10. Involved

645 65 1
                                    


===

Hari ini aku sudah melewati 4 mata pelajaran hanya untuk berlatih, guru guru di sekolahku tidak pernah protes bahkan jika aku izin untuk berlatih mereka malah memberikan aku kata kata semangat dan motivasi.

Ya bagaimana tidak? aku sendiri sadar aku sudah banyak menyumbang piala untuk sekolah ini.

Ruangan ini seakan khusus untuk diriku seorang, sunyi tidak ada orang lain selain aku dan suara nafasku yang tidak beraturan.

Tidak ada dari mereka yang ingin mengganggu waktu ku, tidak bahkan selama ini tidak ada seorang pun mau bermain api kepadaku, aku juga bukanlah tipe orang yang suka membesar besarkan masalah.

Tapi waktu itu disaat Arkala masuk keruangan ini tanpa permisi seperti biasa aku seakan tersadar akan sesuatu, sesuatu yang aku coba untuk lupakan sebelumnya.

"El lo terlalu bekerja keras, gak semua hal itu harus perfect" Dia datang untuk mengatakan omong kosong seperti itu mana bisa aku dengarkan.

"Biasa aja, ngapain lo kesini?" Aku bertanya padanya, dia mengambil salah satu kursi lalu duduk di kursi dengan mengangkat sebelah kakinya.

"Gue ga ngerti, orang seperfeksionis lo mau sama Arsyana Rinjani?" Aku langsung menghadap nya saat mendengar itu, walaupun dia adalah teman ku dan kami selalu satu pikiran tapi aku tau dia tidak pernah membayangkan hal ini, bahkan dia tidak pernah tau tentang ini.

"Memangnya kenapa? gue ga lihat ada yang salah dari Arsyana." Dia tersenyum, aku selalu merasa buruk melihat itu karena aku jadi teringat aku dan dia mirip.

"Benar ya kata orang orang cinta itu buta, lo bahkan gak peduli sama kekurangan dia." Dia mengangkat dagunya tinggi membuat aku merasakan sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang menggores kebanggaan ku saat dia berkata seperti itu.

"Dia gak kurang apapun buat gue, lo ngapain hah? mending lo merokok aja.. jadi semak sekolah kaya biasa, gue selalu punya hal yang lebih penting, lo tau kan?"

Arkala terkekeh, aku tau betul apa yang sedang dia pikirkan, aku sangat memahami isi otaknya itu yang hanya berisi tentang hiburan.

"Santai dong, lo selama ini yang gue kenal paling gak suka sama sesuatu yang gak seimbang dengan lo, itu sebabnya lo dekatin Evio kan?" Aku mengangkat sebelah alisku sambil tersenyum, merasa lucu.

"Dekatin Evio? lo selalu tau, dia yang dekatin gue lebih dulu."  Lagipula kenapa dia membahas Evio sekarang? tidak seperti biasanya dia ingin bergabung dengan urusan seperti ini.

Tapi keheningan muncul sejenak diantara kami, aku merasakan ada yang tidak beres dan sedetik kemudian aku merasakan jantung ku berderak cepat.

Ya ini dia, sesuatu yang sudah lama aku pikirkan tapi akhirnya aku lupakan karena aku menginginkan Arsyana.

"Evio gak macam macam dengan Arsyana kan Kal?" Arkala pasti merasa lucu mendengar suaraku yang bergetar, aku juga merasakan darah mengalir cepat didalam tubuhku sekarang. Aku merasa buruk disaat diriku yang tidak pernah diusik akhirnya merasa terganggu karena sesuatu yang aku dambakan di ganggu.

"Yah gimana si lo baru kesadar? lo ga bodoh kan El?" Aku tidak pernah tau hal seperti ini bisa langsung mengambil kewarasan ku, aku secepat mungkin berlari ke arah pintu namun dihentikan oleh suara itu lagi.

"Arsyana lo gapapa, tenang aja." itu membuat ku kembali berbalik kearahnya, si brengsek itu sudah menyilang kedua lengannya ternyata sifatnya sangat menyebalkan ya, aku lagi lagi merasa lucu karena biasanya bukan aku yang merasakan ini.

Laki laki itu berdiri dari duduknya "Tadi Evio gertak Arsyana, tapi gue perlahan paham kenapa lo tertarik dengan dia, cewek itu pintar banget ya menempatkan diri? dia dikelilingi orang orang hebat.. Lorenza, Ferdo, Berlinda, mereka juga penyumbang piala sama kaya lo, gue juga baru sadar."

"Tapi kenapa Arsyana gak sama kaya orang orang disekitarnya? ikut eskul aja nggak.. dan jawabannya cuma satu, dia sama kaya gue, dia gak tertarik plus ga dipengaruhi dengan ambisi buta."

Sungguhan? Arkala berkata seperti itu di depanku? dia pasti sudah hilang akal, aku melangkah kasar kearahnya lalu mencengkeram kerah kemejanya dan seperti yang bisa ku tebak, dia tersenyum.

Semenjak aku kenal dia, judulnya saja berteman tapi aku selalu tau walau aku dan dia terlihat damai sebenarnya kami tetaplah Api yang bertemu. Aku selalu mengerti, dia dan aku bisa bentrok kapan saja dan akhirnya prediksi ku benar benar terjadi.

"Dengar gue baik baik, Arsyana gak sama kaya lo, lo paham?" dia mengangkat tangannya membuat aku mendorong nya dan melepaskan cengkraman itu.

"Lo tau betul kan gue orang yang kaya gimana El? bukan cuma gue, lo dasarnya yang suka terlibat dengan orang orang kaya gue."

"Ingat El, semua orang disekitar lo Api dan orang pertama yang kaya air itu dia, Evio sudah ngambil langkah pertama.. mungkin dia masih aman, tapi coba lo bayangin kalo Seth, Jefrey,  Skylar dan yang lain tau tentang hal ini?" Aku merasakan jantungku berdetak kencang mendengarkan dia terus mengoceh, sialan si brengsek ini ternyata memang tidak punya hal lain untuk dilakukan.

"Lo sudah terlanjur libatkan Arsyana ke dalam hidup lo dan itu hal paling mengecewakan dari lo, El."

Ya Arkala benar jadi aku langsung keluar dari ruangan yang terasa semakin panas itu, aku mengganti pakaian ku lalu satu satunya tujuanku saat ini adalah dia, seseorang yang selalu terbayang bayang di setiap malam ku.

Aku melangkah cepat mencarinya tidak peduli semua mata tertuju kepadaku ku, aku tau itu pasti karena kejadian yang aku lewatkan.

"El tadi Evio kesini" Aku hanya mengangguk mendengar Ferdo yang berada di depan kelasku berkata seperti itu, ternyata Arkala tidak berbohong. Tak lama aku menangkap kehadirannya, langsung saja aku mengikutinya tanpa pikir panjang.

Tapi lagi lagi ada sesuatu yang ku dengarkan "Jani diserang sama fans lo!" yang kudengar tentu membuat sesuatu di dalam diriku semakin menjadi jadi. Bagaimana aku bisa melupakan nya?

Sungguh tidak pernah ku rasakan perasaan ini dan disaat aku menatap matanya langsung ku ucapkan seribu maaf di dalam hatiku, tidak pikir panjang aku hanya ingin kabur bersamanya sekarang, kabur dari tempat yang penuh aturan ini, hanya bersama dia, Arsyana.

===

Tapi asal kau tau, setiap melihat kehadiran nya dia langsung membuat ku goyah dan serakah. Aku sungguh tidak ingin melepaskan Arsyana, jadi ku pikir dia akan aman jika selalu ada di sisiku.

Aku sendiri tidak percaya akhirnya aku mengatakan hal ini dengan sungguh sungguh padanya. Aku yang selama ini pengecut memendam perasaan padanya dan akhirnya memilih jalan kekanakan sampai membuatnya kesulitan sekarang.

Tapi yang terpenting sekarang untukku jika sudah terlanjur harusnya aku selesaikan, jadi Arsyana memang harus bersamaku.

"Gue orang paling cocok untuk lo Arsyana." Setelahnya ku tangkup pipinya disaat aku tau betul dia tidak ingin, lalu ku sentuh keningnya yang hangat itu dengan bibirku.

Dengan ini, aku sudah menetapkan Arsyana sebagai milikku tidak peduli jika dia belum siap, karena sebenarnya aku juga baru tersadar seburuk buruknya orang di sekeliling ku, aku tetaplah salah satu dari mereka.








NEXT





















NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang