Tangan Alam terulur ke depan Aisyah setelah selesai memimpin do'a. Tentu Aisyah langsung menyambut dengan senang hati, tetapi tetap melapisi tangannya dengan mukena agar tak bersentuhan sampai saat ia mencium punggung tangan suaminya tetap melapisi mukena agar wudhu mereka tetap terjaga. Tak lupa diletakkan tangan suaminya di atas kepala, hal yang paling Aisyah sukai. Apalagi ditambahkan dengan satu kecupan manis di puncak kepala yang masih tertutup kain.
Usai itu, Aisyah mengambil Al-Qur'an, membacanya dengan khusuk sementara suaminya menyimak dengan seksama.
"Dua 'ain, ya, Mas," pinta Aisyah saat dapat membaca satu 'ain.
"Tiga aja kalau bisa, Allah kan lebih suka hal yang ganjil, Ay."
Dengan nada lembut diingatkannya sang istri akan hal yang Allah sukai agar langkah mereka selalu diridhoi.
Aisyah mangut-mangut sebagai jawaban. Lalu, ia melanjutkan bacaannya dengan tetap Alam menyimak setiap makhrojul huruf dan tajwid dalam setiap bacaan.
"Shodaqollahul'azim...."
Keduanya menutup bacaan kitab suci dengan ucapan shodaqollahul'azim
yang bermakna 'Maha benarlah Allah yang Maha Agung' setelah selesai membaca Al-Qur'an."Sini Al-Qur'an-nya."
Alam mengulurkan tangan dan Aisyah menurut menyerahkan kitab suci ke tangan sang suami agar diletakkan di meja belajar yang ada di dekat Alam.
Setelah meletakkan Al-Qur'an di sebaik-baiknya tempat, Alam berbalik agar berhadapan dengan istri tercinta.
Kali ini ia menyentuh langsung pipi gembul favoritnya tanpa pembatas apa pun.
"Gimana skripsinya? Ada kendala atau enggak?" tanyanya lembut.
Istri mana yang tak bersyukur memiliki suami dengan ciri khas idaman setiap wanita seperti ini. Suami yang selalu bertanya bagaimana dan apa yang pasangannya rasakan setiap hari.
"Alhamdulillah, Mas. Besok mau coba konsul bareng sama Diana dan Azmi."
"Mereka sudah selesai nyusun juga ternyata," ucap Alam dengan senyum bangga terbit di bibir.
"Heheh, biasalah, saling buru-buruin kita bertiga."
"Bagus itu, supaya nggak ada yang ngalah wisuda belakangan."
"Nggih, Mas. Do'ain lancar, ya, Mas."
"Pasti, Ay. Do'a terbaik mas selalu untuk kalian."
"Terima kasih," ucap Aisyah tulus sembari mencubit gemas lengan Alam, "Oh iya, Mas sendiri gimana, pusing nggak kerja dua tempat seperti sekarang?"
"Enggak, seneng malah. Harus tetap bersyukur atas rizki yang Allah percayakan untuk kita. Salah satunya adalah dengan cara jangan mengeluh. Bayangkan saja di saat semua orang susah mencari pekerjaan, karena do'a istri yang sholehah di rumah, mas bisa dapatkan dua pekerjaan yang alhamdulillah bisa dikerjakan tanpa masalah."
Aisyah tersenyum mendengarnya, ia menyentuh dagu suami tercinta dengan sangat lembut.
"Maafin istri Mas yang menyusahkan ini, ya. Gara-gara Ais yang masih kuliah dan butuh banyak biaya, Mas jadi harus menguras banyak tenaga dan waktu untuk berkerja."
Sebagai istri tentu Aisyah tahu bahwa suaminya ini sebenarnya lelah bekerja full time di dua tempat yang berbeda, beruntung saja salah satunya daring, jadi Alam tak kewalahan. Ia sangat tahu Alam bekerja keras untuk membiayai pendidikannya sampai selesai dengan biaya yang tak bisa dibilang murah untuk biaya pendidikan mahasiswi kesehatan, apalagi dengan tidak adanya beasiswa yang didapat karena beasiswanya sudah dicabut setelah menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Untuk Aisyah 2
Ficção AdolescenteDua insan yang saling mencinta, yang selalu mengandalkan kekuatan jalur langit untuk saling memiliki, akhirnya disatukan dalam indahnya mahligai pernikahan. Namun, cinta saja tak cukup untuk melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Ujian pra ni...