Seorang pemuda kini tengah duduk bersandar pada ranjang pesakitan di temani oleh seorang pria dewasa yang masih setia memandang nya .
" Jimin-" hyunjoong, masih mencoba memecahkan keheningan di ruangan itu, disambut tatapan sayu oleh si pemilik nama
" ......." Keterdiaman Jimin membuat hyunjoong semakin merasa bersalah atas semua yang sudah ia lakukan selama ini
"Maafkan papa jim" pemuda di sampingnya menatap lekat pria paruh baya itu , masih diam dan enggan menjawab barang sedikitpun
" Maafkan papa yang sudah terlalu keras kepadamu selama ini ... " hyunjoong menggapai jemari dingin Jimin dengan ragu, menghela nafas pelan sebelum melanjutkan ucapannya
" Maafkan papa yang tidak mengerti jika selama ini anak papa yang lain merasakan sakit sendirian" Jimin masih enggan untuk menjawab ,hanya menatap sang papa
" Papa tidak perlu meminta maaf ..." Jimin mengalihkan pandangannya dari sang papa, mencoba untuk menahan air mata yang sudah akan menetes dan melepas genggaman sang ayah
" Tidak ada yang berubah .... " Lanjutnya
"Dan.. Jangan pernah katakan pada yang lain , apapun yang papa tau" Jimin memejamkan matanya sejenak meredakan sesak di dada nya
" Aku tidak ingin semua orang peduli padaku hanya karena kasian" dirinya kembali menghembuskan nafasnya pelan
"Bahkan sebelum papa tau ,aku sudah bisa menahan nya sendiri jadi bisakah papa bersikap seperti sebelum mengetahui apapun ? " Jimin mengesampingkan badannya
" Aku ingin tidur , terimakasih sudah menyempatkan untuk menemani ku ... papa bisa pulang " Jimin memejamkan matanya , sedangkan hyunjoong masih berdiri mematung di samping ranjang Jimin
" Selamat tidur jagoan papa , maafkan papa dan mama yang tidak bisa menjadi orang tua terbaik untuk mu" lantas hyunjoong memilih untuk keluar ruangan saat di lihat Jimin tak ada pergerakan untuk membalasnya .
Sesaat setelah pintu tertutup Jimin membuka matanya , air mata Jimin kembali menetes sangat deras di sana , badannya bergetar hingga tanpa sadar ada seseorang membuka pintu ruangan itu , seorang gadis memeluk Jimin dari belakang
" Apa yang terjadi hingga sampai dirawat humm" Jimin yang terkejut langsung menolehkan kepalanya .
mengusap kasar air matanya dan menatap suara khas yang ia sangat kenali . seorang gadis yang ia jadikan alasan bertahan hingga saat ini
" Paman hyunjoong masih diluar saat aku datang , beliau nampak murung . Apakah kalian bertengkar? " chaeyong memberikan sebuah paperbag
" Tidak ..." Jimin masih menundukkan kepalanya dihadapan chaeyong , sedangkan gadis cantik yang sejak tadi tersenyum itu duduk di samping Jimin
"Mau peluk" chaeyong merentangkan tangannya yang di sambut oleh anggukan Jimin, Jimin menubrukkan tubuhnya ke dalam pelukan chaeyong
" Menangis lah , jiminku tidak akan terlihat jelek jika hanya sekedar menangis di pelukan gadis cantik ini humm" Jimin tersenyum samar lantas ia melepaskan pelukannya menatap chaeyong
" Kau menyebalkan sekali sihh ,merusak suasana saja" Jimin mencubit pipi chaeyong gemas
" Apakah jiminku sudah makan?"
" Aku ingin makan bersama pacarku" Chaeyong menunjukkan paperbag satunya yang ia bawa dari rumah
"Baiklah .. Eomma memasakkan makanan yang spesial untuk calon menantunya, eomma dan appa juga menitipkan salam untukmu semoga cepat sembuh dan datang kerumah lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE GOES ON ☑️
Fiksi Penggemaraku yang di paksa untuk tetap baik-baik saja disaat aku benar-benar hancur