Part 9

602 27 0
                                    

Jeannie senang melihat Yovela diam saja, itu membuatnya menghemat tenaga dan tidak cape-cape memberikan hukuman ke Yovela.

Jeannie mengambil tablet, kali ini dia menggambar wajar Yovela. Yang nantinya akan dia cetakan dan dipajang di kamar ini.

Jeannie asik menggambar, Yovela harus menahan bosan karena dia tidak tahu harus ngapain. Ponsel? Mana punya dia, hidup serba kekurangan mau pikirin ponsel.

Sejujurnya, kamar Jeannie ini sangat indah. Tidak akan bosan jika di kamar terus, tapi dia tidak melakukan apa-apa pasti bosan juga.

Terpaksa dia harus menerima kebosanan daripada dia harus melayani Jeannie dalam kondisi lelah, bisa-bisa dia pingsan. Dia menunduk melihat tubuhnya, dia melihat tanda kepemilikan Jeannie di sana.

Dia yakin, tanda itu banyak di tubuhnya. Dia menghela nafas, dia merasa seperti bitch hanya saja dia melayani satu orang bukan bergilir dengan orang yang berbeda-beda.

Jadi, seharian ini Yovela hanya diam di kamar. Hanya makan, kamar mandi, tidur, itu saja yang dia lakukan. Parahnya lagi dia melakukan hal itu berulah hingga seminggu kemudian, jadi selama seminggu aktivitas dia seperti itu.

Setiap pagi dan malam, Yovela akan naked membiarkan puting susu dia berada di mulut Jeannie semalaman dan paginya harus menyusui Jeannie selama 15 menit atau dia harus memilih melayani Jeannie sampai puas.

Yovela memilih Jeannie menyusu di dia daripada dia melayani nafsu Jeannie lagi, bukannya dia tidak mau hanya saja dia masih sakit.

Beruntung dia memiliki tuan seperti Jeannie, Jeannie hanya melakukan seks 3 hari sekali setelah Jeannie mengambil virgin dia.

Hal ini Jeannie lakukan supaya dia tidak bertambah sakit dan membiasakan diri dengan junior Jeannie, mengingat tugas dia harus melayani Jeannie tiap hari.

Kalau tidak melakukan seks, Jeannie hanya menyusu. Itulah yang Jeannie lakukan dengan dia selama seminggu ini, hari ini dia tidak terkurung di kamar lagi karena Jeannie mengajak dia pergi.

Alasannya? Jeannie melihat dia sudah bisa berjalan normal, berarti dia tidak kesakitan dan bisa diajak ke mana-mana. Kali ini mereka pergi berdua, pastinya bodyguard akan menjaga mereka dari jauh.

Saat ini mereka sudah di dalam mobil, jujur Yovela tidak tahu ke mana mereka akan pergi dan dia hanya ingat satu hal, dia akan bertanya karena dia merasa hal ini perlu dibahas.

"Kak, sekolah aku gimana?" tanya Yovela menatap Jeannie.

"Kamu sekolah di mana?" tanya Jeannie balik tanpa menatap Yovela.

"Di SMA Xaverius Query," balas Yovela diangguki Jeannie.

"Ucapkan salam perpisahan sama mereka, hari ini juga kamu pindah," tegas Jeannie membuat Yovela kaget.

"Tapi Kak..." kata Yovela ingin menolak.

"Ingat kataku, semua yang aku lakukan tidak boleh kamu tolak. Dan, siapa orang yang pernah membuatmu malu?" tanya Jeannie datar membuat Yovela takut walau Jeannie tidak menatap dia.

"Katakan sebelum aku mencari tahu sendiri," lanjut Jeannie datar.

"Alvino dan Skyela," balas Yovela jujur dan ketakutan.

Jeannie mengangguk lalu dia masih fokus melajukan mobilnya ke sekolah Yovela, dia serius untuk memindahkan Yovela.

Menurutnya Yovela tidak pantas di sekolah itu lagi, pergaulan di sekolah itu tidak bagus. Apalagi Yovela pernah dibully, jadi dia lebih baik memindahkan Yovela ke sekolah yang lebih baik.

Yovela hanya diam saja, hingga mereka sampai di sekolah dia pun dia masih diam. Jeannie memarkirnya mobil, lalu dia menarik pelan Yovela ke ruang kepala sekolah.

Jadi pertanyaan Yovela, apakah Jeannie pernah ke sini? Karena Jeannie sangat hafal sekolah ini bahkam ruang kepala sekolah di mana pun tahu, tanpa bertanya dulu.

Tok tok tok!

Jeannie mengetuk pintu, barulah dia masuk bersama Yovela. Dia melihat kepala sekolah, kepala sekolah kaget melihat dia datang bersama Yovela. Siapa yang tidak kenal dia? Hanya orang bodoh saja yang tidak tahu.

"Ada apa Nona?" tanya bobby selaku kepala sekolah.

"Dia tunanganku, saya ke sini untuk menuntut. Karena murid anda, sudah menyakiti dia," jelas Jeannie to the point.

"Maaf Nona, kalau boleh tahu siapa?" tanya bobby ramah.

"Nanti anda juga tahu, tugas anda kumpulkan semua murid di aula sekarang," suruh Jeannie ke Bobby.

"Baik, Nona," balas Bobby dan menjalankan yang Jeannie inginkan.

Jujur saja Yovela bingung, Bobby kenapa mau saja diperintah Jeannie padahal mereka baru pertama kali bertemu. Yovela mau menolak tidak bisa, Bobby sudah mengumumkan.

Setelah mengumumkan mereka ke aula bersama-sama, di mana semua murid sudah berkumpul. Kehadiran Yovela bersama Jeannie, membuat mereka bingung dan kaget.

Jeannie membisikkan sesuatu ke Bobby, Bobby paham dan dia naik ke podium untuk memanggil nama yang Jeannie bisikan ke dia. Kedua orang yang dipanggil naik ke podium, Jeannie hanya memperhatikan saja.

"Kedua orang itu yang buat kamu menderita? Kamu lihat apa yang tunanganmu ini lakukan," kata Jeannie tersenyum miring.

Jeannie segera naik ke podium dengan gaya angkuhnya sedangkan Yovela, dia hanya diam di tempat tadi dia dan Jeannie menunggu lebih tepatnya dekat Bobby berdiri saat ini.

"Jadi kedua anak ini yang sudah menganggu Yovela tunanganku, sudah miskin, jelek, tidak tahu diri pula," sindir Jeannie sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Berani sekali menghina kami," balas Skyela kesal.

"Siapa kau?" tanya Alvino.

"Siapa aku?" tanya Jeannie sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Tidak salah sih, jika kalian tidak tahu. Otak kalian saja pas-pasan," sindir Jeannie kembali membuat mereka kesal.

"Jeannie Harvey itu namaku ingat baik-baik," tutup Jeannie meremehkan.

"Si*lan!" balas Alvino yang tidak menerima hinaan, dia langsung memukul wajah Jeannie tidak peduli dia gadis.

Bugh!

Sayangnya pukulan itu tidak mengenai Jeannie, malah Jeannie yang memulul Alvino hingga Alvino terdorong dan jatuh beberapa meter dari tempat Jeannie berada.

"Kau mencari lawan yang salah bung," kata Jeannie datar.

Jeannie mengambil ponselnya, dia segera menghubungi orang kepercayaan dia karena dia tidak mau berlama-lama di tempat ini.

"Hancurkan keluarga Alvino Sebastian dan Skyela Aquaris anak kelas 11C hari ini juga."

Tanpa menunggu jawaban dari orang kepercayaan Jeannie, dia langsung memutuskan panggilan dan menghampiri Yovela yang sedari tadi diam memperhatikan dia.

"Pamitan gih, tapi jangan deh, yuk pulang. Kepsek, seluruh uang sekolah yang dulunya beasiswa Yovela sudah saya bayar full bahkan lebih.

Untuk kedua orang yang pernah melakukan kesalahan ke tunangan saya, kalian akan sangat-sangat menderita hari ini.

Sombong boleh, menghina dan membuat taruhan ke orang lemah sebaiknya berpikir dua kali. Jika orang itu berubah posisi di atas, gimana nasib kalian?" jelas Jeannie panjang lebar.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang