Tidur setelah hujan membasahi bumi memang sangatlah nikmat. Apalagi ditemani oleh kekasih halal yang insyaallah diridhoi oleh sang maha pencipta.
Namun, dering dari jam weker yang sudah diatur waktunya agar tetap membuat pemiliknya terbangun tak bisa ditepis dari telinga. Sesuai tugasnya, alarm dari jam weker itu membangunkan tidur pulas seorang insan yang paling dekat dengan posisinya ditempatkan.
"Hmmm, udah sepertiga malam ternyata," erangnya pelan dengan suara khas orang bangun tidur.
Diraihnya jam weker tersebut lalu tombolnya digeser ke tanda off.
"Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihinnusyuur," ucapnya setelah mematikan alarm dan ingat dirinya belum berdoa sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat hidup kembali setelah mematikannya sejenak dengan tertidur.
Lalu, kepalanya menoleh ke samping kanan, di mana ada bidadari yang menemani tidur panjangnya malam ini.
Perlahan tangan kanan Alamsyah bergerak, pun dengan badannya yang bergeser mendekat. Selanjutnya, dengan lembut tangan kanan itu memindahkan anak rambut dari kening bidadari surga yang sangat ia cintai ini.
"Ay, bangun yok. Waktunya tahajud," bisiknya lembut di telinga kanan sang istri.
Tak ada respon, Alam mengulang ajakannya.
"Nur Aisyah Fitriah, Humaira... ayo bangun yok, sholat dulu baru lanjut tidur."
Diguncangkannya lengan sang istri agar segera bangkit. Alam yakin wanitanya ini pasti sangat lelah hari ini sehingga lama dibangunkan. Biasanya hanya sebentar saja langsung semangat 45 untuk bangun sholat sunnah bersama sang imam.
"Sayang..., Ayolah Istriku, kita cari surga sama-sama. Ay nggak mau gitu ke surga jalur tahajjud bareng suami?" ucap Alam lagi dengan nada manjanya.
Rupanya ucapan Alam tersebut memancing bibir sang istri untuk tertarik ke sudut, memberikan senyuman yang sudah tak bisa disembunyikan lagi oleh kantuk.
Ya, wanita itu sudah bangun sejak bisikan pertama, hanya saja matanya masih berat untuk dibuka.
"Aih, malah senyum dia. Mas cubit nih biar tahu rasa ngerjain suami, umm...."
"Auhh, Mas!!"
"Hahaha lagian sih lama banget dibangunin. Giliran mas bilang begitu saja senyam senyum sendiri."
Aisyah mencebik, kali ini matanya sudah terbuka sepenuhnya menatap keindahan dunia serta keindahan ciptaan Allah di depannya, senyum manis dari bibir pria tampan yang ia temui pertama kali di kampus.
"Sakit tahu," protesnya lagi sembari berusaha bangkit dari tempat tidur lalu melakukan hal yang sama dengan Alam sebelumnya, berdo'a setelah bangun tidur.
"Hehehe, maaf, Ay. Ya udah sini mas gendong aja ke kamar mandi sebagai gantinya."
"Eh, ndak usah, mas masih ngantuk juga, nanti Ais kebanting," sahut Aisyah lalu memcepol rambut panjangnya dengan jedai sebelum turun dari ranjang dan berlalu meninggalkan sang suami yang terbengong seorang diri karena ditinggal istri.
"Dasar, udah dibangunin, ditungguin, eh malah ditinggal suaminya," omel Alam tetapi dia tak kesal, hanya gemas akan kelakuan sang istri.
Aisyah sebenarnya bukan tanpa alasan meninggalkan suaminya untuk lebih dulu masuk kamar mandi. Dia ingin mempersiapkan handuk, sabun dan pasta gigi yang semalam ia ketahui habis. Tentunya sebagai istri ia ingin suaminya menemukan barang-barang tersebut sudah tersedia di tempat khusus mereka meletakkan barang-barang tersebut untuk digunakan, bukan lagi di tempat khusus mereka menyimpan persediaan karena berbeda tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Untuk Aisyah 2
Teen FictionDua insan yang saling mencinta, yang selalu mengandalkan kekuatan jalur langit untuk saling memiliki, akhirnya disatukan dalam indahnya mahligai pernikahan. Namun, cinta saja tak cukup untuk melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Ujian pra ni...