Seperti tulang - Nadin Amizah
.
.
.
"Ren bangun heyy. Makan siang lanjut minum obat nya" dengan halus Arka membangun kan Naren yang masih tertidur karena demam yang di deritanya.Secara perlahan Naren menggeliat dan membuka mata nya yang berat untuk dibuka. Pandangannya langsung bertemu dengan raut khawatir yang di masih tercetak jelas di wajah Arka.
Naren mencoba bangun dari tidurnya dan duduk diatas kasur dengan beralaskan bantalan dipunggung nya agar nyaman. Arka membantu Naren dengan sangat telaten.
Semuanya terasa sangat tenang dan nyaman, tidak ada aura membunuh yang selalu Arka pancarkan.
"Mau makan apa?" Tanya Arka dengan halus.
Naren hanya memberikan respon gelengan kepala tanda bahwa ia tidak bernafsu untuk makan. Perut nya terasa sangat penuh dan mual untuk memakan sesuatu.
Sedangkan Arka mengerutkan dahinya setelah melihat respon yang diberikan oleh Naren "makan apa Ren? Lu lagi sakit seenggaknya makan walaupun beberapa sendok".
"Terserah kamu Ka" suara yang dikeluarkan Naren yang sangat pelan. Tetapi Arka masih bisa mendengar suara serak dan pelan tersebut.
"Mau sup ayam? supaya badan lu hangat?" Tanya Arka.
Naren mengangguk kan kepalanya pelan "boleh".
Arka mengambil handphone nya dan memesan makanan untuk Naren dan untuk dirinya sendiri. Sekalian makan siang. Naren hanya melihat semua yang dilakukan oleh Arka dengan diam.
Tidak ada percakapan yang dimulai diantara mereka berdua. Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Arka melangkah keluar untuk membuatkan teh hangat untuk Naren. Dan air putih untuk meminum obat nanti.
Arka menaruh semuanya diatas meja di samping kasur. Agar memudahkan nya, di ambilnya teh hangat tersebut dan diberikan kepada Naren untuk meminumnya.
Naren meminumnya dengan perlahan dibantu Arka agar minuman nya tidak terjatuh keatas kasur.
Setelahnya Arka menaruh kembali gelas tersebut diatas meja. Arka kembali menaiki kasur dan duduk disamping Naren.
Tubuh Naren disandarkan ke tubuh Arka. Di peluknya dengan erat tubuh hangat Naren. Hawa panas yang dikeluarkan tubuh Naren dirasakan juga oleh Arka setelah memeluk tubuh Naren.
Kepala Arka menelusuri sepanjang tengkuk leher Naren. Sesekali Arka memberikan ciuman ringan disanah.
Naren merasakan tubuhnya merinding dengan apa yang dilakukan Arka pada tengkuknya. Bisa dirasakan sesekali bibir Arka mengulum telinga Naren. Naren mencoba menahan desahannya saat titik sensitif nya terus menerus dipermainkan.
"Ka" panggil Naren pelan.
"Hemm" hanya gumaman rendah yang diberikan oleh Arka untuk menjawab ucapan Naren.
"Aku lagi sakit Ka, nanti kamu juga ikut sakit kalo gini" Naren mencoba menghentikan perbuatan tidak senonoh yang diberikan Arka.
Bukannya berhenti, arka malah menurunkan bibir nya. Hingga sampai di leher bagian atas Naren. Arka terus mengulum leher Arka sesekali digigit pelan hingga menghasilkan warna merah di lehernya.
Arka tersenyum puas melihat hasil karyanya di leher Naren. Sangat mencolok dengan kulit Naren yang putih mulus.
Arka mengalihkan perhatian ketika mendengar suara dari telpon nya. Arka membaringkan tubuh Naren agar lebih nyaman, dan Arka mengangkat telponnya dan berjalan kearah luar untuk mengambil pesanannya.
Arka kembali kedalam kamar dengan makanan di tangannya. Naren bangun dari tidurnya dan menerima setiap sendok yang berisikan makan hingga habis.
Rasanya Naren ingin berhenti setelah menghabiskan setengah makanannya. Perutnya bergejolak ingin muntah. Tetapi tidak jadi karena Arka yang menatapnya dengan tajam saat Naren ingin berhenti makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
Romance21++ "lu enggak akan bisa pergi dari gua lagi Narendra, lu milik gua dan selamanya akan begitu, kaga bakal ada yang berubah" ucap Arka dengan penuh intimidasi. "Aku bukan milik kamu ka. Aku milikku sendiri dan bukan milik siapa pun. Aku mohon sama k...