XVII

1 0 0
                                    

Soobin's POV

"Jangan lupa hari ini kau ada jadwal untuk briefing bersama dengan produser dan sutradara jam 2 siang."

"Okay, terima kasih."

"Hey, setidaknya bersemangatlah! Aku bekerja ekstra keras kemarin supaya mereka memilihmu sebagai talentnya."

"Iya iya terima kasih manager Kim Doyoung yang sudah membuat namaku semakin melejit."

"Aku menerima bentuk terima kasihmu dalam bentuk hanwoo beef."

"Belum juga aku bekerja kau sudah merampokku."

"Baiklah, aku akan menemuimu di gedung agensi H, okay?"

Setelah mengiyakan Doyeon, aku langsung mematikan sambungan telepon. Aku meletakkan ponselku itu asal saja ke atas kitchen counter. Saat ini aku sedang membuat sarapan untukku sendiri. Tidak bisa dikatakan memasak juga sih, karena yang ku lakukan hanyalah memotong buah dan merebus tiga butir telur. Kalau sudah dalam mode masuk dalam proyek pekerjaan seperti ini, aku harus benar-benar menjaga apa yang masuk kedalam tubuhku. Maka dari itu ku putuskan untuk makan ini saja.

"Selamat pagi Nyonya Hwang," aku mendengar suara Namjoon yang kini sudah berdiri di ambang pintu dapur. Seperti biasa ia sudah dalam keadaan rapi dan siap untuk bekerja. Aku sendiri heran, kapankah pengawal-pengawal ini pernah beristirahat dan bersih diri karena seingatku aku tidak pernah melihat mereka keluar dari area rumah.

"Pagi," sapaku dengan senyuman ramah.

"Bos Tae pagi ini sudah berangkat ke Incheon bersama Jaehyun."

Ah iya, pagi tadi aku terbangun tanpa Taehyung. Ia sudah berangkat untuk bekerja lebih dahulu. Sesuatu dalam diriku merasa kecewa tidak bisa melihatnya pagi ini, tapi yasudah lah. Toh nanti malam kami juga akan bertemu. Eh tapi kenapa aku mengharapkannya ya?

"Oh, begitu kah?" kataku lalu memasukkan satu potongan apel kedalam mulut. "Lalu kenapa kau masih di sini?"

"Bos Tae meminta saya memberikan ini untuk Anda." Katanya dan kemudian menyodorkan sebuah Tiffany Box berwarna biru muda dengan pita cantik di atasnya.

Apa ini? Apakah ini caranya untuk membujukku?

Walaupun pikiranku sudah menjurus ke ranah buruk, namun tanganku seolah melakukan hal lain dengan mengambilnya dan langsung membukanya. Sebuah gelang cantik dan elegan bertengger di sana. Hanya dengan melihatnya secara sepintas, aku tahu gelang ini pasti mahal sekali. Terlihat kilauan dari batu yang duduk dengan cantik melingkari gelang.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Aku sampai lupa kalau sedari tadi Namjoon masih berada di sini bersamaku. Ia sampai pamit dan menghilang saja aku sampai tidak tahu.

Gelang ini cukup membuatku terkesima tapi tetap ya, aku harus kuat iman dengan tidak menganggap apapun yang terjadi kemarin hanya angin lalu saja. Namun entah mengapa pada akhirnya aku tetap memakainya. Amat sangat kontradiktif dengan apa yang aku pikirkan barusan. Bagus sekali, Hwang Soobin. Kau baru saja menjadi seorang hipokrit!

Setelah menyelesaikan sarapanku aku memutuskan untuk bersiap-siap saja, mengingat aku harus terlihat maksimal supaya managerku itu tidak semakin cerewet saja dengan apa yang sudah ia lakukan. Padahal ia managerku dan sudah menjadi salah satu tugasnya untuk memberiku peluang pekerjaan. Bagaimanapun juga aku membayarnya untuk itu.

Mengingat hari ini aku hanya akan melakukan briefing saja, jadi aku hanya menggunakan pakaian smart casual. Aku mengambil blazer berwarna beige dan blus berwarna putih. Tak lupa celana senada yang akan membuat tubuhku semakin jenjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

White MustangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang