Part 11

532 30 0
                                    

Jeannie terkekeh melihat Yovela yang merinding, dia tidak setega itu juga membuat Yovela pingsan karena melayani nafsu dia.

"Jangan mikirin apa pun, cukup istirahat. Sehabis ini kita mandi dan makan siang," tegas Jeannie diangguki Yovela.

Yovela memeluk dan tetap bersandar ke dada Jeannie, menurut dia posisi seperti ini sangatlah nyaman dan perlahan namun pasti malah dia tertidur.

Hembusan nafas tenang membuat Jeannie menatap Yovela, dia tidak marah saat Yovela tertidur pulas, dia  malas senang karena Yovela bisa beristirahat.

Biarlah posisi mereka seperti ini, dia juga tidak takut Kakak-Kakaknya masuk karena dia sudah mengunci pintu kamar dan dia yakin mereka paham apa yang dia lakukan di kamar.

Dia memencet tombol di samping sofa, jadi sofa ini bisa memanjang untuk tiduran. Setelah sofa memanjang, dia mengecilkan AC di kamarnya supaya mereka tidak masuk angin.

Setelah itu dia memeluk Yovela dan menyusulnya ke alam mimpi, biarlah mandi dan makan belakangan karena dirinya pun sudah mengantuk.

Beberapa jam kemudian, Yovela terbangun lebih dulu. Dia tanpa sadar bergerak membuat Jeannie terpaksa terbangun dari tidurnya, jika Yovela terus bergerak bisa Jeannie pastikan kalau Yovela tidak bisa jalan.

"Jangan bergerak, Baby. Kamu mau aku makan lagi?" tanya Jeannie yang masih memejamkan matanya.

Perkataan Jeannie sukses membuat Yovela berdiam, Yovela merutuki dirinya yang lupa kalau milik Jeannie masih berada di vaginanya, pantas saja dia merasa ada yang keganjel di bawah sana.

"Maaf, aku lupa," balas Yovela pelan.

Jeannie mengubah posisi mereka menjadi duduk, hal itu membuat Yovela mendesah. Dia tidak masalah, dia suka dengar suara desahan Yovela.

Sayangnya dia tidak setega itu untuk memakan Yovela lagi, mereka harus makan siang. Dia mengendong Yovela ke kamar mandi dan memandikan mereka, sehabis mandi barulah mereka turun dan makan.

Mereka hanya makan berdua, entah ke mana penghuni mansion yang lain seolah membiarkan mereka berdua saja atau Kakak-Kakaknya memang sengaja memberikan waktu berdua, tidak ada yang tahu pasti.

Sehabis makan, Jeannie mengajak Yovela ke taman. Biarlah Yovela rileks sebentar sebelum dia kembali ke sekolah besok, soal pindahan sudah diurus. Besok dia bisa masuk sekolah, kebutuhan dia juga sudah diurus.

Keesokan harinya, mereka sudah bersiap-siap dan sudah menyelesaikan sarapan mereka. Jadi Yovela bersiap-siap ke sekolah sedangkan Jeannie mengantar dia, selain itu Jeannie sudah menyiapkan makan dan bekal untuk dia.

Soal semalam, mereka tidak melakukan hubungan badan mengingat Yovela hari ini hari pertamanya jadi Jeannie membebaskan dia semalam, untuk malam ini tidak ada yang tahu.

Mereka pergi dengan mobil sport kesayang Jeannie, mereka hanya berdua walau begitu bodyguard tetap menjaga mereka dari jauh apalagi Jeannie anak kesayangan Harvey, mana mungkin Kakak-Kakaknya membebaskan dia begitu saja.

Beberapa menit kemudia, mereka sudah sampai di sekolah. Jeannie segera memarkirnya mobilnya lalu dia memberikan 5 lembar uang 100.00 untuk Yovela, membuat Yovela bingung.

"Ambil, itu uang jajanmu," kata Jeannie santai.

"Aku sudah dibawakan bekal saja sudah cukup, aku tidak bisa menerima uang Kakak," tolak Yovela halus.

"Yakin?" tanya Jeannie lagi.

"Yakin, Kak," balas Yovela mantap.

"Baiklah, kalau ada kegiatan yang membutuhkan uang langsung katakan padaku," kata Jeannie santai diangguki Yovela.

Jeannie tidak keberatan dengan penolakan Yovela, dia juga tidak suka membiarkan Yovela jajan di kantin walau uang dia berikan setidaknya bisa Yovela simpan untuk keperluan lain sih.

Dia turun dan membuka pintu untuk Yovela, perlakuan sederhana dari dia membuat Yovela senang. Yovela keluar dan Jeannie menggandeng tangan Yovela sehingga mereka berada di depan mobil mereka yang pastinya banyak orang yang berlalu lalang.

Chup!

Jeannie mencium Yovela di depan umum, bahkan murid-murid yang berlalu lalang menghentikan jalan mereka untuk melihat keromantisan keduanya.

Siapa yang tidak kenal Jeannie Harvey? Hanya orang bodoh saja, keluarga Harvey terkenal pintar, sering loncat kelas, bahkan mendapat predikat lulusan terbaik.

Sekarang Jeannie berada di sekolah mereka dengan seorang gadis yang belum tahu siapa itu, soalnya gosip yang beredar kalau dia masih jomblo.

Sayangnya itu tidak akan berlaku lagi, mulai hari ini tepatnya hari pertama Yovela sekolah. Semua berita tentang pertunangan mereka menjadi perbincangan semua masyarakat, termasuk kedua orang yang berurusan dengan Yovela.

Tapi murid-murid di sini belum mengecek berita terpanas hari ini, jadi mereka belum tahu dan cukup kaget melihat Jeannie mencium bibir gadis yang mereka yakini juga murid baru.

"Aku malu," kata Yovela sambil memeluk Jeannie.

"Ngapain malu? Kamu tunanganku ini, masuk gih dan belajar yang benar," bisik Jeannie mengelus kepala Yovela.

Jeannie melihat Yovela yang masih betah memeluk dia, dia tidak masalah tapi hari ini Yovela masuk sekolah masa Yovela bolos.

"Perlu aku antar ke kelas?" tanya Jeannie dibalas gelengan.

"Ya sudah masuk sana, pulang aku jemput," lanjut Jeannie lembut.

"Iya," balas Yovela tersenyum lalu pergi, sayangnya tangan dia ditahan Jeannie membuat dia berbalik dan bingung.

"Biasakan dirimu kalau mau pergi cium dulu pipi atau bibirku," kata Jeannie membuat Yovela kaget.

"Lakukan atau kamu di sini seharian," perintah Jeannie diangguki Yovela pasrah.

Yovela mencium pipi Jeannie sekilas lalu dia segera masuk mencari ruang kepala sekolah, mana mungkin dia seberani Jeannie yang menciumnya di bibir.

Jeannie terkekeh dalam hati, dia senang mengerjai Yovela seperti ini. Biarlah, dia menikmati juga dan ciuman sebelum pergi, bukan ide buruk juga.

Setelah dia memastikan Yovela masuk ke sekolahnya, dia kembali ke mobil. Melajukan mobilnya ke kantor Joseon dan Joeson, sambil menunggu waktu Yovela pulang sekolah.

Yovela yang ditinggal sendiri lebih tepatnya memilih sendiri, dia bertanya ke siswa/siswi yang berpapasan dengan dia untuk bertanya di mana ruang kepala sekolah.

Setelah bertanya dan menemukan ruang kepala sekolah, dia diberitahu kalau kelasnya dia berada di 12 MIPA 1.

Jujur saja dia kaget, dia masih kelas 11 dipindahkan ke kelas 12. Saat ditanya siapa pelakunya? Kepala sekolah mengatakan Jeannie yang meminta.

Mau protes tapi takut, tidak protes juga takut. Kalau protes takut Jeannie marah-marah, tidak protes takut dirinya tidak bisa menyesuaikan diri dengan pelajaran di sini.

Berperang dalam pikiran sendiri, dia tidak sadar kalau wali kelasnya sudah berada di ruang kepala sekolah.

Mau tidak mau dia harus mengikuti wali kelas dia ke kelas yang baru. Dia beruntung, keluar dari ruang kepala sekolah sudah sepi karena pelajaran sudah dimulai.

Seperti biasa, perkenalan lalu belajar. Untung saja dia tidak ditanya macam-macam, jadi dia bisa belajar dengan tenang.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang