Part 4

713 35 0
                                    

Setelah melakukan rutinitas, Jeannie duduk ke kursi miliknya. Di sini bukan 12 kursi saja ya, tapi sangat banyak bahkan bisa menampung 50 orang.

Seperti biasa, mereka makan dengan tenang. Sehabis makan, barulah mereka bicara sepuasnya tapi biasanya mereka akan sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Kak, aku pergi dulu ya," pamit Jeannie ke mereka.

"Mau ke mana?" tanya Adrian lembut.

"Ketemu seseorang di tempat kemarin," balas Jeannie jujur.

"Biar Cio dan El yang antar," tegas Joseon diangguki Jeannie.

Percuma Jeannie menolak, yang ada dia tidak diizinkan pergi. Daripada hal itu terjadi, lebih baik dia mengikuti kemauan mereka toh semua demi kebaikan dia juga.

Mobil yang mereka gunakan kali ini mobil biasa bukan mobil sport, kalau pisah mobil bisa-bisa Gracio dan Ravael kena amuk sama Joseon.

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah tiba di tempat Jeannie maksud. Gracio yang menyetir langsung menepikan mobilnya dan memarkir asal.

Setelah itu, Jeannie menuntun jalan karena dia yang mengajak mereka apalagi mereka tidak tahu tujuan dia yang sebenarnya untuk apa, selain menemui seseorang.

Di tempat yang kemarin dia kunjungi, dia melihat Yovela dikejar-kejar. Yovela yang melihat dia, Yovela segera berlari ke arahnya.

"To-long a-ku hiks," mohon Yovela.

Jeannie menarik Yovela ke belakang punggungnya, sedangkan Gracio dan Ravael sudah berdiri di samping dia, berjaga-jaga kalau dia lawan pria tersebut.

"Mau lari ke mana kau!" kata pria tersebut dengan nada tinggi.

"Sabar Pak, sebenarnya ada apa ini sehingga kalian mengejar gadis ini?" tanya Gracio tenang namun datar.

Mereka tidak pernah takut melawan pria besar terutama Jeannie, sejak kecil mereka sudah dilatih bela diri untuk berjaga-jaga jika hal yang tidak mereka inginkan terjadi.

"Keluarganya berhutang dan sudah lama tidak bayar," balas pria kedua.

"Berapa utangnya?" tanya Ravael to the point.

"50 juta," balas pria pertama.

"Kak, tolong dibayarkan dulu ya. Aku mau tunggu di mobil, nanti aku jelaskan," kata Jeannie santai, dia menarik pelan Yovela menuju mobil.

Di mobil, Jeannie dan Yovela duduk di kursi penumpang. Lalu dia memberikan tissue ke Yovela, Yovela menghapus air matanya.

"Kamu tidak apa?" tanya Jeannie lembut.

"Aku baik, makasih," balas Yovela.

"Soal tawaranku gimana?" tanya Jeannie lagi.

"A-ku, a-ku," balas Yovela terbata-bata.

Yovela bingung, dia harus jawab apa. Kalau dia menolak, dia tidak bisa membayar uang 50 juta itu ke Jeannie.

Uang segitu bukanlah uang kecil, dia bekerja bertahun-tahun juga tidak akan terkumpul apalagi dia masih SMA.

"Jika kamu belum siap, tidak perlu dijawab," kata Jeannie santai dan tidak mempermasalahkan jawaban dia.

Yovela terdiam sejenak, dia masih berpikir. Satu-satunya jalan melunasi hutangnya, dia harus menerima tawaran Jeannie.

"Aku menerima tawaran itu," balas Yovela mantap.

Semoga pilihanku tidak salah, batin Yovela.

"Kamu yakin? Sekali kamu jawab iya, kamu tidak bisa lari lagi," kata Jeannie memastikan dibalas anggukan.

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang