11. Mess

585 55 2
                                    


===

"Ni kamu sudah ikutin apa kata kakak kan? kamu gak dekat dekat sama dia lagi kan?" Sore ini lagi lagi terasa berat, aku ditanyakan kehadirannya. Terlebih rumah sudah tau aku melakukan salah satu kenakalan remaja tadi siang sepertinya Lorenza tidak bisa menutupi ku karena Kashel memang mengajakku lari dihadapan semua orang.

"Nggak kok kak, tenang aja." Maafkan aku kak, aku tau aku adalah pembohong yang hebat padahal pasti untuk kakak, adiknya tidak akan pernah berbohong padanya tapi kali ini berbeda.

"Terus kenapa kamu bolos? pergi sama dia?" Aku mengepalkan tanganku sambil menatap kak Di, karena aku tau disaat aku tidak menatap matanya aku akan kalah dan ketahuan.

"Mungkin sulit dipercaya kak tapi sebenarnya Kashel nyatain perasaannya ke aku belakangan ini, yang bolos itu cuma untuk nolak dia aja tapi karena kami sudah terlanjur bolos ya kami jalan sebentar." Aku melihat kak Dita terdiam masih menatapku curiga.

"Aku sebenarnya juga suka sama dia.. tapi aku kesadar waktu kakak nasehatin aku, kakak tau kan aku orangnya gimana? aku gak suka terlibat masalah.. jadi itu tanda terakhir aku mau jauh dari dia, aku nolak dia kak.." Setelah itu aku melihat ada sedikit perubahan dari mimik wajah kak Dita, dia menatapku dengan matanya yang bercahaya sekarang.

Aku terkejut disaat kak Dita mendekatkan kepalaku ke bahunya, lalu kurasakan hangat di sekujur tubuh saat dia memelukku "Maaf Jani, kakak cuma gamau kamu dalam bahaya.. kamu belum siap untuk itu semua, kali ini korbankan perasaan kamu ya?" aku akan berusaha kak, berusaha, walaupun terlepas dari Kashel mungkin akan rumit.

Dengan begitu aku membalas pelukan kak Di akhirnya kami menyambut Ayah dan Bunda ke lantai bawah dengan tenang untuk makan malam seperti biasanya.

===

"Kashel lo mulai berani ya? apa maksud lo?" Aku mendorongnya disaat dia tiba tiba mencium keningku, padahal barusan aku sudah menolak nya terang terangan.

Kashel tersenyum tenang "Darimana lo tau orang orang di sekeliling gue punya pengaruh buruk? di sekolah yang dipenuhi murid ambis itu jelas gaada, paling cuma Arkala.. terus lo tau dari mana?" Aku menyentuh keningku menghapus jejaknya sejenak, lalu kembali menatapnya.

"Gue tau aja dari perawakan lo, sebenarnya sejak dulu kan?" Kashel memiringkan wajahnya sedikit dia masih mempertahankan senyumannya dan itu sangat menyebalkan untukku.

"Sejak dulu apa Arsyana?" Sejak tadi suaranya berubah menjadi lebih dalam dan dari sanalah aku sadar dia ingin membuka dirinya yang sebenarnya kepadaku.

"Orang yang haus perhatian kayak lo, sana sini cari hal yang ngebuat lo puas.. lo cuma lagi tenggelam doang-" aku tersentak disaat Kashel meraih tanganku, dia terasa berbeda dan tidak lagi sama, aku bisa merasakan segala bahaya dari dirinya sekarang.

"Gue juga tau sejak dulu lo pengamat yang baik, jadi gue mau tanya, kenapa lo ga mandang gue balik pas lo tau gue selalu perhatiin lo Arsyana?" Aku mencoba melepaskan cengkraman tangannya tapi Kashel malah semakin mempererat cengkraman itu.

"Gue gatau lo suka sama gue, gue kira lo nganggap gue lucu lucuan aja! puas? lepasin!" Akhirnya Kashel melepaskan cengkraman nya, aku langsung memegang pergelangan tanganku yang terasa panas.

Aku melihat cowok itu malah tertawa kecil, ada apa dengannya? "Lo orangnya pesimis, tapi gapapa malah bagus." Aku mendengarkan dirinya dalam diam walaupun debaran jantung ku sudah tidak karuan sejak beberapa saat lalu, aku jadi berpikir pikir sendiri kenapa ya aku bisa ada di situasi ini?

NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang