7. Place

845 79 0
                                    


===


"Kenapa lo mandang gue gitu?" Aku bertanya kepadanya bagaimana tidak? saat ini Kashel memandangku seperti dia sedang melihat hantu, apa jangan jangan dia baru tersadar aku tidak secantik gadis lain? dia memasang wajah terkejut saat ini.

"Lo barusan manggil gue Ash?" Kashel bertanya, aku menaikkan sebelah alisku memangnya kenapa?

"Lo manggil gue Arsyana mulu padahal gue selalu dipanggil Jani, jadi gue pikir gue juga perlu manggil lo Ash biar kita sama sama beda."

Aku melihat cowok di hadapanku ini tiba tiba tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang berjejer rapi "Maksud lo, lo mau panggilan  diantara kita beda dari orang lain?"

Aku terkejut mendengar perkataan nya, oh iya juga aku baru tersadar apa yang aku katakan sedikit aneh "Gue gapernah ya bilang gitu! ini biar impas aja!"

Kashel tertawa bebas rambutnya itu ditiup tiup oleh angin yang berhembus tapi anehnya aku tidak merasakan dinginnya udara melainkan malah merasakan rasa aneh di hatiku.

"Kenapa si lo ketawa mulu? seneng ya ngerjain gue?"

"Hah apa tuh? gue gapernah bilang gitu."

"Tapi keliatan banget tuh.."

Dia memandangku masih dengan senyuman terbaiknya sekarang kami sama sama berhadapan, dia menurunkan sedikit badannya agar bisa sejajar denganku "Cuma perasaan lo aja itu" ucapnya dengan suara rendah lalu dia langsung berjalan melewati ku.

Aku membalikkan badanku, dia melambaikan lambaikan tangannya seolah memberi tanda agar aku mengikutinya, ternyata selain menyebalkan cowok itu juga bossy tapi pada akhirnya aku lagi lagi hanya mengikuti langkahnya.

"Kita mau ke tempat itu?" Aku bertanya padanya, tapi setelah beberapa saat dia menghentikan langkahnya membuat aku juga berhenti melangkah, dia lalu menoleh kebelakang.

"Namanya bukan 'Tempat itu' tapi namanya warung mang Asep, lo harus ingat baik baik karena gue bakal sering ngajakin lo kesini."

"Hah? emangnya lo yakin habis ini gue bakal ikutin lo lagi? kalo bukan gara gara lo ngajakin gue didepan semua orang gue juga gamau tuh.." Sekali lagi aku bukannya arogan, malah aku adalah orang yang sangat sadar diri, Kashel berada di level yang berbeda dariku jadi dia berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.

Aku melihat Kashel kali ini membuat senyuman yang berbeda, senyuman yang tidak terlihat menyebalkan "Arsyana emang lo juga yakin lo gabakal jatuh buat gue?"

Dalam hidupku baru kali ini aku bertemu laki laki sejenis dia, yang tingkat kepercayaan diri nya amat tinggi ternyata orang orang seperti itu memang ada di dunia.

"Jadi itu tujuan lo? ngebuat gue jatuh hati buat lo?"

"..Yeah that's right, Arsyana." Aneh seharusnya aku tidak bodoh dan tidak akan pernah terjatuh untuk nya setelah mengetahui hal ini, tapi aku malah menikmati rasa yang aku sangat mengerti maksudnya apa.

===


"Eh Kashel tumben datangnya sore sore gini lagi lapar kah?" Itulah suara pertama yang aku dengar saat menginjak tempat ini, sebuah tempat makan yang didepannya ada tulisan besar berisi 'Warung Mang Asep jos!' dan dikelilingi oleh pepohonan hijau yang lebat.

Tempat ini di dominasi oleh kayu, tempatnya bersih, tertata rapi dan jujur terlihat sangat nyaman walaupun terlihat seperti tempat makan biasa.

Kashel tertawa mendengar penuturan dari laki laki yang sudah bisa aku tebak adalah pemilik tempat ini sekaligus orang yang bernama mang Asep, Kashel tidak mengucapkan apapun dia hanya memundurkan kursi plastik dihadapannya lalu memandang kearah ku, seketika aku mengerti maksudnya aku pun duduk di kursi itu.

"Wah wah siapa neng ini? gak pernah liat tuh." Aku tersenyum saat mang Asep berkata seperti itu yang sudah jelas kata kata itu dimaksudkan untukku.

"Ini orangnya mang yang aku ceritakan waktu itu." Ucap Kashel yang lagi lagi berhasil membuat detakan jantungku berdebar kencang, apa maksudnya waktu itu? dia pernah membicarakan ku dengan mang Asep? itu terdengar seperti perencanaan kejahatan.

"Owalaah ini toh, bagus deh kalo gitu sepertinya kalian sudah dekat, mau pesan apa neng?" Aku hanya bisa tersenyum senyum memandang Mang Asep sambil membiarkan Kashel duduk di depanku dengan senyuman jahilnya.

"Katanya mau Sate mang, padahal beberapa waktu lalu sebelum disini dia bilang gak mau makan soalnya sudah makan." Aku melotot ke arah Kashel saat mendengar itu Kashel langsung terkekeh kecil diikuti oleh Mang Asep yang juga ikut tertawa.

"Ya gak papalah, orang itukan tadi bukan sekarang, mau sate apa neng padang atau kacang?"

Aku meringis malu memandang mang Asep "Sate ayam kacang aja mang.." Ucapku langsung di angguki oleh Mang Asep.

"Terus kamu a?"

"Samain aja mang" wah sepertinya dua orang ini dekat ya aku bahkan semakin curiga kepada mereka.

"Oke ditunggu ya Neng."

"Iya mang." setelah itu aku melihat Mang Asep masuk kedalam untuk menyiapkan makanan.

Senyuman ku langsung hilang saat aku kembali menatap kearah Kashel "Apaan si lo bilang bilang kaya gitu? kan gue jadi malu." sedangkan Kashel sepertinya dia tidak mengambil perkataan ku serius dia hanya memutar mutar kunci motornya sambil menatapku.

"Lah ngapain malu? kan udah mang Asep bilang itu kan tadi bukan sekarang."

"Tapi kan tetap aja!"

"Hahaha biasa aja kali Na gapapa kok yang tau cuma gue sama mang asep aja."

Entah kenapa saat aku bersama Kashel aku selalu merasakan tenaga ku perlahan habis, mungkin karena aku sering merasa kesal kepadanya, Kashel sendiri dia selalu tau cara memancing emosiku.

"Huftt.. terus yang maksudnya lo ceritain gue itu apa?" aku bertanya lagi padanya.

"Yah cerita biasa lah, cerita orang yang kita suka pada umumnya gitu masa gatau sih? sharing sharing gitu, kenapa emangnya?"

Pipiku memerah aku tidak tau apakah Kashel berbohong atau tidak, dia adalah orang yang susah ditebak "Bohong ya masa si lo suka sama gue?"

Kashel memejamkan matanya sejenak masih mempertahankan senyumannya "Arsyana, kalo gue gak suka sama lo ngapain gue ngajakin lo ketempat mang asep?"

Aku mengangkat bahuku sekilas "Ya untuk main main doang lah ya kan?"

Tapi setelah aku berkata seperti itu Kashel malah menghembuskan nafasnya "Lo emang gatau apa apa ya, Arsyana." ujarnya.

"Ya emang, kalo gitu buat gue tau."

Ucapan ku mampu membisukannya kali ini, dia bersandar pada kursi yang didudukinya lalu memandang ku dengan matanya yang tajam namun menenangkan itu setelah beberapa saat dia kembali tersenyum lalu menaruh kunci motornya diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dariku.

Aku dan Kashel saling bertatapan sekarang, sepertinya kami penuh dengan pikiran kami masing masing dan setelah beberapa saat berada di dalam keheningan yang diciptakan oleh nya akhirnya Kashel bersuara.

Entahlah mungkin karena aku yang terbawa suasana atau mang Asep yang terlalu cepat, pada akhirnya mang Asep datang mengantarkan pesanan kami berdua tanpa memberikan ku jeda untuk berpikir tentang apa yang Kashel baru saja katakan barusan.

NEXT

































NOO!TICEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang