbiasa dengan keadaan di jalanan ,macet,meski dia selalu berangkat lebih awal,tapi kondisi jalanan yang tidak bisa di tebak kapan sepinya.

Dia terlalu mandiri ,meski mampu membayar supir tapi dia lebih memilih menyetir sendiri,baginya apapun itu selagi mampu untuk di lakukan kenapa harus menunggu orang lain.

Sikap yang sudah menjadi kebiasaan nya,tidak memiliki orang yang akan mendengar nya bercerita,hanya teman kantor yang hanya sesekali mengajak nya berbicara,rumah yang sepi dan hidup sendiri ,sudah menjadi pelengkap hidupnya sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah pertama .
Keadaan membuat nya berubah, menjadi kuat menjadi orang yang tidak percaya dengan sekitarnya,dan memiliki prinsip hidup yang berbeda dengan manusia lainnya,tidak suka berada di tempat ramai atau menghabiskan waktu sekedar menonton  ,tidak tertarik dengan hal yang berbau liburan, menghabiskan waktu dengan monoton,dia mengikuti keadaan yang sudah lama berbeda.
Sejak dia kehilangan cahaya hidupnya ,hal yang harus dia miliki tapi terenggut kisah tragis yang harus di terima.

Dia memasuki gerbang utama perusahaan tempat dia bekerja hampir 2 tahun belakangan, menunggu portal itu di naikkan dan menunjukkan kartu identitasnya.
Setelah beberapa detik ,ia melaju pelan mencari parkir yang masih kosong,bahkan ketika orang berebut memarkirkan kendaraan lebih dekat ke pintu utama ,dia memarkirkan mobilnya di Baris halaman depan tujuan nya agar lebih mudah untuk pulang tanpa mengantri.

Setelah mematikan mesin mobil,dia meraih tas yang berada di jok sebelahnya, memundurkan sandaran kursi dan Merapi kan baju yang di pakai nya,dengan baju kemeja coklat pendek di lengkapi rok berwarna senada karena perusahaan tidak memiliki aturan untuk menentukan seragam karyawan,hanya perlu sopan ,dan sopan memiliki versi masing masing.

Dengan memegang tas di sebelah kanan,bekal di tangan kiri,dia berjalan perlahan menuju pintu utama perusahaan.
Meski banyak orang berlalu lalang tidak membuat fokusnya berubah untuk sekedar menyapa atau melirik sejenak.

Memasuki lift yang berisi beberapa orang,berdiri dengan menghadap ke depan pintu yang mau tertutup.

"Eh tau ga,gue semalam kan jalan ke mall,pacar gue selingkuh,tapi gue biasa aja"

"Lu bukannya selingkuh juga?"

"Gue ga selingkuh,cuma nyoba hal baru aja,toh belum nikah kan bebas milih "

"Sialan ,tapi boleh juga ide lu "

"Haha gila "

Meski dia tidak ikut dalam obrolan orang di belakang nya,tapi dengan jelas dia bisa mendengar arah pembicaraan mereka.

Dia mengepalkan tangannya dan terlihat matanya mulai berkaca-kaca menekan sesak yang datang tiba tiba.
Dia memejamkan mata sejenak dan menarik nafas dalam-dalam dan melepaskan perlahan,ini masih pagi untuk mengutuk hari.

Hanya AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang