Part 8

684 31 0
                                    

Setelah Jeannie rasa cukup istirahat dan Yovela mulai menerima juniornya, dia mulai memaju mundurkan juniornya dengan tempo sedang.

Yovela yang merasakan junior Jeannie bergesekan dengan vaginanya di dalam, lagi-lagi harus merasakan sakit sekaligus nikmat.

"Aahh eennaakk Kkaakk,"

Tidak lama, vagina Yovela mulai menerima junior Jeannie yang membuatnya merasakan kenikmatan.

"Lleebbiihh cceeppaatt Kkaakk,"

Tanpa banyak bicara, Jeannie melakukan apa yang Yovela inginkan. Tidak lama, Yovela merasa ada sesuatu yang ingin keluar lagi.

"Aahh, aakkuu mmaauu aahh kkeelluuaarr, Kkaakk,"

"Bareng, Vel, aahh,"

Setelah beberapa menit akhirnya mereka orgasme, tentu saja Jeannie orgasme di dalam vagina Yovela.

Jeannie tidak akan mengeluarkan orgasme-nya di luar, lagipula dia akan bertanggung jawab jika Yovela hamil sesuai perkataannya.

Sedangkan Yovela, dia merasakan hangat dalam vaginanya saat mereka orgasme secara bersamaan.

Terlebih orgasme mereka sangat banyak, hingga cairan itu keluar dari selangkangan Yovela. Jujur Yovela sangat sedih dengan kehidupannya, apalagi dia akan hamil sebelum ada ikatan pernikahan.

Jeannie yang belum puas, tiba-tiba dia membalikkan badan Yovela hingga posisi Yovela menungging, jujur Yovela kaget saat dia membalikkan tubuhnya dengan mudah dalam posisi junior dia masih di vagina Yovela.

Apalagi Yovela sudah kelelahan, Yovela hanya bisa pasrah dan membiarkan dia melakukan apa yang dia mau. Lalu dia kembali memaju mundurkan juniornya sambil meremas kedua payudara Yovela secara kasar dari belakang.

"Ppeellaann Kkakk ssaakkiitt hiks,"

"Aahh, punyamu enak Vel, nikmati saja,"

Beberapa menit kemudian, mereka kembali orgame lagi lalu Jeannie membalikkan tubuh Yovela menjadi telentang dengan junior dia masih di vagina Yovela.

Jeannie mengatur posisi tidur supaya mereka tidur saling berhadapan dan bisa memeluk Yovela, walau bagian bawahnya bergerak membuat Yovela mendesah pelan karena dirinya sudah lelah.

Walau Jeannie ingin terus melakukan seks, dia tidak tega juga membiarkan Yovela pingsan karena Yovela terus melayani nafsunya yang tiada batas.

"Tidur ya, makasih untuk malam ini," kata Jeannie lembut lalu mencium bibir Yovela sekilas.

Yovela tidak membalas, dirinya sangat lelah jadi dia hanya bisa memejamkan matanya. Sedangkan Jeannia, dia menyelimuti tubuh mereka yang naked lalu mereka sama-sama terlelap ke dalam mimpi.

Keesokan harinya, Yovela terbangun lebih dulu. Jujur dia masih lelah, tapi kebiasaan dia bangun pagi membuatnya harus terbangun.

Dia melihat Jeannie yang masih terlelap dan wajah Jeannie hanya berjarak beberapa centimeter dari wajahnya, sejujurnya dia bingung. Dia harus bersyukur atau menyesal?

Bersyukur karena dia bisa bebas dari orang yang ingin menjualnya dan menyesal karena dia memberikan apa yang seharusnya dia jaga untuk calon suaminya nanti.

Semua sudah terjadi, dia tidak bisa berbuat banyak. Takdir hidupnya seperti ini, dia hanya bisa pasrah dan nurut sama Jeannie jika dia ingin hidup aman dan tenang.

Tidak lama, Jeannie terbangun. Dia melihat Yovela yang sudah terbangun dan masih mempertahankan posisi mereka, dia tahu kalau Yovela sedang melamun.

Terlebih dia bersyukur karena Yovela tidak bergerak, mengingat juniornya masih berada di dalam vagina Yovela. Jika Yovela bergerak, bisa-bisa dia menerkam Yovela lagi.

"Pagi baby, jangan melamun," sapa Jeannie mencium bibir Yovela.

Yovela yang sedari tadi melamun, dia kaget saat Jeannie mencium bibirnya walau sekilas. Setelah itu Jeannie menarik tubuh Yovela hingga Yovela berada di atasnya.

Hal itu membuat Yovela bertambah kaget dengan gerakan Jeannie yang tiba-tiba, jujur saja Jeannie masih mengantuk jadi dia segera memeluk pinggang Yovela yang berada di atasnya.

"Tidur lagi ya, aku masih ngantuk," kata Jeannie tanpa menunggu jawaban dia memejamkan matanya.

Yovela tidak masalah, dirinya juga masih mengantuk. Dia mencoba untuk kembali tidur, masa bodo dengan posisi tidur yang tidak nyaman daripada dia tidak bisa beristirahat.

Sejam kemudian, Jeannie terbangun lebih dulu. Dia melihat wajah tenang Yovela yang masih tertidur, dia tidak masalah Yovela berada di atasnya karena dia suka posisi ini.

Ternyata jam 10, Kak Cio sama Kak El ninggalin aku sarapan tidak ya? batin Jeannie saat dirinya melihat jam di kamarnya.

Walau Kakak-Kakaknya tidak buat sarapan atau makanan, dia bisa buat sendiri. Tapi lebih sering dibuatkan karena Kakak-Kakaknya tidak mau dia terluka saat masak, jadi dia pasrah saja.

Beberapa menit kemudian, Yovela terbangun. Untung saja dia sadar kalau dirinya belum bebas, kalau dia bergerak bisa-bisa dia dimangsa lagi sama Jeannie karena membangunkan adik kecilnya.

"Mandi yuk, kamu tidak mau begini terus seharian 'kan," kata Jeannie diangguki pelan Yovela.

Jeannie langsung mengubah posisi tiduran menjadi duduk, Yovela kaget dan dia memeluk Jeannie walau dia harus mendesah saat junior Jeannie mengesek vaginanya.

"Jangan mendesah, Baby, mau aku makan lagi?" tanya Jeannie lembut.

"Maaf Kak, jangan lagi ya, aku masih lelah dan sakit," tolak Yovela cepat.

"Berarti kalau besok-besok boleh?" tanya Jeannie tersenyum miring.

"Iya, boleh," balas Yovela pasrah.

"Bagus," kata Jeannie senang.

Jeannie segera mengendong Yovela ala koala ke kamar mandi, membiarkan mereka masih menyatu satu sama lain.

Di kamar mandi, dia memandikan Yovela dan Yovela diam saja walau masih malu padahal mereka sudah melihat semuanya.

Sehabis mandi, dia mengering tubuh mereka dan mengambil pakaian untuk mereka. Setelah itu dia mengendong Yovela ala bridal style ke ruang makan, dia tahu Yovela masih sakit untuk berjalan.

Di ruang makan sangat sepi, untung saja dia sudah melihat ada makanan jadi dia tidak perlu repot-repot lagi memasak. Mereka makan dengan tenang, setelah itu Jeannie mengendong Yovela ala bridal style ke kamarnya.

Di kamar, Jeannie mendudukan Yovela di pinggir kasur sedangkan dirinya mengambil salep setelah dapat, dia kembali ke tempat Yovela dan melepaskan celana beserta cd yang Yovela pakai.

Yovela kaget tapi dia membiarkan, setelah itu Jeannie membaringkan dia dan menekuk kedua kakinya lalu membukanya lebar-lebar. Barulah Jeannie mengoleskan salep ke vagina dia, dia meringis saat diobati.

Sehabis mengoleh salep, Jeannie menyuruh dia tiduran dengan kondisi dia half naked dan Jeannie menyelimuti tubuh bawahnya.

Sedangkan Jeannie menaruh salep dan duduk di sofa dengan tenang, hari ini Jeannie akan bermalas-malasan di kamar.

"Kak, apa aku tidak boleh pakai celana?" tanya Yovela memberanikan diri mematap Jeannie.

"Tidak, diam seperti itu atau aku memakanmu lagi," balas Jeannie sekaligus mengancam membuat Yovela takut.

Yovela tahu itu bukan sekedar ancaman, soalnya dia melihat keseriusan di mata Jeannie. Dia memilih diam dan membiarkan dirinya half naked, daripada dia harus melayani Jeannie lagi, dia masih lelah untuk melayani Jeannie di siang ini.

TBC...

27. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang