🍁 Marahnya Devi 🍁

177 9 0
                                    

🍁🍁🍁

Anya bersyukur sekali Ardi panggil dia buat naik ke atas panggung saat itu. Setidaknya dia bisa hindari pertanyaan Devi yang Anya sendiri gak tau pasti apa jawabannya.

Yah, tapi imbasnya begini. Devi marah serius sama dia. Sudah dari tiga hari lalu acara makrab berakhir, dan selama itu juga Anya belum bicara sama salah satu kawannya itu. Ya gimana mau bicara, kalau setiap Anya mendekat Devi selalu menghindar?

Anya tahu Devi marah bukan cuma perkara dia yang gak jawab pertanyaannya malam itu. Devi marah karena banyak hal. Dan satu yang pasti, sumbernya ada pada si anak kelas sepuluh yang baru mereka kenal kurang dari satu bulan.

"Gimana? Udah berhasil bujuk si Devi?"

Berlatar di ruang kelas, Anya menghela nafas dan menggeleng lesu waktu Mitha bertanya demikian. "Susah Mit, dia beneran gak kasih gue celah buat ngomong."

Mitha pun ikut menghela nafas, mengerti sekali gimana sifatnya Devi yang sedikit kekanak-kanakan. Dia pun gak bisa berbuat banyak, cuma bisa menepuk pundak Anya memberi semangat.

"Sabar sabar aja. Noh, urus dulu bocah Lo tuh!"

Anya mengeryit atas itu. Tapi begitu dirinya ikuti arah pandang Mitha, dia mengerti. Yah, siapa lagi bocah yang selalu merecoki kak Anya selain Gala.

"Kak Anya!!"

"Urus sendiri ya, gue ke kantin dulu." Mitha tepuk pundak Anya satu kali lagi sebelum jalan keluar kelas dengan kasih senyum penuh arti. Dan Anya mendengus jengkel karenanya.

"Loh kak Mitha mau kemana?" tanya Gala waktu dia papasan sama Mitha di bangku depan.

"Gak perlu tau, bukan urusan Lo."

Gala sedikit cemberut, liatin kak Mitha yang lanjut jalan keluar kelas sampai menghilang dibalik pintu. Dengan masih dalam keadaan kesel karena jawaban kak Mitha, Gala jalan samperin kak Anya dibangkunya. Dan begitu pandangan mata mereka bertemu, Gala lekas ubah raut wajah.

"Hehe...kak Anya," tampak ceria seperti diawal kedatangannya.

"Apaan?" kak Anya tampak acuh dan malah sibuk sama buku bacaannya.

Tapi meski begitu Gala tetap senyum, ulurin dua tangannya yang pegang kotak kecil ke depan kak Anya. "Buat kakak!!"

Kak Anya total alihkan fokus, tatap kotaknya sebentar lalu tatap Gala, "Dalam rangka?"

"Ini kan hari terakhir aku jadi asistennya kak Anya, jadi aku mau kasih sesuatu buat kakak. Sejenis kenang-kenangan lah supaya kakak ingat aku terus."

Kak Anya terima kotaknya, dibuka. Ada gelang rupanya, dengan manik-manik yang colorful dan ada satu bentuk kepala kelinci warna pink yang ukurannya sedikit lebih besar dari manik-manik yang lain.

Lucu, sih. Tapi jelas itu bukan style-nya dia.

"Gimana? Suka gak? Itu aku buat sendiri loh!"

Kak Anya gak ngerespon banyak, cuma bilang makasih lalu kembali taruh gelangnya dikotak. Setelahnya fokus lagi sama buku dan total abaikan keberadaan Gala disana.

Jelas aja itu buat Gala merengut, "Gak mau dipake?"

"Nanti."

Yah Gala gak berharap banyak sih. Dengan kak Anya terima pemberiannya aja itu udah patut disyukuri.

🍁🍁🍁

Gala niatnya mau ke perpustakaan—cari beberapa materi buat tugas kelompok. Tapi ditengah jalan disetop sama kak Devi yang tiba-tiba teriakin dia dari belakang.

--My Culun Boy--Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang