reddest; O17

80 13 13
                                    

Ucapan selamat tak henti Sanciya dengar dari teman, guru, bahkan Ibu Salimah salah satu penjual jajanan di kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan selamat tak henti Sanciya dengar dari teman, guru, bahkan Ibu Salimah salah satu penjual jajanan di kantin.

Menjuarai olimpiade sains adalah kabar baik yang sangat ditunggu oleh Pak Hartono selaku Kepala Sekolah. Merasa bangga karena sains club adalah ekskul penunjang nama Pramudya sekarang.

Damian, yang sedari tadi berada di kelasnya, berbucin ria dengan Yael. Karena saat ini IPA 2 sedang jamkos.

"Emangnya kelas lo juga nggak ada guru, Dam?"

Lelaki ini menggeleng, sambil mengunyah ciki yang ia beli saat istirahat. "Nggak ada, katanya semua guru lagi rapat buat UAS, makanya gue di sini."

Ciya mengangguk, menumpukan kepalanya pada meja. Melihat sekeliling, suasana kelas yang tidak terlalu berisik, ada yang tertidur, mencorat-coret papan tulis, bermain ponsel, bahkan membuat lingkaran duduk untuk bergibah.

Dan. . . Sergio yang sedang sibuk mengikat sabuk hitam taekwondonya, apakah dia akan latihan?

Setelahnya lelaki itu bermain ponsel, seolah memisahkan diri dari segalanya dan asik dengan dunianya. Rasanya sedikit kangen saat mereka masih 'dekat' karena sekarang nggak ada lagi alasan untuk mereka berdua saling bertukar kabar, karena Sanciya takut Sergio benar-benar nggak mau berhubungan lagi.

Tersenyum getir, dikala Yael dan Damian saling bertukar rayuan. Memandang keduanya, mempuanyai pasangan semanis itu, kah?

Ciya beranjak dari duduknya, yang membuat keduanya menatap Ciya bingung. "Mau ke toilet, abis itu mau ke koperasi beli pulpen." Tanpa aba-aba, langsung saja Ciya menuju pintu kelas dan hilang di belokan koridor.

Padahal dirinya sama sekali nggak mau ke toilet ataupun koperasi, hanya suntuk dengan keadaan kelas. Mau nyari angin.

Ciya melihat lapangan basket indoor yang luar biasa sepi, tidak ada orang satupun. Langsung saja Ciya berjalan ke arah tribun kiri, duduk dan menselonjorkan kedua kakinya. Merenggangkan sedikit dasi pada kerah seragamnya. Sendiri berasa lebih baik.

Ciya tidak mengajak Yael karena tidak mau mengganggu orang pacaran, apalagi Yael sedang di masa masa bucin. Ciya tidak tahu rasanya, tapi Ciya akan berikan waktu itu untuk mereka berdua.

Saat sedang melamun, Ciya mendengar langkah kaki, dan sekilas melihat laki-laki memakai seragam taekwondo— Sergio?

Buru-buru Ciya bersembunyi di antara kursi tribun, mengintip di celahnya.

"Ji?"

Oh— Aji?

"Aji, aku tau kamu nggak bakal suka sama aku. Tapi aku cuma utarain apa yang aku rasain, aku tau banget kamu nggak mungkin rasain apa yang aku rasa." Saat mendengar kalimat itu, Ciya melihat lawan bicaranya, gadis dengan kursi roda.

Aji masih aja bergeming, enggan memberikan respon apapun.

Gadis itu memajukan kursi rodanya, maksud mendekat dengan lelaki yang ada di depannya. "Nggak apa-apa, Ji. Setidaknya aku punya semangat untuk hari esok, asal lihat kamu, aku tenang."

Mengamit kedua tangan Aji, Naya tersenyum, walau Ciya yakin senyuman itu bukan kebahagiaan. "Ji—"

"Naya, saat ini gue bahkan nggak ada waktu untuk masalah ini. Gue sibuk sama masa depan gue. Maaf."

Membalikkan badannya enggan melihat adegan selanjutnya, Ciya bingung dengan apa yang barusan ia lihat.

"Gokil, ya? Sains club bener-bener nyapu bersih semua kejuaraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gokil, ya? Sains club bener-bener nyapu bersih semua kejuaraan. Pantes aja Pak Hartono bolehin pulang setengah hari kemarin. Ekskul kesayangannya menang." Sambil menatap ponselnya, Jagad mengunyah sepotong cokelat yang Bi Sarah sediakan.

Jagad dan Sadewa sedang berada di rumah Aziel, ya Aziel.

Sudah lama sejak kejadian babak belur itu, seolah Aziel ditelan waktu, hilang bagai debu.

Bocah berparas luar biasa itu sedang bermain games di playstation, tidak merespon apapun. Hanya 'pura-pura tidak mendengar.'

Nama Sanciya seolah hilang dari daftar orang yang ingin dia lindungi, padahal tadinya, nama itu ada di deretan teratas. Karena gadis itu, Aziel punya sedikit semangat untuk menyambut hari esok.

"Pertandingan kita ditunda, makin-makin deh Pak Hartono juteknya. Gue nggak tau deh, ya. Apa salah ekskul kita segitu dituntutnya untuk menang. Pasti ada saatnya kita di atas dan sebaliknya. Kenapa seakan kita tuh harus sempurna banget?" Masih aja yang dari tadi misuh-misuh itu Jagad, Sadewa mengedikkan bahunya.

"Padahal ditunda juga karena masih euforia kemenangan ekskul sains club, kan? Jadi bukan salah kita, tugas kita cuma menang. Udah." Jawab Sadewa akhirnya.

Sudah terlalu banyak beban sebagai ketua ekskul dan kapten basket Sekolah Pramudya, menanggapi bawelnya Kepala Sekolah dan rumor-rumor tidak jelas yang tersebar di kalangan siswa-siswi. Dan itu semua membuat Aziel makin sensitif aja.

Beranjak dari duduknya, hendak mengambil pesanan makanan yang dirinya pesan untuk teman-temannya.

Saat sampai di pintu depan, tepat sekali saudara tirinya yang baru pulang dan memakai seragam taekwondo. Aziel sudah tahu Sergio habis latihan.

Mereka berdua saling bertatapan, tetapi sekian beberapa detik, Sergio langsung berlalu begitu saja.

"Gimana kabar Ciya?"

Kali ini nada suara Aziel tidak senyebelin biasanya, makanya Sergio terkejut.

Tapi lebih terkejut dengan pertanyaannya.

Tersenyum seolah menertawakan tingkah pengecut Aziel, "lo yakin nanya pertanyaaan itu ke gue? Nggak salah?" Jawab Sergio.

Aziel berbalik, menatap saudara tirinya itu sepenuhnya. "Jujur gue nggak bisa lupain dia, kalau emang lo nyerah, gue bisa ngejar dia lagi."

Menghembuskan napasnya kasar, "bukannya dari awal dia punya lo?" Membuka sabuk hitam taekwondonya, "dari awal dia bukan punya gue, Zel. Jadi lo bebas, gue nggak ada urusan apapun. Toh, lo juga ogah berbagi."

Pada akhirnya Sergio berlalu, menyisakan Aziel yang mengangkat satu alisnya, tanda memastikan sesuatu.

Tanpa sadar bahu Sergio kaku, seperti bukan dirinya yang biasanya.

. . .

Hi👋👋👋

[i] reddestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang