Badai Pasti Berlalu

49 7 1
                                    

"Nak, kamu belum makan dari pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nak, kamu belum makan dari pagi. Nanti kamu sakit," ucap Ratih yang melihat Keanu duduk termenung di kursi tunggu tidak jauh dari ruang ICU.

Keanu menggeleng. "Mana bisa aku menelan makanan, Ma. Anak dan istriku … Mama lihat sendiri, kan, bagaimana keadaan mereka?"

Ratih yang berdiri memeluk Keanu, membiarkan kepada anaknya itu menempel di perutnya. Dia mengusap kepala Keanu karena hanya itulah yang bisa dia lakukan saat ini. Kesedihannya melihat menantu dan cucunya berjuang untuk hidup tidak sebanding dengan apa yang kini dirasakan oleh Keanu.

Hari ketiga dan belum ada tanda-tanda Syahila atau bayinya akan sadar. Meski alat vital mereka berfungsi dengan baik, tetapi mata mereka terpejam. Keanu pun sudah tidak bisa meminta cuti lagi dari kantor. Dan dia tidak mungkin bisa bekerja dengan keadaan yang seperti sekarang.

"Kamu percaya kalau Syahila akan sadar?" tanya Ratih.

Keanu mendongak kepada ibunya dan mengangguk.

"Kalau begitu kami harus makan dan jaga diri. Syahila bisa kaget kalau dia lihat keadaan kamu yang begini," lanjut Ratih.

Air saja susah melewati kerongkongan Keanu, mana mungkin dia bisa memaksakan diri untuk menelan. Tadi ada beberapa teman mengajar Syahila yang datang menjenguk. Namun, mereka tidak bisa masuk ke ruang ICU karena hanya keluarga yang diizinkan masuk.

"Aku akan masuk melihat anakku dulu, Ma." Kemudian Keanu berdiri dan meninggalkan Ratih di sana bersama beberapa orang yang duduk tidak jauh dari kursi Keanu.

Keanu mengunjungi bayinya lagi yang masih dengan kondisi yang sama. Dari monitor terdengar suara detakan jantung yang jauh lebih kencang darinya. Mata Keanu tertuju pada tubuh mungil yang terdapat selang di wajah dan dadanya.

"Papa datang lagi, Sayang. Kamu tidak bosan, kan, dengar suara Papa?" Dia meletakkan tangannya di inkubator dan diusapkan pelan, seolah-olah dia sedang menyentuh pipi bayinya.

"Papa kangen, jadi jangan lama-lama datangnya. Nanti Mamam kesepian," ucap Keanu.

Keanu berada di ruangan itu cukup lama, menemani bayinya yang tampak pulas. Tiba-tiba Keanu yang ingin pergi dari sana langsung mengurungkan niat. Dia tidak boleh ikut dalam intrik kerajaan yang membuat kita saling menghunuskan pedang. Namun, suara tangis berupa rengekan dari dalam inkubator memaksanya untuk ikut campur di dalam sana.

Mata Keanu membesar begitu melihat bayinya merengek khas bayi yang mana seharusnya tempat itu sudah kosong karena  dalang pengrusakan eleminya yang lain, terlebih Mozart dan musisi dunia lainnya.

"Kami bangun, Nak?" tanya Keanu, masih kaget tetapi tidak bisa menyembunyikan bahwa dia lega.

Suara tangis bayi di dalam inkubator terdengar. Senyum mengembang di wajah Keanu. Dengan cepat, dia menekan tombol untuk memanggil dokter agar dokter itu datang untuk memeriksa bayinya.

Kiyomi: Kehangatan yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang