8. Around Him

2K 141 0
                                    


===


Ada beberapa hal yang bisa membuatku semangat dan yang paling sering adalah satu kamarku, dua makanan masakan bunda, dan tiga kak Dita.

Biasanya setiap kak Dita pulang dari bimbelnya aku akan menyambut nya dengan senyuman, tapi kali ini aku yang pulang terakhir dan kak Dita tidak memberikan ku senyuman sama sekali.

"Ni, dari mana kamu?" Kak Dita bertanya dengan nada yang tidak ramah kepadaku, dia sudah menyilang kedua lengannya sambil menatapku tajam, aku sampai melirik lirik ayah dan bunda mencoba meminta bantuan tapi mereka malah pura pura sibuk sendiri seperti tidak ingin tau.

"Eh? kakak belum dikasih tau ya? aku tadi jalan jalan sama temen kak.."

Kak Dita menatapku curiga dia mencoba mencari kebohongan di mataku tapi tentu saja dia akan malah semakin curiga karena saat ini aku sedang sangat gugup, aku yakin aku memasang raut wajah terjelek ku sekarang.

"Teman? sejak kapan kamu mau jalan sama orang lain selain Lorenza?"

"Sejak tadi kak.. hehe."

Aku melihat kak Dita yang masih dengan seragam putih abunya itu memutarkan bola mata mendengar omong kosong ku "Kakak dengar orangnya cowo?"

"Iya cowo kak dia namanya Ka-"

"Kashel Grazio, iya kan?"

"Iya kak, kakak tau orangnya?" Sungguh itu pertanyaan konyol harusnya aku beberapa waktu lalu bisa berfikir Kashel kan sering ikut lomba melawan murid sekolah lain, dia seharusnya dikenal bahkan sampai ke luar SMA Artlenta, terlebih lagi SMA ku dan SMA kak Di hanya terpisah 3 kilometer tentu saja kak Dita tau siapa orangnya, kak Dita sendiri juga sering mengikuti lomba lomba yang ada.

"Iya, kakak tau dia orangnya seperti apa, Kashel Grazio dia orang yang gak punya pendirian mungkin dia bukan orang yang buruk tapi semua yang ada di sekeliling nya punya pengaruh buruk." Kak Dita adalah orang yang tidak banyak basa basi dan selalu berterus terang dengan kata katanya, dia langsung memegang bahuku sambil mengatakan itu.

"walaupun teman tapi jangan dekat dekat sama dia, Ni." Aku langsung terdiam sambil menatap kak Dita tidak tau harus berkata apa, kak Dita tidak pernah seperti ini kepada ku, apa memang benar orang orang di sekitar Kashel punya pengaruh buruk?

"Wah dek kalau kakakmu bilang begitu, berarti memang benar itu.." Akhirnya bunda yang sedang duduk di sofa bersuara, aku tau walaupun bunda dan ayah terlihat sibuk dengan urusan mereka masing masing mereka tidak akan bisa menghiraukan pembicaraan aku dan kak Di tadi.

"Seperti apa orangnya Kashel itu kak?" Bunda bertanya membuat kak Dita melepaskan pegangannya di bahuku.

"Dia sering ikut lomba pencak silat bun, dia selalu menang dengan adil tapi aku perhatiin perguruan nya terlalu brutal.. karena mereka yang dikenal seperti itu mereka jadi ditakutin sama lawannya."

"Waktu aku lomba taekwondo 4 bulan lalu kebetulan tempat lombanya sama, aku lihat ada orang yang kakinya patah gara gara tanding lawan perguruan Kashel itu. Yang nyerang sudah ditahan tahan sama wasit biar gak melewati batas tapi karena dia terbawa emosi kaki lawannya sampai jadi gitu."

Mendengar perkataan kak Dita sepertinya Ayah dan Bunda terkejut, jangankan mereka aku saja juga dibuat terkejut tapi berita itu tidak pernah terdengar disekolah kami?

"Aduh.. beneran kak? terus itu gimana jadinya kak?"

"Yang kakinya patah dibawa kerumah sakit bun terus yang mukul di diskualifikasi dan kena sanksi ga boleh ikut pertandingan mana pun untuk beberapa bulan."

"Ah syukurlah dia kena hukuman, anak anak yang masih labil seperti itu memang harus diberi hukuman biar jera." Ayah ikut mengeluarkan suara sekarang, memang benar seseorang yang emosinya tidak stabil sebaiknya jangan dilibatkan kedalam pertandingan.

NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang