Sudah hampir satu bulan Arka memantau Narendra dari kejauhan. Tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada Naren, Arka hanya melihat Naren yang bekerja dan pulang ke rumahnya. Keseharian Naren hanya seputar kerja dan rumah, tidak ada yang spesial.
Ingin rasanya Arka menemui Naren dan membawanya kembali ketempat yang seharusnya. Dimana seharusnya Naren berada disampingnya, dibawah kendali, tidak ada satupun orang yang bisa mengambilnya kecuali kematian. Akan terus Arka kejar keujung dunia sekalipun untuk mendapatkan kembali Narendra.
Suatu fakta menarik yang Arka dapatkan temen dekat Naren yaitu Dinda sebenarnya menyukai Naren. Cukup gampang untuk mengetahui hal tersebut bagaimana Dinda yang menatap Naren penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Ingin rasanya Arka mencongkel kedua matanya agar tidak bisa melihat Naren nya kembali. Tapi dari pada itu ia punya rencana sendiri. Katakan Arka gila dengan idenya sendiri tapi Arka ingin Naren dan Dinda tidak bisa berkutik atas fakta yang akan terjadi nanti.
....Mobil Arka berada dipinggir ditempat temaram lampu jalan. Sebentar lagi jam pulang tempat kerja Narendra, Arka akan memulai bersandiwara nya mulai sekarang ia akan membuat Dinda berbalik menyukai Arka dan mengetahui jika Narendra adalah milik seorang Arka.
Waktu berlalu hingga akhirnya para pekerja buruh mulai keluar dari gerbang, sampai mata Arka menemukan Naren keluar bersama Dinda yang terlihat tertawa bersama. Arka hanya berdengus sambil tertawa remeh melihat mereka berdua.
Arka melihat mereka berdua saling berpamitan karena arah tempat tinggal yang berbeda, Akra bisa melihat Naren yang menggunakan bus untuk pulang, begitu pun Dinda yang pulang menggunakan bus.
Arka mengikuti bus yang ditumpangi oleh Dinda hingga akhirnya bus berhenti di pemberhentian yang cukup sepi, Dinda harus menyebrang melewati jalanan sepi dan momen tersebut dimanfaatkan Arka untuk menaikkan kecepatan hingga akhirnya terdengar bunyi bertabrakan
"Brukk!!!!".
Dinda terjatuh tidak parah tapi mampu membuat kaki nya terkilir dan beberapa luka goresan di tubuhnya. Sedangkan Arka buru-buru keluar dari mobil dan menghampiri Dinda yang berada di aspal.
"Kamu gapapa?, Maaf aku gak sengaja tadi gak ngeliat ada orang nyebrang. Aku bantu untuk pulang ya, rumahnya ada dimana aku anterin" akting Arka sangat amat bagus untuk mengelabui Dinda seakan-akan ia tidak sengaja saat menabrak.
"Aku gapapa, cuma kakinya sakit banget kayanya terkilir" Dinda memegang pergelangan kakinya dan sesekali meringis.
"Ayo aku bantu, sekalian diobatin lukanya. Kita kerumah sakit ya?"
"Eh gapapa, aku pulang aja bentar lagi juga sampe kok".
"Ya udah, nanti tunjukkin jalannya aja ya. Sekarang kita masuk kedalam mobil terus aku anterin pulang untuk ngobatin luka kamu" Dinda hanya mengangguk untuk menjawab omongan Arka.
Arka memapahnya kedalam mobil untuk menuju ke rumah Dinda. Di sepanjang jalan hanya ada keheningan diantara keduanya hingga akhirnya mereka berdua sampai. Arka kembali membantu Dinda berjalan untuk masuk kedalam rumah.
"Kamu ada kotak obat?" Tanya Arka setelah mereka berdua sampai didalam.
"Ada di atas lemari di samping kulkas" ujar Dinda sambil menunjuk kotak obat berada. Arka langsung mengambil kotak obat dan air untuk membasuh lukanya.
Dengan perlahan Arka mengobati luka-lukanya hingga semuanya selesai "untuk kaki kamu gimana?" Tanya Arka pura-pura khawatir.
"Gapapa, nanti aku panggil tukang urut untuk ngobatinnya".
"Gapapa emangnya?".
"Gapapa kok, itu jauh lebih baik".
"Oh oke" Arka melihat sekeliling yang sepi tidak ada orang selain mereka berdua "orang tua kamu dimana?" Tanya Arka setelah.
"Gak tau, aku tinggal sendiri setelah mereka cerai" ujar Dinda sekenanya.
"Eh sorry, gak maksud" ujar Arka tidak enak.
"Gapapa" sambil ngangkat bahu.
"Oh ia nama kamu siapa? Dari tadi belum kenalan" Arka tidak lupa untuk melanjutkan tujuannya, semakin cepat semakin bagus baginya.
"Dinda, kamu?".
"Arka" sambil mengangkat tangan untuk berjabat tangan begitupun Dinda untuk membalas "boleh minta nomor kamu? Arhh, itu untuk permintaan maaf karena gak sengaja nabrak kamu, aku mau minta maaf sambil ngajak makan mau?" Arka cepat-cepat memberikan maksud tujuannya setelah Dinda menatapnya dengan aneh.
"Oh iya boleh" Dinda mengambil handphone Arka yang disodorkan kepadanya. Dan mengetik kontak nya kedalam handphone tersebut.
Setelahnya mereka berdua saling mengobrol, cukup gampang bagi Arka untuk memulai pendekatan dengan Dinda. Sepertinya Dinda ada salah satu orang yang gampang terjerat pada laki-laki. Jadi sangat memudahkan Arka dengan rencananya.
Hal tersebut terlihat dari Dinda yang lama-kelamaan mulai larut dengan obrolan bersama Arka, diawali dengan perkenalan hingga akhirnya Arka mulai menanyai mengenai kriteria orang yang disukainya, agar Arka bisa lebih mudah memulai hubungan dengan Dinda.
Sejujurnya dia mulai muak dengan obralannya, Dinda sangat cerewet dan cukup membuatnya pening. Ingin rasanya membekap mulut tersebut dengan kaus kakinya hingga diam.
Arka melihat jam ditangannya yang sudah hampir tengah malam, ternyata cukup lama mereka berdua berbicara walaupun didominasi oleh Dinda. Arka memutuskan untuk pamit pulang dan respon Dinda terlihat kecewa karena Arka memilih untuk pulang.
Sedangkan Arka tersenyum remeh melihat hal tersebut "aku pulang ya, nanti ku kabarin lagi ya dan maaf karena gak sengaja nabrak kamu" suara dan tutur katanya sangat lembut saat berbicara dengannya. Ia harus membuat karakter yang baik dan halus untuk mendapatkan hati Dinda.
"Iya hati-hati dijalan jangan sampai nabrak orang lagi" Dinda tersenyum setelah mengucapkan itu terlihat manis tapi memuakkan bagi Arka.
"Ia, sekali lagi maaf ya" Arka kembali masuk kedalam mobil setelah melihat Dinda yang masih tersenyum mengangguk kan kepalanya. Yang menandakan mempersiapkan untuk Arka untuk pulang.
Arka pun pergi dengan mobilnya, ia tidak langsung pulang tapi ada satu hal yang harus dia liat terlebih dahulu. Kesehariannya selama sebulan ini berdiam diri didalam mobil sambil melihat rumah kontrakan yang cukup bersih karena Naren yang merawatnya.
Arka hanya melihat dari luar, bagaimana keseharian Naren dirumah setelah bekerja. Terkadang Arka geram melihat Naren yang hanya mengenakan celana pendek berkeliaran di pekarangan rumah dan sesekali membalas sapaan para tetangga yang menyapa.
Rasanya sangat menyebalkan asetnya harus dipertontonkan pada khalayak umum. Arka berjanji setelah ini jangan harap Arka bisa keluar, sehelai rambut pun akan Arka jaga dengan baik dan rapi agar tidak hilang kembali.
Setelah melihat lampu rumah yang sudah mati semua yang menandakan Naren sudah mau tidur Arka kembali menyalakan mobilnya untuk pulang kerumah. Ia butuh beristirahat setelah berpura-pura baik pada orang yang sangat ingin ia bunuh. Dan lagi Masi banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Arka tidak boleh menjadi miskin untuk mendapatkan Naren kembali.
.
.
.
.
.
Arhhhhhh akhirnya bisa nyelesain bab ini setelah sekian bulannnnnn. Tiba-tiba dapet pencerahan gua buat nulis bab ini kek gua sampe gak yakin hehehe walaupun ngebul dikit pas mandek lagi. Tapi gapapa akhirnya bisa ngelanjutin ni cerita. Gimana kangen gakkk????Kaya biasa ya kasi tau gua kalo ada typo yang bersebaran. Ni chapter sebagai pembuka buat kegilaan arka lagi wkwkwk, jadi nanti kuat-kuat aja lah ya sama si Arka Arka enihh.
Jangan lupa vote dan komen karena itu salah satu kunci buat gua semangat buat ngelanjutin ni cerita lagi. Maafin ya kalo ni cerita lama banget up nya. Soalnya gua banyak kegiatan jadi mandek buat ngembangin ceritanya.
Ya udh bye bye buat di chapter selanjutnya 🥰🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
Romance21++ "lu enggak akan bisa pergi dari gua lagi Narendra, lu milik gua dan selamanya akan begitu, kaga bakal ada yang berubah" ucap Arka dengan penuh intimidasi. "Aku bukan milik kamu ka. Aku milikku sendiri dan bukan milik siapa pun. Aku mohon sama k...