VII

11 5 0
                                    


The Wedding of Kim Taehyung and Hwang Soobin, The Mariott Hotel

Soobin's POV

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku mencoba untuk tidak menangis dan berteriak di saat yang bersamaan. Harusnya ini adalah hari impianku! Hari sakral yang menjadi incaran semua gadis sejak masih kecil. Berada di altar dengan pria yang mereka cintai, pernikahan klasik serba putih, dan tamu undangan dari teman-teman terdekat. Tentu saja aku memimpikan hal itu!

Berdiri di altar seperti saat ini. Tema pernikahan serba putih. Teman-temanku yang datang memeriahkan acara. Benar-benar cocok dengan pernikahan impianku. Hanya saja satu hal yang belum terpenuhi. Seperti yang bisa kau tebak, aku berdiri di sini bukan dengan lelaki impianku. Mengapa? Karena ayah dan ibuku memaksaku untuk menikah dengan bos mafia paling ditakuti di Seoul.

Siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung!

Ia berdiri di sampingku dengan senyum palsu menyapa tamu undangan yang hampir seluruhnya asing. Dari seluruh tamu undangan yang datang aku hanya mengenal Haerin. Sahabatku itu berdiri di dekat ibu dan ayahku, sedang membicarakan sesuatu tapi dilihat dari mimik wajahnya kurasa Haerin sama sekali tidak menyukai arah pembicaraan mereka.

"Sayang?" aku mendongak menatap Taehyung yang menyentuh punggungku tiba-tiba. Mungkin wajahku sudah terlihat tidak enak sama sekali karena sedari tadi aku menahan tangis. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir. Saat ini aku benar-benar tidak bisa membedakan mana yang tulus ataupun dibuat-buat. Semua terdengar palsu di telingaku.

"Tidak," kataku lirih. "Aku tidak apa-apa."

Ia menatapku cukup lama, kemudian mengalihkan pandangannya kearah seseorang di belakangku. Mengikuti pandangannya aku bisa melihat Yoongi yang baru saja masuk kedalam ruang ballroom. Ia menggunakan tuxedo formal dan maniknya mencariku.

"Namjoon." Kudengar suara Taehyung memanggil kepala keamanannya itu dan hanya dengan mengikuti arah pandang bosnya, ia langsung bergegas menuju pintu masuk.

"No!" tanganku sudah meraih ekor gaun yang ku kenakan dan berlari pada Yoongi, tapi seketika itu pula Taehyung menahanku. Cengkeramannya tidak erat, tapi cukup untuk membuatku berhenti.

"Jika kau masih ingin melihatnya hidup, maka berhentilah sekarang juga." Ia berbisik tepat di telingaku.

Rasanya seperti jantungku turun ke perut saat melihat Namjoon, dan satu pengawal lainnya yang ku tahu namanya adalah Jaehyun, membawa Yoongi keluar. Mereka sama sekali tidak membuat kegaduhan dan melakukannya dengan sangat rapi. Apalagi mengingat tubuh pacar, ah tidak, mantanku itu jauh lebih pendek dibandingkan dengan dua pengawal Taehyung.

Mataku semakin panas dan ingin rasanya menangis. Mungkin itu pula yang dirasakan oleh Taehyung karena detik berikutnya ia mendekapku dan berpamitan kepada tamunya. Ia menuntunku ke bagian belakang panggung, berjalan keluar dan menjauh. Tak lama kami memasuki ruang ganti, mengusir siapapun di dalamnya hingga menyisakan kami berdua.

"Jahat!" tangisanku pecah dan memukul dadanya yang bidang itu. Ia hanya diam saja dan tidak menahanku bahkan walaupun aku memukulnya bertubi-tubi. Aku tahu tenagaku memang tidak sekuat itu dan tidak mungkin juga membekas luka. Tapi ia benar-benar hanya diam saja bahkan setelah aku memberinya sumpah serapah.

"Sudah?" tanyanya kemudian.

"Kau sungguh jahat! Semudah itu mengatakannya?!"

Aku berjalan menjauh dan memilih untuk duduk di salah satu sofa menangisi nasibku ini. Bagaimana bisa semudah itu ia mengancamku dengan menggunakan Yoongi? Titik terlemahku saat ini memanglah Yoongi, bagaimanapun juga aku masih belum bisa merelakan kenyataan bahwa kami harus berpisah. Tidak ada kata putus di antara hubungan kami, tapi seakan sadar kalau tidak mungkin kami masih menjalin kasih dikala aku menjadi istri orang. Terlebih, istri Kim Taehyung.

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang