Mata Aisyah masih beradu dengan mata gadis di depannya. Senyum manis terulas di bibir gadis itu.
"Apa kabar, Aisyah?" Satu pertanyaan membuka percakapan setelah keduanya lama terdiam.
Aisyah menyeka matanya yang berkaca-kaca karena hal sebelumnya, ia kemudian tersenyum kepada gadis di depannya ini.
"Al-alhamdulillah, saya baik-baik saja, Mbak. Mbak sendiri bagaimana keadaannya? Kok di rumah sakit, ada yang sakit?"
Gadis itu lagi-lagi tersenyum, ini kali pertama mereka berbicara baik-baik saja layaknya teman baik.
"Alhamdulillah baik juga. Saya di sini sedang mengantar calon suami saya mengambil obat."
"Owh gitu." Aisyah manggut-manggut.
"Kamu sendiri kenapa di sini? Siapa yang sakit?" tanya gadis itu antusias.
"Owh, saya, kerabatnya mas Alam melahirkan, jadi kami di sini menjenguk."
"Hmm gitu, mas Alam-nya di mana sekarang? Kok nggak lihat?"
"Masih di mushola, Mbak."
Kali ini gadis itu yang manggut-manggut. Keheningan kembali terjadi di antara mereka. Sepertinya mereka masih canggung karena masa lalu.
"Dania!"
Satu panggilan membuat keduanya menoleh, ada seorang pria yang terlihat lebih dewasa dari mereka.
"Eh, Mas. Udah obatnya?"
"Iya, nih," balas si pria dengan tangan terangkat di mana obat itu berada.
Pria itu mendekati mereka, tersenyum pada Aisyah sembari mengatupkan tangan.
"Mas, kenalin, ini Aisyah, adik tingkatku di kampus dulu."
"Oh, hai Aisyah, saya Rama, calon suaminya Dania."
"Aisyah," balas Aisyah dengan sopan dan tangan terkatup.
"Hmm, Aisyah, sepertinya kami harus pulang, kami duluan, ya."
"Oh iya, Mbak. Silahkan."
"Tapi kamu harus ingat ucapan saya tadi, jangan lupa terus berdo'a karena ini hanya sebagian dari ujian kalian. Jangan lupa juga untuk ikhlas karena kalau sudah ikhlas, nanti Allah akan kasih yang lebih baik." Dania tersenyum manis sembari memegang bahu Aisyah seperti menguatkan.
"Iya, Mbak. Terima kasih, ya."
"Sama-sama, kalau begitu kami permisi dulu, Ais. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah."
Aisyah melepas kepergian gadis yang dulu pernah bersiteru dengannya karena dirinya dekat dengan pria yang kini menjadi suaminya. Setahun tak bertemu, Aisyah melihat banyak perubahan darinya. Penampilannya jauh lebih sederhana dan muslimah, calon suaminya juga terlihat baik dan ucapannya tadi membuat Aisyah sadar akan sesuatu.
"Jika kamu ikhlas, maka akan diganti dengan yang lebih baik," ulang Aisyah.
Ia tersenyum mengingatnya karena secara tidak langsung Dania juga mengatakan hal itu untuk dirinya sendiri.
Dulu Dania yang paling tak suka pada Aisyah karena ia mencintai Alam dan tak mau Alam dengan orang lain, begitu ia ikhlaskan Alam bersama Aisyah, Allah memberikan calon suami yang tampan dan terlihat baik untuknya.
"Semoga memang baik untuk mbak Dania, semoga juga mereka berbahagia dunia akhirat ya Allah, aamiin ya rabbal'alamiin." Aisyah tersenyum manis sembari menangkup wajah dengan kedua tangan.
Bahunya tiba-tiba merasa ada yang menyentuh, membuat Aisyah terkejut dan segera berbalik.
"Mas?"
Ia terkejut menemukan suaminya sudah berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Untuk Aisyah 2
Novela JuvenilDua insan yang saling mencinta, yang selalu mengandalkan kekuatan jalur langit untuk saling memiliki, akhirnya disatukan dalam indahnya mahligai pernikahan. Namun, cinta saja tak cukup untuk melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Ujian pra ni...