01 : 1922 (benang merah)

5.3K 372 8
                                    

PERHATIAN!

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA DAN MURNI HASIL IDE DARI AUTHOR SENDIRI. TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN UNTUK MENYINDIR,MENYINGGUNG ATAU MENJELEKAN PIHAK MANAPUN. SEMUA ALUR DALAM CERITA INI DIBUAT UNTUK KEPENTINGAN CERITA TAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON KEBIJAKANNYA DALAM MEMBACA

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA TULISAN DIATAS^^

Happy reading ~

1922

Malam ini bulan memancarkan cahayanya begitu cantik, kunang-kunang berkelap-kelip menghias daratan dan suara katak-katak kecil menemani sunyi nya malam ini.

Malam ini sempurna sampai bunyi tamparan keras masuk kedalam telinga pria manis yang sedang terkejut melihat sang kekasih ditampar oleh sang ayah.

Pria manis itu segera menghampiri lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya sambil melihat keadaannya setelah ditampar oleh ayahnya.

"Ayah!" Tegur pria manis tadi

"BERANINYA DIA MENGHINA KELUARGA KITA! APA KAMU SADAR PARK JEONGWOO?" teriak sang ayah dengan marah

"Ayah, dengar penjelasan haruto sebentar..dia tak menghina siapapun" jawab pria manis bernama jeongwoo tadi

"Ini keterlaluan! Kalian pikir dunia ini milik kalian?" Tanya ayah dari jeongwoo tersebut sambil melemparkan lentera yang sudah ia pegang sejak ia berbicara dengan anaknya

Haruto, pria tinggi kekasih jeongwoo si pria manis hanya menunduk dan mendengarkan ucapan dari ayah sang kekasih.

Dari awal ia sudah tau ini akan terjadi, hubungannya dengan jeongwoo tak akan pernah diterima siapapun, termasuk dunia mereka. Tapi ia dan jeongwoo tetap mencoba meminta izin untuk menjalani hidup bersama-sama sebagai sepasang kekasih yang terikat dengan pernikahan

Namun sesuai dugaan, ia dan jeongwoo lagi-lagi hanya menerima gertakan dan amarah dari ayah jeongwoo yang menentang keras hubungan mereka. Bahkan haruto dianggap menghina keluarga jeongwoo hanya karena meminta izin untuk mempersunting jeongwoo

"Ayah menginginkan keturunan darimu, tapi jika ini pilihanmu lebih baik kau tak perlu pulang kerumah lagi park Jeongwoo" ucap ayah jeongwoo dengan dingin

"Ayah, jeongwoo disini hanya untuk meminta izin bukan untuk bertengkar" jawab jeongwoo dengan mata yang berkaca-kaca setelah mendengar ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut ayahnya

"Ternyata putraku bodoh, kau tau pasti apa yang akan ayah ucapkan tapi beraninya membawa dia lagi kesini" jawab ayah jeongwoo sambil menempeleng kepada haruto dengan kasar

"Ayah juga sudah tahu pasti, jeongwoo akan tetap pergi dengan atau tanpa restu ayah" balas jeongwoo kesal karena ayahnya selalu kasar

"Kami menghormati anda sebagai seorang ayah, itu kenapa kami kesini" saut haruto dengan sopan

"Ku akui nyali mu bagus, tapi jika memang benar kau menginginkan anakku.. biarkan ku uji seberapa sabar dirimu " ucap ayah jeongwoo lalu menyilangkan tangannya di depan dada dengan arogan

Jeongwoo dan haruto saling bertatapan, mereka terkejut dengan jawaban kali ini. Mereka merasa memiliki harapan, dan mereka hanya perlu bersabar. Haruto sendiri siap untuk menunjukkan betapa sabarnya dia.

Jeongwoo menggenggam tangan haruto dengan erat seolah memberi kekuatan pada sang kekasih.

Sudah bertahun-tahun ia dan haruto menanti hari ini. Ia dan haruto telah mengalami berbagai suka dan duka bersama. Mereka seringkali saling menguatkan karena tekanan dan beban yang berada di kedua bahu masing-masing.

L'AMOUR DE MA VIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang