14. Can't Accept

736 84 3
                                    


===

Aku menatap handphone ku, memutar vidio berdurasi 34 detik itu untuk kesekian kalinya, vidio itu diakhiri dengan Arkala memegang pipinya yang berdarah karena terkena kuku jariku yang panjang.

Aku memang sengaja memanjangkan dan menghiasi kuku jari tangan ku, itu untuk mengambil perhatian ku saat aku sedang bosan, supaya aku bisa melihat sesuatu yang menurut ku bagus. Lagipula guru guru tidak terlalu memperhatikan kuku belakang ini.

Tapi tidak pernah ku sangka itu akan mengakibatkan seseorang terluka seperti hari ini. Aku yang selama ini sudah berusaha untuk menjauh dari biang masalah seperti Arkala akan terikat selamanya sekarang karena ada vidio ini.

Sebentar lagi jam menunjuk ke arah jam 1 siang yang artinya itu jam istirahat orang tuaku, mereka akan kembali kerumah untuk mengistirahatkan diri sejenak. Aku sudah mengabaikan panggilan dari Lorenza dan Ferdo untuk kesian kalinya, aku juga mengabaikan pesan yang mereka kirim.

Kalau bisa aku ingin mereka tidak tahu tentang hal ini agar fokus mereka tidak terbagi kemana mana.

Aku mendengar suara pintu terbuka dari bawah sana, dari langkah kakinya saja aku tau itu adalah orang tua ku, sekarang bunda pasti sedang menaiki tangga.

Ceklek

"Dek? tumben kamu sudah pulang" bunda bertanya kepadaku tepat saat pintu kamarku sudah terbuka, aku memandang bunda seperti biasa.

Sepertinya orang tua ku tidak mendapatkan panggilan apa apa dari sekolah, mungkin karena Berlinda mengizinkan aku kepada guru dengan alasan sakit saat disekolah tadi.

Mungkin guru guru juga tidak tau aku adalah dalang dari perkelahian Arkala dan Ash karena tidak ada siswa yang berani menceritakan kronologi kepada guru.

"Gak papa bun, hari ini guru ada rapat makanya di suruh pulang cepat" bunda mengangguk ngangguk mendengar itu, tapi kali ini aku tidak merasa bersalah.

Katanya berbohong demi kebaikan itu bukanlah dosa, saat ini aku berbohong agar orang tua ku tidak kepikiran dan khawatir hanya gara gara kisah anak bungsunya yang konyol ini.

"Iya deh dek, istirahat aja, kalau mau makan turun ke bawah"

"Sudah bun.."

"Oh ya sudah" Bunda pun keluar dari kamarku dan kembali menutup pintu kamar ku lalu perlahan menjauh dari daerah kekuasaan ku. Dengan begitu sekarang hanya ada satu hal yang aku khawatirkan.

Dan itu adalah kakak ku.

===

Sejak dulu ada satu hal yang mengganjal hati Anjani Anindita, dia adalah seseorang yang selalu berhati hati dalam melangkah. Sejak kecil dia selalu memiliki pemikiran dan pemahaman beberapa kali lebih kedepan dari pada orang lain.

Dia disebut sebut sebagai jenius, tapi Dita sendiri terkadang tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan adik kecilnya, bukankah seorag jenius itu harusnya bisa mengetahui isi pikiran seseorang, karena itu lah dia di panggil jenius iya kan?

Tapi jangankan isi pikiran adiknya, perasaan adiknya sendiri saja dia tidak tahu seperti apa.

Arsyana Rinjani, atau adiknya yaitu Jani memiliki ketertarikan yang sangat tipis dengan hal hal yang ada di dunia ini, mungkin satu satu nya yang bisa membuat dia candu hanyalah benda tipis yang selalu ia genggam setiap hari itu.

NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang