Part 13

476 30 0
                                    

Yovela menyesal sudah membuat Jeannie kesal dan marah kepadanya, hukuman Jeannie hari ini membuat dia berpikir dua kali untuk bicara.

Yovela menggerakkan tubuhnya maju dan mundur, sedangkan Jeannie memilih menjalankan mobil ke mansion dengan kecepatan pelan.

Perjalanan pulang hari ini sangat lama, Yovela pun mendesah terus dan dia tidak tahu sudah berapa kali dia atau Jeannie orgasme yang pastinya mengenai celana Jeannie.

"Kak, ku mohon udah ya hukumannya, aku lelah," kata Yovela pelan dan menghentikan hukumannya jadi posisi dia duduk di pangkuan Jeannie.

"Berani membantah lagi?" tanya Jeannie tegas.

"Tidak Kak, maaf" lirih Yovela menggeleng.

"Bagus, nurut lebih baik jika kamu tidak mau dihukum lagi," kata Jeannie lembut.

"Iya, Kak," balas Yovela pelan.

"Istirahatlah 10 menit, sebelum kita sampai mansion," suruh Jeannie diangguki Yovela.

Yovela memeluk Jeannie dan menaruh kepalanya di leher dia, dia tidak masalah dan dia tetap fokus ke jalanan dengan kecepatan pelan karena dia memberikan waktu untuk Yovela beristirahat.

10 menit kemudian barulah mereka tiba di mansion, Jeannie langsung memarkirkan mobilnya. Dia melihat Yovela masih pulas terlelap, terpaksa dia harus mengendong Yovela ke kamarnya.

Untung saja di garasi ini tidak ada siapa-siapa dan bisa langsung naik ke kamar mereka berada, tanpa melewati ruang tamu atau ruang keluarga dulu.

Setibanya di kamar, Jeannie membaringkan Yovela di ranjang dan mengeluarkan juniornya pelan-pelan tanpa membangunkan Yovela. Setelah itu, dia melepaskan pakaian mereka hingga naked.

Barulah dia mengelap tubuh Yovela supaya dia nyaman tidurnya, setelah bersih barulah dia memakaian Yovela pakaian lalu menyelimuti Yovela sedangkan dia memilih mandi.

Sehabis mandi, Jeannie melihat Yovela masih terlelap. Dia melihat jam, dia memilih menyiapkan makan siang, dia tidak tega melihat Yovela bangun tapi menunggu makanan lagi.

Di dapur, Jeannie yang niatnya ingin masak tapi dia urungkan dia saja sudah mencium bau makanan yang enak dan dia yakin salah satu Kakaknya yang masak.

Dan benar saja, dia melihat Gracio yang asik memasak. Walau di sini ada pelayan, urusan masak kalau mereka tidak lelah pasti masak sendiri.

"Kapan balik, Dek?" tanya Gracio saat dia melihat Jeannie.

"Baru beberapa menit Kak, Kakak masak apa?" balas dan tanya Jeannie.

"Makanan kesukaan kamu, Kakak lihat kamu belum pulang makanya Kakak masakin," kata Gracio diangguki Jeannie.

"Dua porsi ya Kak, buat aku sama Yovela," balas Jeannie.

"Iya Dek, tenang saja Kakak ingat kok kalau tunanganmu di sini," kata Gracio, Jeannie hanya tersenyum.

Jeannie duduk saja memperhatikan Gracio yang masih memasak, tidak butuh waktu lama masakan Gracio matang, hanya saja makanan ini cukup 2 porsi saja.

Jeannie bingung, apakah Gracio tidak makan? Gracio tahu tatapan bingung dia, Gracio menjelaskan kalau dia sudah makan sebelum dia memasak jadi makanan ini untuk dia dan Yovela saja.

Jeannie paham, dia memutuskan makan dulu karena dirinya sangat lapar, tidak lupa dia mengucapkan terima kasih ke Gracio karena Gracio sudah memasakkan makanan untuk dia.

Jeannie makan, Gracio hanya melihat saja. Sehabis makan, dia mau cuci piring ditolak Gracio. Gracio yang akan cuci piringnya, jadi dia bisa ke kamar atau ke mana pun dia mau.

Sekali lagi dia mengucapkan terima kasih, dia membawa makanan untuk Yovela ke kamarnya karena dia tidak mau tunangannya itu sakit.

Di kamar, dia bingung karena dia tidak melihat keberadaan Yovela dan dia mendengar suara kran air jadi dia menaruh makanannya dan ke kamar mandi beruntungnya kamar mandi tidak di kunci.

"Kamu kenapa?" tanya Jeannie kuatir.

"Mual Kak," balas Yovela pelan.

"Ke dokter yuk," ajak Jeannie lalu dia mengendong Yovela ala bridal style.

Walau Jeannie menghukum Yovela tadi, bukan berarti dia lepas tanggung jawabnya. Dia kuatir melihat kondisi Yovela yang pucat, jadi dia segera membawanya ke dokter.

"Mau ke mana, Dek?" tanya Gracio saat Jeannie berjalan cepat sambil mengendong Yovela.

"Mau ke rumah sakit Kak, tunanganku mual, duluan ya Kak," balas Jeannie cepat lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Gracio.

Di parkiran, Jeannie mendudukan Yovela di kursi penumpang. Mobilnya beda lagi, karena mobil tadi kotor. Setelah itu, dia duduk di kursi pengemudi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Dia tidak mungkin melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, apalagi Yovela sedang mual dan dia tidak mau bertambah mual juga.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Dia kembali mengendong Yovela ala bridal style, menuju ruang dokter kandungan.

Dia memiliki firasat kalau Yovela bukan masuk angin, kalau masuk angin dia pun akan merasakan juga apalagi aktivitas mereka selalu bareng.

Di ruang dokter, dia masuk saja siapa juga yang mau larang kalau rumah sakit milik keluarganya? Dia mendudukkan Yovela barulah dia menjelaskan semua, dokter paham dan menyuruh Yovela untuk tes.

Yovela mengangguk saja, lalu dia melakukan tes dan menunggu hasilnya yang ternyata hasilnya positif tentu saja mereka senang dengan kehadiran si kecil.

Dokter memberikan resep berupa vitamin, setelah itu mereka keluar setelah mengucapkan terima kasih. Soal obat, Jeannie menyuruh bodynya yang mengawasi dia.

Dia malas antri, jadi dia memilih pulang. Di mobil, Jeannie mengirimkan pesan ke grup yang isinya meminta mereka untuk pulang sekarang karena ada hal penting yang mau dia bahas.

Setelah itu, dia melajukan mobilnya kembali ke mansion. Tapi, di pertengahan jalan suara dia memecahkan keheningan karena dia perlu memberitahu hal ini.

"Jaga kandunganmu dengan baik, aku tidak mau anak kita kenapa-kenapa," tegas Jeannie tanpa menatap Yovela.

"Kak, apa Kakak beneran akan menikahi aku?" tanya Yovela menatap Jeannie.

"Ya, lusa kita menikah. Persiapkan dirimu dengan baik," balas Jeannie santai, Yovela sangat kaget, dia tidak menduga kalau Jeannie serius.

Jeannie membiarkan Yovela kaget, dia malas bicara panjang lebar atau apa pun itu. Setibanya di mansion, dia mengantar Yovela ke kamar dulu.

Dia menyuruh Yovela untuk makan lalu minum obatnya dan segera beristirahat sedangkan dia memilih ke ruang keluarga karena semua Kakaknya sudah berada di mansion.

"Ada apa, Dek?" tanya Joeson mewakili mereka.

"Lusa aku menikah Kak, barusan aku ke rumah sakit dan Yovela positif hamil," balas Jeannie santai mengejutkan mereka.

"Kamu tidak pakai pengaman seperti Kakak-Kakak?" tanya Adrian menatap Jeannie.

"Tidak Kak, mana betah aku pakai pengaman. Aku mending langsung nabur, biar cepat hasilnya," balas Jeannie tanpa dosa, mereka hanya menggeleng kepala bukannya marah.

"Ada-ada saja kamu, Dek," kata Ravael gemas dengan tingkah Adiknya.

"Kalau lusa, berarti Cio, El, Ken dan Ezo menikah besok, dengan begitu tidak ada yang dilengkahi. Apa kalian setuju?" tanya Joseon menatap mereka satu per satu.

"Setuju," balas mereka yang akan menikah.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang