Part 1

1.3K 35 0
                                    

Kata orang, kekayaan tidak akan habis sampai 7 turunan. Sepertinya hal itu tidak berlaku, buat Jeannie yang merupakan keturunan kesepuluh malah keluarganya semakin bertambah kaya.

Walau keluarganya kaya, tetap saja dia tidak kesepian karena keempat Kakaknya masih berada di mansion yang super duper luas.

Soalnya Kakak-Kakaknya yang sudah menikah, memilih tinggal misah dari mansion tapi mereka tinggal tidak jauh dari mansion, supaya Adik kecil mereka butuh sesuatu maka mereka segera ke mansion.

Paling penting semua yang Jeannie mau pasti terkabul, jelas dia anak terakhir dan perempuan satu-satunya.

Sudah pasti dikabulkan sama kesembilan Kakaknya walau sebagian sudah berumah tangga, tetap saja prioritas utamanya Jeannie.

Cantik? Iya, kaya? Jelas, baik? Pasti, sempurna deh Jeannie ini, sayangnya dia jomblo tidak seperti Kakak-Kakaknya yang sudah punya istri, tunangan dan pacar, dia masih setia menjomblo.

Alasannya? Dia malas pacaran, pasti ribet dan banyak diatur sana sini. Apalagi dia belum ketemu orang yang cocok untuknya, sudah jelas bukan pria ya karena dia suka gadis.

"Jean, mau ikut Kakak?" tanya Ravael menatap sang Adik.

Karena mereka mahasiswa tahap akhir yang jarang ke kampus, mereka selalu diam di rumah saja. Urusan dosen pembimbing, mereka malas disuruh-suruh jadinya mereka yang menyuruh dosen datang ke mansion mereka.

Toh otak mereka sangat pintar, tanpa dibimbing juga mereka sudah bisa membuatnya di saat mahasiswa/i lain kepusingan akan tugas akhir, mereka sudah menyelesaikan sebelum waktunya dan sekarang mereka tinggal menunggu waktu mereka wisuda.

"Mau ke mana?" tanya Jeannie balik tanpa menjawab pertanyaan Ravael.

"Cari jodoh buat kamu," balas Ravael asal yang pasti itu bukan tujuan dia.

"Serius lah Kak," kata Jeannie kesal, Ravael terkekeh.

"Mau jalan-jalan aja, kalau ada yang menarik perhatian kita beli," balas Ravael santai.

Ravael tipe pria yang santai, ngajakin jalan tanpa tujuan pun dia lakukan seperti sekarang. Asal dia ketemu sama hal yang menarik perhatiannya, barulah dia berhenti.

"Ayolah, aku juga bosan di mansion," kata Jeannie menyetujui ajakan Ravael.

Mereka segera ke parkiran dan mengambil mobil sport kesayangan Ravael, Ravael menggunakan mobil kesayangannya untuk Jeannie saja karena mobil itu kesukaan Jeannie.

Apa pun yang Jeannie sukai, Kakak-Kakaknya tidak akan memakai mobil atau motor tersebut, bahkan ke istri sama pacarnya saja tidak mereka izinkan pakai motor atau mobil tersebut.

Seistimewa itu lah Jeannie di keluarga Harvey, tidak peduli bagaimana pun asal dia senang membuat mereka senang juga. Ditambah sosok orang tua yang sudah meninggal saat dia berusia 5 tahun, membuat Kakak-Kakaknya over terhadapnya.

Mengenai orang tua mereka, orang tua mereka meninggal karena kecelakaan pesawat yang saat itu pesawat hilang kendali. Mereka sangat terpukul ketika orang tua mereka meninggal, tapi mereka tidak larut dalam kesedihan.

Karena mereka sadar, Jeannie lebih butuh mereka. Jika mereka lemah dan terus-menerus bersedih, bagaimana dengan dia? Jadi mereka sepakat, kalau mereka tidak akan bersedih.

Soal pasangan, mereka mengizinkan Jeannie pacaran dan nikah dengan seorang gadis karena Adik kecil mereka sangat spesial yang tidak mungkin menikah dengan pria mana pun.

Saat ini mereka sudah berada di mobil sport Ravael, Ravael melajukan mobilnya tanpa arah. Jeannie juga tidak masalah, jalan-jalan begini membiarkan Ravael yang menghabiskan bensinnya.

Ravael juga tidak akan miskin untuk beli bahan bakar, uang jajan dia saja 5 juta sehari, masa beli bahan bakar sama jajani Adiknya saja tidak mampu.

"Kak, ke resto Kak Jay dan Kak Jo yuk, laper nih," ajak Jeannie bersemangat diangguki Ravael.

Mana mungkin Ravael menolak keinginan Adik kesayangannya, dia melanjukan mobilnya ke resto Hrv. Setibanya di sana, mereka disambut para pelayan.

Mereka mengangguk saja lalu mereka ke ruangan Jayden dan Jordan, mereka kalau ke sini selalu ke ruangan si kembar buat numpang makan doang.

Ceklek!

Pintu terbuka tanpa diketuk lebih dulu, mereka sudah tahu siapa yang datang. Kalau karyawan mereka selalu mengetuk pintu, jadi siapa lagi kalau bukan Adik kesayangan mereka.

Sebelum Jeannie masuk, mereka sudah menghentikan pekerjaan mereka, apalagi Adik mereka benci dicuekin dan di nomor duakan sama pekerjaan.

"Kak Jay, Kak Jo, laper," kata Jeannie merengek lapar.

Bukannya menyapa sang Kakak malah Jeannie merengek karena dirinya lapar, Kakak-Kakaknya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Jeannie.

Bukan hal baru jika Jeannie ke sini selalu merengek lapar, mereka sudah terbiasa juga. Mereka tidak masalah jika mereka tidak disapa dulu, asal dia bahagia juga sudah cukup.

"El, pesen gih buat kalian," suruh Jordan diangguki Ravael.

"Mau pesen apa, sayang?" tanya Ravael lembut.

Tidak ada kata yang salah dari Ravael, mereka sering mengucapkan kata sayang, baby, honey, ke Jeannie. Orang yang tidak mengenalnya pasti mengira mereka pacaran, padahal mereka Kakak Adik.

"Aku mau spaghetti bolognese, waffle ice cream, dan orange jus," kata Jeannie menyebutkan pesenannya.

"Kalau begitu, tunggu ya Kakak pesen dulu," balas Ravael mengacak rambut Jeannie lalu dia pergi.

Jeannie tidak kesal, rambutnya hanya diacak sedikit jadi dia bisa merapikan lalu dia duduk sebrangan dengan Kakak kembarnya.

"Kak, tidak masalah 'kan kalau aku sering ke sini?" tanya Jeannie menatap kedua Kakaknya.

Jeannie mengatakan hal itu karena dia merasa tidak enak yang terus merepotkan sang Kakak, pertanyaan dia dibalas gelengan kompak dari keduanya.

"Jangankan makan di sini, kamu ke rumah kami saja, kami tidak keberatan," balas Jordan santai.

"Betul itu, jadi kamu tidak perlu sungkan Baby. Kamu tetap prioritas kami, ingat itu," timpal Jayden lembut.

Jeannie bersyukur memilik mereka di hidupnya, walau dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua lagi tapi dia tidak kekurangan kasih sayang dari mereka.

"Kalian kapan wisuda?" tanya Jayden yang ingat dengan momen penting itu.

Jayden bertanya karena mereka akan mengosongkan semua jadwal di hari wisuda kelima Adiknya, tidak peduli jika keempat Adiknya yang lain sudah pernah di wisuda tetap saja mereka selalu mengosongkan jadwal.

"Minggu depan, Kak. Kakak harus datang di wisudaku, tidak perlu hadiah cukup kalian datang saja," balas Jeannie tersenyum.

Jeannie tidak butuh hadiah, kehadiran mereka lebih dari cukup. Walau dia berkata, dia tidak perlu hadiah. Mereka sudah menyiapkan hadiah dan pastinya mereka akan berikan di hari wisuda dia.

Ceklek!

"Makanan datang," kata Ravael diikuti kedua pelayan yang membawa makanan mereka.

Setelah menaruh makanan, kedua pelayan tadi kembali bekerja. Ravael dan Jeannie makan dengan tenang, setelah itu barulah mereka berbincang-bincang santai dengan kedua Kakaknya.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang