Part 12

494 30 0
                                    

Sementara Jeannie sudah berada di kantor, dia disambut para karyawan yang berlalu lalang. Dia hanya mengangguk saja, dia segera ke ruangan si kembar.

Dia masuk tanpa mengetuk pintu, kebiasaan dia yang kurang sopan tapi Kakak-Kakaknya tidak marah toh keluarga ini yang masuk bukan orang lain.

"Kak, aku numpang ya. Bosan di mansion terus," kata Jeannie saat dia sudah duduk.

Joseon dan Joeson memang satu ruangan, mereka malas punya ruangan lain dan paling penting memudahkan mereka jika ada kendala, mereka tidak perlu bolak-balik ke ruangan lain.

"Tunanganmu ke mana?" tanya Joseon saat dia melihat Jeannie datang sendiri.

"Sekolah Kak," balas Jeannie diangguki mereka.

"Ya sudah kamu di sini saja sepuasmu, kami tidak larang," kata Joeson membuat Jeannie senang.

Si kembar kembali fokus ke pekerjaan mereka sedangkan Jeannie dia memilih bermain ponsel, ngomong-ngomong soal ponsel Jeannie belum membelikan ponsel untuk Yovela mungkin nanti.

Saat jam istirahat, murid-murid yang kepo dan selalu up to date soal gosip, mereka mencari data tentang Yovela.

Mereka yang membaca berita, betapa kagetnya mereka saat Yovela murid baru yang tadi pagi diantar Jeannie merupakan tunangannya.

Sebagai admin gosip sekolah yang baik, mereka langsung menyebarkan gosip tersebut. Mereka yang sudah membaca tidak berani mencari urusan dengan Yovela, mencari masalah sama aja bunuh diri.

Teman yang baru Yovela dapat, keduanya juga kaget. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, jika Yovela lecet sedikit saja nyawa mereka jadi ancaman.

Temen Yovela bernama Noella dan Silvia, mereka mudah bergaul dan asik jadi dia tidak keberatan menerima mereka sebagai temannya apalagi mereka belum tahu siapa dia yang sebenarnya.

"Kalian kenapa?" tanya Yovela bingung.

"Kamu sudah bertunangan?" tanya Noella memastikan.

"Sudah, kenapa?" balas dan tanya Yovela.

"Dengan Jeannie Harvey?" tanya Silvia bukannya menjawab.

"Iya," balas Yovela santai.

"Kenapa tidak bilang!" teriak Noella dan Silvia bersamaan membuat Yovela menutup kedua telinganya sedangkan teman sekelasnya menatap mereka.

"Kalian tidak tanya," balas Yovela cuek.

"Astaga, gimana ini?" tanya Noella ketakutan.

"Kalian kenapa?" tanya Yovela yang merasa aneh dengan kedua teman barunya.

"Kak Jean itu anak kesayangan keluarga Harvey, kamu tunangannya. Sekali saja kamu lecet, kita langsung mati," jelas Silvia membuat Yovela paham.

Yovela paham dengan ketakutan mereka, dia sendiri sudah melihat betapa sayangnya kedelapan Kakak Jeannie.

"Tenanglah, aku akan baik-baik saja, jangan kuatir," balas Jeannie menenangkan mereka walau mereka tidak sepenuhnya tenang.

Mereka memilih makan di kelas berhubung mereka membawa bekal juga, mereka makan dengan tenang. Sehabis makan, mereka diam saja hingga bel masuk berbunyi.

Mereka kembali belajar hingga beberapa jam kemudian bel pulang sekolah berbunyi. Jeannie yang tahu bel pulang di sini, dia sudah berada di parkiran 5 menit sebelum bel.

Ketika bel berbunyi, dia keluar dari mobil saat dia melihat Yovela jalan bersama dua orang gadis yang tidak dia, dia tidak masalah asal kedua orang itu tidak menyakiti Yovela.

Dia segera menghampiri Yovela yang tidak jauh darinya, Yovela yang sadar kalau dia berada di sini langsung menghampiri juga meninggalkan kedua temannya di belakang.

Chup!

Jeannie mencium bibir Yovela sekilas, tidak peduli di belakang Yovela ada kedua temannya. Tidak ada yang berani menegur atau menganggu mereka, kedua teman Yovela saja takut.

"Kak, aku malu. Ada temanku," bisik Yovela yang masih terdengar Jeannie, temannya tidak mendengar apa-apa.

"Biarkan saja," balas Jeannie santai.

"Kalian berdua temannya?" tanya Jeannie menatap keduanya.

"I-ya, Ka-k," balas Silvia dan Noella gugup.

Bagi mereka tatapan Jeannie sangat menakutkan, tidak heran kalau keduanya ketakutan seolah Jeannie ingin memakan mereka hidup-hidup.

"Jagain dia selama di sekolah atau kalian tahu sendiri akibatnya, ayo masuk Baby," tegas Jeannie membuat mereka takut, dia tidak peduli lalu dia menarik pelan Yovela menuju mobil.

Jeannie membukakan pintu untuk Yovela, setelah Yovela masuk barulah dia masuk ke kursi pengemudi dan melanjukan mobilnya ke mansion.

"Kak, kamu membuat kedua temanku takut," kata Yovela membuka suara.

"Tidak peduli," balas Jeannie yang benar-benar tidak peduli.

Jeannie hanya peduli sama keluarga dan tunangannya saja, selebihnya dia tidak akan peduli mau orang itu takut atau tidak ke dia.

"Kak, kasihan mereka," kata Yovela membuat Jeannie kesal.

Jeannie kesal karena Yovela selalu membahas kedua temannya yang takut dengan dirinya, lagipula buat apa Yovela kasihan emang temannya dilukai sama dia? Tidak 'kan.

"Diam, jangan membahas mereka. Aku tidak suka kamu kasihan sama orang, kamu paham!" kata Jeannie dengan nada tinggi.

"Maaf," lirih Yovela ketakutan.

"Tidak ada kata maaf, kamu harus dihukum biar kamu nurut dan tidak berulah seperti sekarang," tegas Jeannie membuat Yovela menengang.

"Lepas cd, kaos kaki dan sepatumu sekarang," lanjut Jeannie dengan nada tidak bisa dibantah.

"Kak, ini di jalan," tolak Yovela walau dirinya ketakutan.

"Peduli apa? Cepat lepaskan yang aku minta," tegas Jeannie datar.

Yovela tidak punya pilihan, mau tidak mau dia melepaskan cd kaos kaki dan sepatu yang dia gunakan, dia tidak mau Jeannie semakin murka dan berbuat nekat padanya.

Jeannie menepikan mobilnya ke pinggir, dia menoleh ke arah Yovela, membuat Yovela menatap dia balik.

"Senderan di pintu dan hadap sini lalu ngangkang," suruh Jeannie dibalas gelengan.

"Kak, maaf, jangan," pinta Yovela tidak didengarkan Jeannie.

"Aku tidak suka mengulang kataku dua kali, Vel," lanjut Jeannie datar.

Yovela terpaksa melakukan yang Jeannie perintahkan, lalu Jeannie menyuruh dia orgasme dengan memasukkan jarinya sendiri. Apa dia bisa menolak? Tidak, dia melakukannya dan sesekali dia mendesah.

Jeannie yang melihat Yovela melakukannya dan mendesah, dia hanya tersenyum kecil. Dia membiarkan Yovela seperti ini, sampai Yovela benar-benar orgasme tidak peduli seberapa lama.

Setelah Yovela orgasme, barulah Jeannie menurunkan sleting nya, dan mengeluarkan juniornya. Hal itu membuat Yovela bingung dan berpikir apakah hukuman dia belum selesai?

"Duduk dipangkuanku dan masukkan juniorku ke vaginamu," suruh Jeannie, Yovela sudah lelah sehabis sekolah dan orgasme sekarang hanya nurut saja.

Yovela memposisikan dirinya supaya junior Jeannie bisa masuk sempurna ke vaginanya, untung saja vagina dia sudah basah jadi memasukkan junior Jeannie tidak sulit.

Posisi Yovela saat ini sudah duduk di pangkuan Jeannie, Jeannie tidak peduli celana yang dia gunakan kena cairan Yovela yang berada di selangkangannya.

"Gerakkan tubuhmu sampai aku sendiri yang bilang berhenti," suruh Jeannie lagi, Yovela menggeleng.

"Kak, maaf," kata Yovela lirih.

"Tidak, kamu tetap dihukum, lakukan hukumanmu sebelum aku murka," tegas Jeannie tidak mau dibantah.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang