XVI

2 1 0
                                    


Soobin's POV

"Kau yakin masih akan tetap mengurung diri di sini selamanya?" tanya Haerin setelah ia selesai memasukkan semua pakaian yang ia bawa untuk menginap kedalam tas.

Sudah hampir seminggu sejak kami mengalami tragedy traumatis itu, dan sudah hampir seminggu juga aku hanya mengurung diri saja di dalam kamar tamu bersama Haerin. Beberapa kali aku berpapasan dengan Taehyung saat sedang mengambil makanan di dapur dan aku tahu betul ia ingin mengajakku berbicara, namun aku selalu kabur dan menolaknya. Menjadikan Haerin sebagai alasan.

Padahal kalau dibandingkan denganku, Haerin jauh menghadapi semuanya lebih baik dibandingkan dengan diriku. Sampai hari ini aku masih merasa sulit untuk bisa tidur nyenyak hingga kantung mataku nampak jauh lebih gelap.

"Kau terlihat seperti panda." katanya menunjuk pada mataku.

Aku menghembuskan nafas berat, menatap pada selimut yang menutupi sebagian kakiku. "Entahlah, aku sangat ingin berbicara padanya. Tapi sepertinya aku takut."

"Takut?"

Perasaanku sama sekali tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Beberapa kali aku mendapati Taehyung sedang berbicara di telepon dengan seseorang saat ia di dapur. Saat itu juga aku langsung berbalik arah dan kembali ke kamar tanpa mengatakan apapun.

"Aku takut kalau nanti aku mendengar sesuatu yang tidak ingin ku dengar." Ucapku mencoba menahan tangis.

"Mau sampai kapan kau berlari terus, Soobin? Tidakkah akan jauh lebih mudah untukmu menyelesaikan segala urusanmu dengannya? Lebih cepat lebih baik bukan?"

Aku menceritakan semuanya kepada Haerin, terutama momentum Jonghyun yang tiba-tiba mengucapkan kata-kata itu kepadaku. Cukup kaget juga sebenarnya saat mendengarnya mengatakan itu.

Setiap manusia pernah membuat kesalahan, tapi bukan berarti mereka adalah orang jahat. Begitu pula dengan bos Tae.

Menurut Haerin apapun keputusanku nantinya, ia akan selalu mendukungku. Suatu hal yang membuatku cukup lega mendengarnya. Terlebih pulang ke rumah orang tuaku sepertinya bukan lagi menjadi pilihan jika sesuatu terjadi pada pengambilan keputusanku kelak. Tapi semoga apapun yang ku pilih nanti tidak membawaku ke depan pintu rumah kedua orang tuaku. Itu saja.

"Iya juga sih...aku akan mengajaknya berbicara nanti."

Tepat saat aku baru saja mengatakannya, pintu kamar diketuk dan Haerin sudah melesat untuk membukanya. Nampak Taehyung berdiri dan dari suaranya yang rendah aku mendengar ia mengatakan bahwa Jungkook sudah datang di bawah. Ku pikir ia tidak akan di rumah hari ini karen kalau tidak salah dengar dari Namjoon kemarin ia seharusnya pergi ke salah satu kelabnya yang lain untuk bertemu si kembar.

Tatapan mata kami bertemu dan entah mengapa pandangannya terlihat....sedih? Ah sepertinya bukan sedih, namun terluka. Mungkin itu kata yang jauh lebih tepat untuk menggambarkan bagaimana ia terlihat saat ini.

Ia berbalik meninggalkan kami dan aku berjalan keluar membawa tas Haerin untuk menemui pacarnya di bawah. Kami berjalan dalam diam bahkan saat kami sampai di pintu depan.

"Ingat kata-kataku, jangan ditunda." Katanya sembari memelukku erat.

"Jaga diri, okay?" sahutku setelah mengiyakan ucapannya.

Haerin berlalu bersama Jungkook dan mungkin hanya perasaanku saja, saat ini seseorang sedang berdiri tepat di belakangku. Tapi dari aroma parfum maskulin khas miliknya, aku tahu kalau itu adalah Taehyung. Membalikkan badan instingku benar karena ia menyapaku dengan senyum simpul miliknya.

"Aku—"

"Bisa—"

Aku menggeleng dengan senyum yang masih menempel di bibirku dan membiarkannya melanjutkan. "Bisakah kau ikut denganku sebentar? Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu."

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang