33 : rencana baru

937 152 27
                                    

Jeongwoo terduduk disebuah sofa putih yang empuk di sebuah kamar yang sangat ia hafal, ia kini duduk di sofa yang ada dikamarnya dengan cermin besar seukuran tubuhnya yang berdiri tegak didepannya.

Jeongwoo memandangi dirinya sendiri yang terlihat berbeda dengan gestur tubuh yang terkesan arogan dan raut wajah yang tak menunjukkan keramahan didalamnya.

tiba-tiba terdengar suara kecil yang berasal dari cermin dan berhasil mengejutkan dirinya

"Lu gagal jadi gua, lu gaakan pernah bisa nyambung hidup siapapun" sakitnya

Jeongwoo memiringkan kepalanya bingung karena bayangan dirinya dalam cermin tidak merefleksikan dirinya.

"Apakah kita saling berbicara sekarang?" Tanya jeongwoo

"Lu bahagia sekarang?" Tanya jeongwoo dalam cermin

"Aku bahagia, memiliki kesempatan bersama lagi dengan haruto membuatku sangat bahagia " jawab jeongwoo

Setelah menjawab pertanyaan dari dirinya yang lain, jeongwoo tiba-tiba berdiri kemudian menampar dirinya sendiri secara tak sadar dan seolah dikendalikan oleh seseorang.

"Gua gimana?" Tanya jeongwoo didalam cermin dengan wajah yang menunjukkan amarah dalam dirinya

Jeongwoo terkejut sambil memegang pipinya yang ditampar oleh dirinya sendiri, ia mulai tersadar jika ia bukan berbicara dengan dirinya sendiri tapi ia sedang berbicara dengan jiwa jeongwoo yang lain.

"Gua udah kasih lu banyak waktu, udah terlalu lama lu disana. Lu pikir cuma haruto yang kangen sama lu? Lu pikir hidup gua ga berharga?" Tanya jeongwoo didalam cermin

"Bukan maksudku merebut hidupmu, aku sendiri tak tahu apa yang membuatku berada didalam tubuhmu. Kau tak bisa menyalahkan aku begitu saja" jawab jeongwoo

"Gua mau balik"

Tubuh jeongwoo tiba-tiba menegang mendengar jeongwoo yang lama menginginkan hidupnya kembali, hatinya tak rela walaupun ia akui jika ia memang berada dikehidupan orang lain namun ia juga bertekad untuk melanjutkan kehidupan jeongwoo kedepannya .

"Lu tau cara datang tapi lu gatau cara balik, mati aja lu!" Caci jeongwoo yang lama

Jeongwoo terdiam, hatinya sakit mendengar kalimat yang diucapkan jeongwoo yang lain. Sudah lama ia tidak mendengar kalimat itu, terakhir kali ia mendengar kata 'mati' ia langsung mengabulkan sang pemintanya.

"Lagian kenapa lu yakin banget lu sama haruto bisa bahagia, dia jelas udah bohongin lu. Lu juga ga ketemu sama orang-orang baik, orang yang lu kira baik ga sebaik itu. Jaehyuk, Asahi...gua tau lu temenan sama mereka, lu pikir mereka tulus sama lu?"

"Mereka baik"

"Oh ya? Kalau mereka baik mereka ga akan bohong sama lu"

"Maksudnya?"





Prang!





Cermin yang berada dihadapan jeongwoo tadi tiba-tiba pecah begitu saja bersamaan dengan runtuhnya dinding kamar yang ia tempati saat ini.

Kini ia tak berada didalam kamar lagi, jeongwoo tiba-tiba berada di tebing yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya. Dengan hati yang berdebar ia melihat bayangan dirinya yang sedang menangisi haruto sebelum akhirnya ia pergi menyusulnya.

Rasanya ia ingin memalingkan wajahnya agar tak melihat kejadian yang selalu menghantui dirinya selama ini, namun badannya kaku dan tak bisa digerakkan. Ia merasa sudah menutup mata tapi ia masih melihat dengan jelas kejadian menyayat hati itu.

L'AMOUR DE MA VIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang