I

54 9 0
                                    


Soobin's POV

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku mencoba untuk tidak menangis dan berteriak di saat yang bersamaan. Harusnya ini adalah hari impianku! Hari sakral yang menjadi incaran semua gadis sejak masih kecil. Berada di altar dengan pria yang mereka cintai, pernikahan klasik serba putih, dan tamu undangan dari teman-teman terdekat. Tentu saja aku memimpikan hal itu!

Berdiri di altar seperti saat ini. Tema pernikahan serba putih. Teman-temanku yang datang memeriahkan acara. Benar-benar cocok dengan pernikahan impianku. Hanya saja satu hal yang belum terpenuhi. Seperti yang bisa kau tebak, aku berdiri di sini bukan dengan lelaki impianku. Mengapa? Karena ayah dan ibuku memaksaku untuk menikah dengan bos mafia paling ditakuti di Seoul.

Siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.

Sebelum aku melanjutkan lebih jauh, biarkan aku menceritakan kepadamu apa yang terjadi sebelum pernikahan konyol ini berlangsung.

Tiga minggu sebelumnya...

Sejak pagi ibuku menghubungi untukku segera pulang. Aku sedang di tengah-tengah perkuliahan saat ia meneleponku. Padahal sudah kubilang kalau aku masih ada perkuliahan sampai pukul lima sore dan ini masih kelas pertama. Belum ada dua jam aku meninggalkan rumah tapi ia menyuruhku untuk keluar dari kelas dan mengikuti utusan ibuku. Ibu Jang. Perempuan paruh baya yang merupakan kepala asisten rumah tangga di rumah. Aku tidak begitu menyukainya karena ia galak sekali. Atau mungkin itu sebenarnya yang dinamakan dengan ketegasan? Pastinya aku tidak menyukainya sejak kecil.

Mengabaikan pesan ibuku, aku mulai membuka halaman baru di notepadku dan mencatat materi hari ini lewat benda digital itu. Memangnya ibuku mau apa jika aku tetap berada di sini dan mengabaikan pesannya itu? Menggeretku keluar? Mana mungkin. Imagenya terlalu berharga untuk menyeretku keluar.

Mungkin semuanya selalu berpikir hal yang sama. Mengapa aku begini dan bersikap tidak sopan kepada orang tuaku? Pertama, kami tidak sedekat itu. Selalu ada pagar pembatas diantara aku dan mereka. Kedua, aku menghormati mereka hanya sebagai orang tua saja. Sayangnya hal ini justru mereka gunakan untuk memanipulasi semua keputusan hidupku. Sialan kan?

Kesalahan terbesarku adalah tidak pernah belajar dari kesalahan. Salah satunya saat ini, aku menyepelekan dedikasi ibu Jang sebagai kepala asisten rumah tangga. Beberapa menit setelah aku mengesampingkan pesan ibu, suara seseorang terdengar di pengeras suara yang terhubung secara terpusat. Suara operator terdengar setelah bunyi nada klasik dan mengatakan,

"Panggilan ditujukan kepada Hwang Soobin dari Jurusan Arsitektur untuk menuju Ruang Konselor sekarang juga. Terima kasih."

Jung Haerin, sahabat terbaikku menyenggolku dengan sikunya saat aku sama sekali tidak bergeming.

"Apa?" Bisikku dan meliriknya.

"Kau dipanggil, bodoh!" Ucapnya dengan nada kesal.

Dosenku yang sedang menjelaskan langsung berhenti dan matanya mencari sosokku di antara mahasiswanya. Posisi kelas yang tribun membuatnya cukup mudah untuk menemukanku karena tak lama ia menunjukku dengan spidol di tangannya. Wajahnya datar saja tapi secara gesture ia mempersilahkanku untuk keluar.

"Kau boleh keluar, Soobin-sshi."

Aku mengemasi barang-barangku lalu sebelum keluar kembali berbisik pada Haerin. "I'll call you later."

Haerin hanya mengangguk saat aku keluar dari kelas. Hampir seluruh isi kelas menatapku dan sesekali berbisik. Bahkan aku masih sempat mendengar salah satu dari mereka berbisik,

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang