IX

12 3 0
                                    


Author's POV

Butuh se-per-sekian detik untuk Taehyung tersadar. Lebih tempatnya saat ia menyadari Soobin—istrinya, berjalan keluar dari dalam ruangan tanpa perlawanan. Setidaknya ia benar-benar tersadar saat Namjoon masuk beberapa saat kemudian memotong pembicaraan Sooji yang tak begitu didengar untuk mengatakan bahwa perempuan itu sudah kembali pulang. Pada saat itu Taehyung merasa sedikit lebih baik.

"Taehyung, apakah kau mendengarkanku?" Tanya Sooji akhirnya dan kini sudah mendominasi personal spacenya (read: duduk tepat di samping kasurnya).

Yang diajak bicara masih tediam dan kini menatap pada pintu. Andai saja ia bisa menemukan suaranya tadi dan menahan istrinya itu untuk tetap bersamanya. Tapi tidak, ia menjadi pengecut karena sesuatu dalam dirinya tak bisa menjelaskan siapa Bae Sooji dalam kehidupannya. Setidaknya untuk hidupnya saat ini. Menanamkan pada pikirannya bahwa Sooji bukanlah siapa-siapa selain mantan jauh lebih mudah ketimbang menghadapinya secara langsung. Andai ia bisa dengan tegas mengatakan bahwa Sooji adalah mantannya.

An ex. That's who she is. Pikir Taehyung meyakinkan diri sendiri, dan kini menghela nafas panjang.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya taehyung kemudian, suaranya terdengar dingin dan cenderung ketus.

Pertanyaan Taehyung yang tiba-tiba cukup membuat kalimat Sooji terhenti begitu saja. Matanya mencoba mencari kehangatan dari laki-laki yang sempat memadu kasih bersamanya selama kurang lebih lima tahun itu. Tapi karena mendengar keseriusan dari suaranya, akhirnya ia mencoba untuk menjawab juga.

"Aku..." katanya terbata. "Aku hanya khawatir. Aku datang secepat ya—"

"Kupikir tidak ada lagi hubungan diantara kita setelah apa yang kau katakan kepadaku malam itu."

Keheningan kembali menyapu keduanya, kali ini Sooji duduk di tempatnya dengan sangat canggung. Memori tentang malam itu kembali muncul terlebih setelah apa yang terjadi kala itu. Taehyung bahkan masih bisa merasakan rasa sakit di hatinya. Bertahun-tahun ia tak berani membuka hati karena awalnya ia mengira hatinya masih diisi oleh sosok Bae Sooji. Namun seiring berjalannya waktu—khususnya setelah bertemu Soobin, ia tahu bagaimana hatinya dipenuhi kebencian. Tapi kenapa saat berhadapan langsung dengan mantan kekasihnya itu tetiba ia menjadi kaku? Apakah pesonanya sekuat itu?

"Sebenarnya ada banyak hal yang ku pikirkan setelah malam itu, dan jujur aku sangat menyesal." Katanya seakan rasa malu berada dalam kosa-kata kamusnya. "Aku ingin kita kembali bersama lagi, seperti dulu." Sooji meraih tangan Taehyung sembari menatap laki-laki itu dengan tatapan dalam.

Jika Sooji melakukan hal ini sebelum ia bertemu seorang gadis bernama Hwang Soobin, mungkin ia akan mengiyakan dengan percaya diri tanpa berpikir dua kali. Walaupun ia sendiri masih belum yakin dengan perasaannya terhadap istri yang dinikahi kurang dari 72 jam itu, tapi setidaknya ia sudah cukup yakin untuk melepaskan masa lalunya bersama mantan kekasihnya.

Taehyung menarik tangannya dan menatap perempuan itu tepat di matanya dengan ekspresi marah. Bukan dalam nalurinya berlaku kasar terhadap perempuan, tapi tetiba rasanya muak diperlakukan seperti ini. Seolah Sooji tahu bahwa tak mudah menyingkirkan wanita itu dari kehidupan Taehyung dan ia menggunakan kesempatan itu dengan begitu licik. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan parasnya yang begitu rupawan.

"Aku sudah menikah, jika kau masih belum sadar juga." Katanya dengan penekanan pada kata menikah.

"Aku akan menunggumu. Setahun? Dua tahun? Aku tahu kau sebenarnya tak mau kan menikahi bocah itu?" ucapan Sooji benar-benar membuat darah dalam tubuh Taehyung rasanya mendidih. Tapi belum sempat ia menjawab, Sooji sudah menambahkan lagi. "Setelah setahun, atau dua tahun, ceraikan dia lalu kembalilah kepadaku. Aku tahu kau masih mencint—"

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang