Takutnya Alvaro (🕊)

267 12 0
                                    

Alvaro kalut ia khawatir benar benar khawatir karena mendapat telpon bahwa 3 nyawa sedang dalam bahaya, tubuh Alvaro serasa menjadi jeli rasanya kakinya tidak mampu menopang semua kenyataan ini!

"Antar saya kerumah sakit Nusantara pak" Perintah Alvaro pada supir dikantornya

"Baik tuan"

Alvaro tau keadaan elvaira, desicha dan calon anaknya sedang tidak baik baik saja dari Regan. Regan tadi menghubungi nya dan menceritakan semuanya

Alvaro ingin sekali marah dengan Galang, ingin sekali meninju wajah Galang bisa bisanya dia berani menyentuh wajah cantik adiknya, Alvaro berjanji akan membalas tamparan itu sepuluh kali lipat dari apa yang diberikan Galang pada elvaira!

"Ka, calon istri gue dirawat disitu? Elvaira juga. gue titip ya tiga puluh menit lagi gue Sampek" ucap Alvaro pada handphone yang melekat ditelinganya

"Oke-oke setelah ini gue lihat keadaan elvaira sama calon istri Lo, Lo ati ati dijalan" balas alka sisebrang sana

"Makasih ka"

Sambungan telpon pun diakhiri oleh Alvaro, lagi lagi Alvaro bingung + khawatir bagaimana sekarang? Desicha yang berjuang dengan janinya dan elvaira yang koma membuatnya benar benar hampir gila!

***

Galang masih setia mondar mandir didepan ruang desicha diperiksa, ia takut akan semua hal buruk yang bisa saja terjadi dengan desicha maupun bayinya. Tapi tiba tiba Galang merasakan perutnya yang mules mungkin ini akibat ia terlalu banyak mengonsumsi sambal tadi pagi saat sarapan

Dengan berat hati Galang memutuskan untuk pergi ke toilet, karena sudah tidak tahan dengan rasa diperutnya tapi ia melihat orang yang sangat mirip Regan tengah berjalan menuju pintu keluar, siapa yang sakit? Tadi Regan sekolah bersamanya kan? Mengapa tiba tiba ia disini?

Galang yang awalnya tidak bisa menahan gejolak diperutnya, tiba tiba rasa itu hilang tergantikan oleh rasa penasarannya pada regan. Galang mengejar Regan yang sudah sedikit menjauh darinya

"Gan Regan" dengan langkah besar Galang menyebut nama Regan, Regan berhenti ketika mendengar namanya disebut

Regan berbalik arah, ia mendapati Galang yang hampir mendekat kearahnya.

"Siapa yang sakit?" tanya Galang pada Regan yang masih menatapnya

"Temen" jawab Regan singkat tanpa menatap galang

"Temen yang mana? Temen Lo cuma gue sama Dio deo gak ada lagi selain itu" Galang mengintrospeksi jawaban Regan yang tidak menyakinkan

"Harus banget gue jawab pertanyaan Lo?" Galang bingung mendengar jawaban
Ketus Regan, tidak biasanya Regan berbicara ketus pada dirinya

"Lo marah sama gue? Gue ada salah sama Lo?" tanya Galang dengan nada lirih

"Lo tanya kesalahan Lo sama gue? Harusnya lo bisa koreksi diri Lo sendiri Lang" setelah mengucapkan itu Regan keluar dan mengambil rokoknya menghisap rokoknya dalam dalam

"Gue lupa bikin salah apa,tolong ingetin gue biar gue bisa perbaiki" Galang mengikuti Regan yang keluar

"Bukan gue tapi elvaira" Regan mengepulkan asapnya dan pergi meninggalkan Galang yang masih mematung karena ucapannya

"Maksud Regan apasih kaga jelas banget tuh anak, efek kebanyakan main sama Deo nih" gerutu Galang melihat tubuh Regan yang semakin menjauh

***

"Atas nama elvaira zaleena Andromeda? Dimana ruangannya?" Alvaro sudah sampai dirumah sakit, ia segera menghampiri resepsionis

"Maaf pasien datang jam berapa ya?" tanya resepsionis itu pada Alvaro

"Gatau" Alvaro mengetukkan jari jarinya dimeja resepsionis menggambarkan kecemasan

"Saya cek dulu" Alvaro sudah tidak serantan dengan cara kerja rumah sakit itu

"Gausah lama" setelah mengucapkan itu Alvaro berlari menuju ruangan alka, ia segera masuk keruangan alka untuk segera bertanya tentang kondisi desicha dan elvaira

"Ka, adek gue sama calon istri anak gue gimana?" Alvaro membuka pintu itu kasar sampai membuat alka terkejut

"Duduk dulu, minum gue jelasin pelan pelan"

Alvaro menurut ia menetralkan nafasnya, karena berlari dari resepsionis menuju ruangan alka.

"Desicha masih belum stabil, dia shock untung dia konsumsi penguat kandungan jadi hal itu cuma buat perutnya kram karena reflek aja"

"Tapi anak gue aman kan? Dia gapapa kan?"

"Dia baik baik aja dan hari ini dia genap satu bulan"

"Elvaira?"

"Vaira, Masih kritis luka di kepalanya lumayan besar tapi lo tenang aja gue udah usahakan yang terbaik kok" berat saat alka menjelaskan tentang adik kesayangan temannya itu.

Alvaro hanya mendengarkan nafasnya tercekat ketika alka berkata bahwa elvaira mengalami luka lumayan besar dikepalanya.

"Elvaira masih masa recovery, belum bisa di temui" Imbuh alka

"Gue liat Acha dulu ruangan dia dimana?"

"Lantai 4, ruangan 1 kamar nomor 03."

"Gue pamit, makasih ya ka" Alvaro segera menuju ruangan yang disebutkan oleh alka

Saat Alvaro sampai ia melihat desicha yang masih menutup matanya, ia melihat wajah pucat desicha entah mengapa hatinya merasa sakit ketika melihat desicha terbaring lemah seperti ini.

Alvaro duduk dikursi sebelah kasur yang ditiduri desicha, ia mengelus pelan perut rata desicha sambil bergumam kecil

"Anak papa, udah genap satu bulan ya? Sehat sehat disana sayang" gumam Alvaro sembari mengelus perut elvaira

Ketika mengelus perut elvaira ia merasa sangat nyaman, ia merasa hatinya menghangat tidak sekacau tadi. Air matanya ikut berjatuhan Alvaro menangis dengan tangan yang masih setia mengelus perut desicha

"Kalau papanya sedih pasti anaknya juga sedih" Alvaro menoleh ketika ia mendengar suara desicha

"Cha? Maaf" Alvaro hendak menarik tangannya tapi elvaira menarik lagi tangan itu dan meletakkan diperut ratanya lagi

"Dia tenang kalo dielus pak Al" ucap desicha dengan lembut

"Cha maaf, maafin saya ya saya bener bener jahat banget kemaren saya mau Nebus semuanya Cha maaf ya Cha maaf" Alvaro kalut, ia menangis dengan sesegukan ia mengambil tangan desicha dan menggenggam nya erat

"Aku tau, aku udah lupain hari kemarin. sebenarnya aku mau menghindar tapi anak ini gabisa kayanya kalo jauh dari papanya" desicha membalas genggaman tangan Alvaro pada tangannya

"Makasih Cha, kasih tau aku apa yang harus aku lakuin untuk Nebus semuanya?"

"Nikah, gelar cerita yang isinya kita dan anak anak kita, bisa?" Jawab desicha mantap, dengan air mata yang mulai berjatuhan

"Iya aku janji" Alvaro mengecup pucuk kepala desicha sangat lama dan desicha menyukai itu, entah mengapa saat Alvaro didekatnya perutnya tidak sesakit dan sekram tadi bahkan moodnya sudah membaik

RUMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang