Bab 14

73 6 0
                                    

"Kamu sudah makan, Di?"

Satu pertanyaan yang diberikan mampu memecah kesunyian yang tercipta sejak beberapa waktu lalu, dan itu terjadi saat menunggu lampu kembali hijau di tengah macetnya lampu merah.

Diana yang ditanya menoleh, ia berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Su-sudah, Kak," balasnya terbata.

Azwan mengangkat sebelah alisnya, ia menatap Diana untuk beberapa detik sebelum Diana kembali mengalihkan pandangannya, seolah memang menjaga pandangan dari Azwan.

"Kalau belum jawab belum aja, Di. Ngapain bohong juga sih sama kak Azwan?"

"Eh? Eng-gak, si-siapa yang bohong?"

Diana tak terima, padahal dia memang benar berbohong. Tapi bagaimana pria ini bisa tahu dirinya sedang berbohong?

"Hehehe, kamu lucu, keliatan kok, muka kamu laper gitu." Azwan terkekeh, padahal dia tadi mendengar suara perut Diana yang tak disadari gadis itu karena sibuk memainkan ponselnya sebelum Azwan membuka pertanyaan.

"Tapi aku...."

"Hustt, sudah," Azwan memberikan kode dengan telunjuknya, "di depan ada rumah makan seafood, kita mampir sebentar mau, kan? Kak Azwan juga laper, nih."

Azwan tersenyum manis sekali, membuat Diana diam tak mampu menjawab.

"Gimana? Mau, kan?"

"I-iya, deh, tapi Diana beneran nggak laper, ya. Bukan bohong seperti yang Kakak bilang."

"Ahahah, iya-iya."

Azwan puas terkekeh dibuatnya. Diana sendiri mencebik, bukan maksud berbohong tapi dia memang tak lapar. Hanya saja dia tadi sedikit berbohong dengan jawaban sudah makan saja. Dia belum makan tapi masih kenyang karena tadi pagi sarapan nasi goreng buatan si kembar sepupu Aisyah, kebetulan dua hari ini mereka menginap di rumah Furqon karena Furqon dan istri sedang ke luar kota bersama beberapa anggota keluarga yang lain untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu anak saudara Farida yang mendapatkan jodoh di luar kota.

  Akhirnya mobil hitam itu berhenti di parkiran sebuah rumah makan seafood. Beberapa kali keluar jalan-jalan dengan Diana dan Aisyah sebelum ia pergi ke Kalimantan, mereka sering kali memesan seafood sebagai menu karena mereka bertiga menyukai makanan yang berasal dari kekayaan laut. Sebenarnya Azwan tidak terlalu, hanya saja karena dia melihat dua gadis itu begitu menyukai seafood, dia pun harus menyukainya juga, dan satu hal yang tidak ia ketahui adalah Diana sama seperti dirinya, hanya saja gadis itu belajar menyukai seafood karena Aisyah yang kerap kali memaksanya mencoba sejak mereka masih anak-anak.

"Umi, Abi sehat, Di?"

Azwan yang sudah jarang berkunjung ke sana menanyakan kabar dua orang baik tersebut. Selain memang ingin mendengar kabar sahabat ayahnya itu, ini juga agar mereka tak saling diamkan saja saat menunggu pesanan datang.

"Alhamdulillah, sehat. Sekarang mereka lagi di luar kota."

"Luar kota? Ngapain?"

"Mbak Dena, anak saudaranya umi menikah dengan orang Sunda, mereka sekarang ada di sana hadiri acara pernikahan mbak Dena."

Azwan manggut-manggut mendengarnya. Kemudian mereka kembali diam sampai pesanan datang.

"Selamat menikmati," ucap sang pelayan dengan ramah.

"Terima kasih, Kak," balas Diana dengan sangat ramah.

"Sama-sama, Di."

Azwan meliriknya, terlihat Diana dan pelayan pria itu cukup akrab.

Rindu Untuk Aisyah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang