Part 6

661 31 0
                                    

Semua sudah ada di ponsel, mulai dari hal yang Jeannie sukai maupun tidak dia sukai, supaya Yovela saat ditanya orang lain tidak pusing-pusing menjawab.

Begitu juga dengan dirinya, dia tidak akan pusing soalnya dia sudah tahu semua data Yovela dari anak buahnya jadi orang lain bertanya dia bisa jawab dengan santai.

Yovela tentu saja kaget, dia mendapat ponsel dan semua data Jeannie. Hal ini tidak terduga baginya, di pikiran dia, Jeannie orang yang mempersiapkan segalanya dengan rapi.

"Makasih," kata Yovela tersenyum.

Hanya kata makasih yang Yovela bisa keluarkan, Jeannie tidak masalah lalu dia melajukan mobilnya kembali ke mansion.

Di mansion, mereka kembali ke kamar. Kalau Jeannie meninggalkan Yovela sendiri, bisa-bisa anak itu nyasar saking luasnya mansion ini.

Di kamar, Jeannie menyuruh Yovela ganti pakaian dan beristirahat karena dia tahu kalau Yovela lelah sehabis berbelanja. Yovela mengangguk lalu dia mengambil pakaian ganti, lalu ke kamar mandi.

Sekarang Jeannie mengizinkan hal itu, jika mereka sudah tunangan, dia tidak akan mengizinkan Yovela ganti pakaian di kamar mandi karena dia punya hak atas Yovela.

Tidak peduli dengan Yovela yang ganti di kamar mandi, Jeannie memilih ganti di kamar. Siapa juga yang mau masuk ke kamarnya jam segini, setelah ganti barulah dia beristirahat di ranjang.

Tidak lama, Yovela keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah berganti. Lalu Jeannie menepuk tempat kosong di sampingnya, menyuruh Yovela beristirahat.

Yovela mengangguk saja, lalu dia ke tempat kosong sebelah Jeannie. Tidak ada yang bicara lagi, mereka asik terlelap.

Keesokan harinya, semua sudah siap dengan Jeannie yang memakai tuxedo putih dan Yovela menggunakan gaun yang senada dengan tuxedo Jeannie.

Acara pertunangan ini berada di gedung yang sudah diatur Joseon, bahkan acara pertunangan saja konsepnya sudah mewah apalagi pernikahan lebih mewah lagi.

Mereka pergi dengan pasangan masing-masing, setibanya di sana, Jeannie dan Yovela sudah berada di atas panggung. Untuk cincin sudah berada di petugas, menunggu MC kasih aba-aba.

Saat waktunya tiba, petugas memberikan satu kotak cincin yang kemarin Jeannie beli, lalu dia memasangkan cincin ke jari Yovela.

Yovela melakukan hal yang sama, setelah Jeannie memasangkan cincinnya. Cincin tunangan seharusnya satu, sayangnya keluarga Harvey tidak mengizinkan.

Makanya cincin tunangan mereka selalu couple, biar saling menjaga hati satu sama lain. Tidak ada yang keberatan, jadi mereka menerima saja.

Setelah kedua cincin dipasang di jari masing-masing, Jeannie mencium bibir Yovela tidak peduli di depan umum sekali pun karena tradisi mereka seperti itu.

Yovela kaget saat Jeannie mencium bibirnya agak lama, sepertinya dia harus membiasakan diri dengan sikap Jeannie yang suka main nyosor.

Setelah puas mencium, Jeannie menjauhkan diri. Keluarga dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, untuk tamu undangan tidak semua diundang.

Hanya orang-orang tertentu saja yang diundang, jadi acara pertunangan ini tidak melelahkan buat Jeannie maupun Yovela. Berbeda jika acara pernikahan, hal ini wajib lelah.

Sesi ciuman sudah, selanjutnya keluarga dan para undangan bebas menikmati makanan yang mereka inginkan.

Begitu juga dengan keluarga Harvey, mereka makan di ruangan privat karena mereka tidak mau para undangan menganggu quality time mereka.

"Ambillah sebanyak yang kamu mau, jangan malu-malu," kata Jeannie lembut menggenggam tangan Yovela membuat Yovela menoleh.

Jeannie tahu Yovela belum terbiasa, tapi dia tidak mau Yovela sakit di saat yang lain malah asik makan tanpa malu-malu.

"Apa perlu aku ambilin?" tanya Jeannie dibalas gelengan.

Jeannie mengiyakan saja lalu dia mengambil beberapa makanan untuk dia dan Yovela, dia tidak yakin kalau Yovela akan mengambil makanan sendiri.

Setelah mengambil beberapa makanan kesukaan mereka, dia memberikan makanan kesukaan Yovela ke Yovela membuat Yovela bingung.

"Aku tahu kamu masih malu dengan keluargaku, padahal mereka ganteng dan cantik. Jadi aku ambil makanan ini, dimakan gih," jelas Jeannie ke Yovela.

"Makasih," balas Yovela tersenyum diangguki Jeannie.

Perhatian kecil yang Jeannie lakukan tidak luput dari penglihatan Kakak-Kakaknya, mereka bangga sama dia.

Walau dia anak terakhir dan manjanya tidak main, dia bisa bertanggung jawab sama pasangannya seperti perhatian kecil tersebut.

Mereka senang dia melakukan hal yang benar dan mereka selalu mendukung dan tentu saja melindungi dia, tidak peduli jika dia pun bisa berkelahi.

Di sini mereka makan dengan santai, sambil ngobrol dan bercanda namanya juga pesta buat apa diam-diaman.

Setelah acara tunangan dan makan-makan berakhir, mereka kembali ke mansion. Berbeda dengan Kakak-Kakak Jeannie yang sudah bekeluarga, mereka langsung pulang.

Walau Jeannie lelah dengan pesta tunangan dia hari ini, dia tetap memilih kembali ke mansion daripada mereka nginap di hotel.

Nginap di hotel sama saja mengganggu privasinya, dia lebih nyaman di mansion apalagi semua kamar milik mereka kedap suara.

Tidak ada seorang pun yang menolak kemauan dia, toh mereka juga melakukan hal yang sama setelah bertunangan yaitu balik ke mansion dengan alasan yang sama.

Setibanya di mansion, dia mengendong Yovela ala bridal style ke kamarnya karena dia tahu Yovela pasti kelelahan menggunakan hak tinggi.

Di kamar barulah dia menurunkan Yovela dan mengunci pintu kamar, walau dia tahu Kakak-Kakaknya tidak akan ganggu tapi dia tetap mengantisipasi.

Cantik banget tunanganku, ah tidak sabar memakannya, batin Jeannie memandangi Yovela.

Yovela yang sadar dirinya ditatap langsung menatap balik, jujur saja dia tidak mengerti arti tatapan Jeannie saat ini.

"Mau apa, Kak?" tanya Yovela yang mengeluarkan pertanyaan aneh.

Bodoh, kenapa tanya itu? Seharusnya aku tanya apa ada yang salah dengan diriku? batin Yovela merutuki dirinya.

"Kamu ingat 'kan tugasmu," kata Jeannie to the point.

Tugas? Ah iya, kenapa aku melupakan hal itu? batin Yovela.

"Ya, aku ingat," balas Yovela mengangguk.

"Bagus, kita mulai sekarang nanti saja mandinya," kata Jeannie tersenyum miring.

Sekarang? batin Yovela kaget.

Jujur saja Yovela belum siap, jika melakukan seks dengan Jeannie walau mereka sudah bertunangan sekali pun.

Ada keraguan dalam dirinya, apalagi belum tentu Jeannie akan menikahi dia setelah dia mengambil virginnya.

Jeannie menghampiri dia yang masih diam bagai patung, hingga mereka tidak ada jarak lagi lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga Yovela.

"Aku selalu bertanggung jawab atas perbuatanku, jadi kamu tenang saja," bisik Jeannie yang seolah tahu keraguan Yovela.

Yovela merinding mendengarnya, Jeannie tidak peduli dengan reaksi dia. Perlahan tapi pasti Jeannie menurunkan re-sleting gaun yang dia gunakan. Setelah itu, Jeannie melepaskan gaunnya hingga dia memakai bikini saja.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang