XII

27 3 0
                                    



Soobin's POV

Aku bangun pagi ini dan seolah seperti reflek yang selalu ku lakukan sejak hari itu, tanganku mencoba meraih ke bagian samping. Saat masih tidak mengdapatkan apapun, mataku terbuka lebih lebar melawan pancaran sinar matahari. Taehyung sudah pergi, sama seperti hari-hari kemarin. Sejak hari itu ia ia mengabaikanku seperti ini. Tanganku yang lain kini meraih ponsel yang berada di atas nakas dan mencoba memencet nomor telepon Namjoon dari riwayat panggilan.

"Selamat pagi Nyonya Hwang." Terdengar suara ramah Namjoon. Aku juga bisa mengangkap suara kendaraan di belakang.

"Hai, pagi. Apakah aku bisa berbicara dengan Taehyung oppa?" kata-kata yang terdengar seperti mantra itu kuucapkan hampir setiap pagi.

"Maaf Nyonya, bos Tae saat ini masih bersama dengan seorang klien."

Aku mendengar suara Namjoon dari ujung telepon. Sebelum menutupnya aku hanya mengucapkan terima kasih dan melempar benda persegi itu ke atas kasur. Sudah hampir seminggu Taehyung mengabaikanku sejak ciuman kami hari itu. Jika kau berpikiran setelahnya kami melakukan hal-hal yang AKU inginkan, kalian salah. Hari itu Taehyung melepaskan ciuman kami lalu melewatiku dan masuk kedalam kamar mandi seolah aku punya penyakit menular. Lebih dari setengah jam ia tidak keluar dari sana jadi aku memutuskan untuk menghabiskan waktu seharian di perpustakaan untuk membaca.

Keesokan harinya juga sama saja, ia masih tetap mengabaikanku dan begitu seterusnya sampai hari ini. Ia selalu pulang di kala aku sudah tidur dan pergi sebelum aku bangun. Ritmenya sama seperti itu hampir seminggu ini dan jujur saja membuatku kesal. Setidaknya ia harus menjelaskan terlebih dahulu apa maksudnya sebelum menghindariku seperti ini! Apalagi setiap ku hubungi ia tidak akan membalas pesanku. Dan menitip pesan kepada Namjoon juga ku rasa percuma karena tidak ada hasil pada akhirnya.

Berdiri di depan cermin aku menatap wajahku yang kini sudah mulai membaik dibandingkan dengan beberapa hari lalu. Perban yang menempel kini sudah dilepas dan menampilkan bekas luka pada pipi dan leherku. Semuanya di bagian sebelah kiri. Saat disentuhpun sudah tidak terasa apapun selain gatal karena luka yang menutup mulai mengering. Dokter Byun mengatakan bahwa aku tidak perlu khawatir karena lukanya akan hilang tanpa bekas jika aku secara rajin mengoles salep yang diberikannya.

Ponselku kembali berdering dan mungkin aku terlalu berharap bahwa itu adalah Taehyung karena seketika kecewa saat melihat nama Haerin di sana.

"Ya?"

"Wow, tidak ada 'selamat pagi sayang' atau 'hai manisku'?"

Jika ia benar-benar di hadapanku saat ini aku akan memukul kepalanya itu dengan batu. Tapi tidak, aku bukan psikopat jadi hanya membalas dengan nada kesal yang ku lebih-lebihkan.

"Ugh, hai nona Haerin. Ada yang bisa ku bantu?"

"Kau jadi ikut tidak?"

Ikut? Ah iya aku hampir lupa, pesta Seokjin oppa!

"Tentu saja! Kau harus menyiramku dengan arak kalau aku sampai menolak."

Ada keheningan beberapa saat tapi kemudian Haerin melanjutkan, "Kau sudah bilang kepada suamimu belum? Siapa tahu ia akan memperbolehkanmu pergi tanpa pengawalan tuan Terminator."

Great. Aku lupa kalau aku harus memberitahu Taehyung soal ini. Tapi, hey, kalau dipikir lagi ia sama sekali mengacuhkanku kan? Kalau itu permainan yang ingin ia lakukan, aku akan dengan senang hati menanggapinya.

"Tenang saja semua akan kuurus." Kataku akhirnya.

Kami mengakhiri telepon itu dan aku mulai menyusun rencana supaya bisa pergi tanpa pengawalan Jonghyun. Walaupun ku rasa usahaku akan sia-sia juga sih. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang