6. Fall

988 99 1
                                    


===

Namaku Kashel Grazio, sejak kecil aku selalu diandalkan orang orang dan sejak kecil aku tau hidup dengan aturan itu keras, kau bisa dibenci, dihina, dimaki bahkan dikasihani.

Jadi anak tengah membuatku punya kakak dan punya adik, tumbuh jadi anak tengah itu ga mudah kadang aku yang harus jadi penengah buat keluargaku.

Aku perlu perhatiin adikku tapi aku juga perlu dukung kakak ku dari belakang, sebenarnya aku ga keberatan kalo aku memang harus selalu imbangi keluargaku karena menjaga kebersamaan keluarga itu tanggung jawab semua anggota nya kan?

Tapi di tahun 2019 bokap nyokap mutusin sesuatu yang pastinya merubah kehidupan anak anaknya selamanya, mereka pisah karena katanya gak bisa bersama lagi.

Kami diberi pilihan untuk memilih salah satu diantara keduanya tapi tampaknya aku dan adikku sangat mencintai tanah air ini, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di sini.

Sedangkan kakak, dia ikut pergi bersama bokap meninggalkan tanah kelahirannya ke tempat yang jauh, ketempat yang membuat kami sulit saling mencapai, Australia mendekapnya.

Walaupun emosiku sempat tidak stabil pas SMP tapi setelah mulai memasuki masa putih abu aku mulai ngerti dan mulai menerima keputusan ortuku, kadang lebih baik buat kita mengikhlaskan seseorang pergi.

Tapi pikiranku sendiri terbantah karena perasaan yang melandaku, aku bahkan jadi bertanya tanya dengan diriku sendiri, kenapa ya bokap nyokap pisah? apa karena mereka gak saling cinta? tapi bukannya pernikahan itu atas dasar cinta?

Karena aku kalo nikah sama orang yang ku cinta, aku gak akan pernah sudahi hubungan itu. Aku melihat gadis itu pertama kali saat aku gabung eskul menulis, waktu itu di kelas sepuluh semua murid diwajibkan mengikuti eskul dan setidaknya sampai satu semester selesai.

Aku ikut eskul menulis karena kupikir itu adalah eskul tersantai  seantero sekolah, harusnya banyak orang pemalas masuk disana tapi ternyata aku salah di eskul itu semua pikiran dibuat terkuras karena kami perlu memecahkan suatu masalah dengan landasan teori dan metode metode ilmiah, sialnya setiap masalah itu selalu berhasil membuatku penasaran.

Awalnya aku iri dengan gadis itu, dia yang paling menonjol di eskul ini dan dia selalu berhasil memberikan ide ide baru di dalam tulisannya, walau yang ditulis nya itu tidak pasti fakta tapi dia selalu berhasil membuat tulisannya masuk akal.

Pernah sangking penasaran nya aku melihat tugasnya tanpa izin, ada sebuah kutipan terlihat disana "Saudara kalau sudah benar benar sayang, bahkan saat perhatian orang orang hanya tertuju kepada saudaranya, dia tidak akan merasakan rasa iri."

Aku tertegun, selama ini kukira aku adalah saudara yang buruk karena yang harusnya aku menjadi penengah tapi aku sekarang tidak bisa mempertahankan hubungan ku dan saudara saudara ku, aku tidak bisa menahan kakak pergi jauh dariku dan adikku, aku juga tidak bisa mencegah perubahan adikku.

Tapi ternyata, aku tersadar.. aku gak seburuk yang kukira.

Setelah itu aku mulai memperhatikan gadis itu dari jauh, teman teman ku menanyakan hubunganku dengan gadis lain tapi bagaimana pun caranya aku tidak bisa mencegah diri ku sendiri jatuh untuk gadis itu.

Seiring berjalannya waktu satu semester akhirnya selesai, aku terkejut saat mendengar kabar gadis itu keluar dari eskul padahal dia selalu terlihat fokus di eskul itu.

Setelah itu entah sejak kapan aku mulai mengikuti jejaknya, aku juga berhenti dari eskul menulis dan akhirnya bergabung dengan teman temanku, aku memutuskan untuk mendalami pencak silat setelah itu.

Tapi aku tersadar keputusan ku itu malah membuat aku dan gadis itu semakin jauh, bahkan saat orang orang mengelilingi ku mencoba mendekati ku dia hanya menatapku sekilas.

Aku jadi tau dengan sendirinya beberapa hal tentang dia seperti dia orangnya bodo amatan, dia kecanduan dengan handphonenya, dia anak rumahan dan dia tidak ingin dekat dengan hal hal merepotkan.

Itulah yang membuatku menahan diri mendekatinya, tetapi malah menimbulkan perasaan gelisah di dadaku dan aku malah semakin memikirkannya setiap saat,  puncaknya adalah saat aku tersadar aku sudah terjatuh sangat dalam untuknya.

Aku akhirnya tidak bisa menahan perasaan ini lagi, mungkin apa yang aku tanyakan di akun menfess itu hanyalah sisi kekanakan ku saja, tapi aku tetap mau saat aku bersamanya orang orang tau siapa dia, tidak peduli dia pernah memikirkan nya atau tidak.

Menurutku Arsyana Rinjani berhak mendapatkan segala kebahagiaan di dunia ini.

===


Sore ini aku mengajaknya untuk melihat kota dari atas, sekedar untuk menikmati angin yang berhembus walaupun jantungku sedang berpacu cepat, saat ini kami sedang berdiri di suatu tempat yang tinggi langsung menampilkan luasnya Jakarta dari atas.

Aku melihatnya menyentuh pembatas  sambil melihat pemandangan itu, Jakarta adalah tempat orang orang yang tidak pernah tertidur nyenyak tapi sekarang Jakarta terlihat lebih hidup saat melihat cahaya di matanya.

Dia pasti tidak tau seberapa besarnya keinginan ku untuk mengajaknya kesini, aku sendiri saja tidak menyangka ini menjadi nyata.

"Bagus banget.. kenapa gue gak tau tempat kaya gini?" Dia bertanya membuat hatiku tergelitik.

"Memangnya lo pernah keluar rumah?" Dia menoleh kearah ku memasang wajah sebal, aku suka saat dia membuat ekspresi yang jarang dia tunjukkan itu membuatku setidaknya sedikit merasa penting untuknya.

"Gue keluar rumah, tapi gue gatau aja gitu ada tempat kaya gini."

"Hmm.. disini itu semacam tempat peristirahatan orang mudik, tapi ramainya pas libur panjang jadi kalo di hari hari biasa disini lumayan sepi."

"Hah? bukannya berarti disini bisa aja ada banyak begal?"

Aku lagi lagi terkekeh mendengar pertanyaan polosnya "Nggak jauh dari sini ada kantor polisi dan disana petugasnya selalu beroperasi, lagian begal mana yang sebodoh itu nyari masalah di kawasan keamanan?" aku melihatnya mengangguk angguk, aku yakin dia memang baru tahu tentang hal ini.

Aku ingin sekali memberi tau Arsyana tentang banyak hal yang ada di dunia ini, aku juga ingin mendengar dia bercerita tentang apa yang ada di dunia nya dan jika bisa aku ingin masuk kedalam dunianya.

"Lo bilang ini semacam rest area? tapi ini gak kaya rest area biasanya?" tentu saja karena disekitar kami hanya ada semen yang luas, aku menunjuk ke sudut dengan dagu ku.

"Itu tempat makan andalan gue.. warung mang Asep, lo gausah takut bilang terserah karena semua makanan enak disana jadi mau makan yang mana pun lo ga akan nyesal."

"Siapa sih yang mau bilang terserah? sebenarnya gue mau sate sih memangnya ada?"

"Hahaha malah itu makanan andalan disana, mau sate apa? kacang? padang? semua ada."

Aku tersenyum memandang nya, dia yang sedang menyilangkan kedua lengannya itu membalas senyumanku. Inilah yang aku takutkan, aku takut ada laki laki lain yang menyadari pesonanya, Arsyana sangat cantik saat dia tenang diikuti dengan suara hembusan angin yang mulai kencang dia menyebut namaku.

"Lo tau banyak ya, Ash?"

Aku semakin menyadari nya, Arsyana memang penuh dengan dirinya sendiri.

NEXT
































NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang