Tidak Tahu Harus Menjawab Apa

53 11 0
                                    

Sejak usianya sepuluh tahun, Syahila hanya tinggal bersama ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak usianya sepuluh tahun, Syahila hanya tinggal bersama ayahnya. Ibunya meninggal karena kanker payudara yang terlambat dideteksi. Sepeninggal ibunya, Syahila yang merupakan anak periang tidak banyak bicara lagi. Dia seolah-olah menarik diri dari segala pertemanannya dan memilih untuk belajar sehingga rasa kehilangannya bisa terobati. Terlebih ayahnya yang sibuk bekerja dan mengurus rumah karena Syahila yang terbiasa diurus segala keperluannya oleh ibunya belum bisa mengerjakan pekerjaan rumah apa pun.

Memiliki ayah tunggal membuat Syahila bergantung hanya kepada ayahnya. Setiap pagi, ayahnya yang lebih sering berangkat kerja saat sore menyiapkan sarapan untuk Syahila, bahkan  sampai Sayhila dewasa ayahnya masih sering mencuci pakaiannya. Dan sekarang, semua pekerjaan itu dilakukan sendiri oleh Syahila.

Namun, itu hanyalah salah satu dari sekian banyak alasan Syahila merasa kehilangan. Hermawan adalah ayahnya, satu-satunya orang yang selalu berdiri di belakang Syahila. Dia menemaninya dan mengobati setiap luka yang dirasakannya. Kini, dia sendirian. Rumah yang tidak begitu besar itu mendadak terasa begitu luas dan Syahila hilang di dalamnya.

Sudah dua minggu sejak kematian Hermawan. Syahila sudah seminggu kembali bekerja. Dia berusaha untuk selalu tersenyum dan mengajar seperti sebelumnya. Tetapi ketika dirinya tiba di rumah, dia kembali terisak-isak mengingat kenangan ayahnya di setiap sudut rumahnya. Matanya selalu bengkak di pagi hari dan menempelkan es baru ke wajahnya sudah seperti menjadi ritual wajib sebelum dia berdandan untuk ke sekolah.

Jika sebelumnya, dia menyukai hari Minggu, maka hari itu telah menjadi hari yang paling dia hindari. Saat Minggu, dia tidak pergi mengajar dan hanya senndiri di rumah, sehingga dia akan teringat akan ayahnya dan juga ibunya. Dan itu makin menghancurkan hatinya.

Saat itu Syahila menyibukkan diri dengan menyapu halam rumahnya. Dia menoleh setelah mendengar suara klakson mobil, dan menemui mobil hitam milik Raka, Kakak tertua Keanu, terparkir di depan rumahnya. Dari kursi kemudi keluar Keanu yang tersenyum lebar kepada Syahila.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Keanu, lalu berlari kecil memasuki halam rumah Syahila.

Syahila menatap Keanu dari kaki ke kepala dan dia mengerutkan kening karena lelaki itu tampak sangat rapi.

"Mau ke mana pagi-pagi begini rapih amat? Mana pinjam mobil lagi?" tanya Syahila.

"Mau jemput Tuan Putri yang paling cantik di dunia," jawab Keanu dan langsung menyambung, "dunia fauna."

Syahila memukulkan sapu lidi yang dia pegang ke betis Keanu karena kesal.

"Enak aja, kamu tuh yang paling jelek, di dunia binatang," balas Syahila kesal.

"Tidak apa-apa yang paling jelek, asalkan satu-satunya di hatimu," gombal Keanu mencolek-colek lengan Syahila.

"Dihh, jangan pegang-pegang!" sungut Syahila.

Kiyomi: Kehangatan yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang