Yedam dan junghwan masih saja tak berbicara banyak. Junghwan masih juga bersikap seperti kemarin. Saat Yedam ingin berangkat bekerja. Tiba-tiba mobil Hyunsuk sudah ada didepan rumahnya. Hyunsuk menyuruh Yedam masuk dan akan pergi bersama ke mansion Watanabe. Dalam perjalanan Hyunsuk mencoba membahas hal yang Junghwan katakan kemarin
"Junghwan sudah bercerita tentang masalah nya kemarin" kata Hyunsuk membuka obrolan
"Iya eonnie, bukankah dia sangat beruntung mendapatkan kesempatan seperti itu..." Kata Yedam sangat mendukung Junghwan mengejar cita-cita nya
"Iya aku tau...tapi dia juga sayang padamu. Kau nunanya, dan satu-satunya saudara kandungnya, bagaimana bisa dia meninggalkan mu sendiri coba?, Bahkan, jika aku diposisi seperti itu aku juga akan memilih untuk tinggal" kata Hyunsuk membela keputusan Junghwan
"Tapi eonnie...itu tidak bekerja sama sekali. Aku hanya akan menghalangi semua mimpi Junghwan yang bisa ia raih dengan kesempatan ini" kata Yedam khawatir
"Sejak kapan kau jadi penghalang damie?, Kenapa kau selalu berfikir seperti itu?, Kau tidak pernah menghalangi Junghwan selama aku mengenal kalian. Aku tau semua hal tentang Junghwan adalah prioritas mu tapi tentang kehidupan mu juga harus kau fikirkan. Cobalah mengerti keinginan junghwan. Dia juga menyayangimu" kata Hyunsuk memberi pengertian
"Aku tau eonnie....tapi aku benar-benar tak ingin Junghwan melewatkan kesempatan ini. Lagi pula aku sudah cukup dewasa untuk tinggal sendiri tak ada yang perlu dikhawatirkan" kata Yedam tersenyum meyakinkan Hyunsuk
"Damie....
Aku tau kau bukan tipe orang yang mengeluh. Atau dengan mudah memberitahukan keluh kesahmu. Aku tau kau juga pasti sedih jika Junghwan pergi dan kau tinggal sendiri. Aku tau itu.... Tolong...jika kau tidak bisa bersandar pada Junghwan kau bisa bersandar padaku...paman dan bibimu bahkan tak pernah melihatmu menangis sekarang. Tolong jangan memendamnya sendiri" kata Hyunsuk menatap Yedam yang sudah tertundukYedam diam. Dia tau yang dikatakan Hyunsuk memang benar tapi rasanya jika ia menuruti egonya itu rasa bersalah akan terus ada dihatinya karena menghalangi Junghwan. Itu hanya fikiran Yedam saja, Junghwan tak pernah berfikir seperti itu.
"Jika memang kau masih dengan pilihan mu...tidak bisakah kau tinggal denganku. Aku sendiri di apartemen. Aku tak melarangmu bekerja. Tapi kita bisa tinggal bersama selama 2 tahun Junghwan sekolah. Aku mohon pertimbangkanlah ini" sambung Hyunsuk membuat Yedam menatapnya
"Akan aku fikirkan eonnie.... Terimakasih eonnie, aku akan masuk duluan" kata Yedam tersenyum ramah
Hyunsuk hanya tersenyum sendu...
Rasanya Yedam memberikan senyuman terbaik yang bahkan orang berfikir ia memang sangat ceria. Tapi bagi orang terdekat yedam. Rasanya itu hanya hal yang Yedam tunjukan untuk menyembunyikan rasa sakitnya.Yedam tak banyak berbicara hari ini. Bahkan biasanya bibi ahn melihat Yedam cerewet bertanya ini itu tapi Yedam hari ini banyak diam walau ia akan tetap tersenyum ramah saat berpas-pasan dengan pekerja yang lain. Yedam menyelesaikan pekerjaan nya lebih awal juga hari ini. Kebetulan Haruto juga sudah bisa keluar dan melakukan aktifitas seperti biasa. Saat sedang istirahat kepala maid mendatangi Yedam
"Yedam, apa pekerjaan sudah selesai?" Tanya kepala maid ramah
"Sudah bibi..ada apa bibi?" Tanya Yedam agak terkejut dan bangun sambil menampilkan senyum ramahnya
"Tolong bibi membawakan nampan ini. Tuan muda jeongwoo dan Haruto sedang ada tamu jadi bibi perlu bantuan, apakah Yedam bisa?" Tanya kepala maid ramah
"Bisa bibi...Yedam akan membantu" kata Yedam ramah dan membuang segala fikirannya tentang Masalah Junghwan sesaat
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (Hajeongdam) (GS)
FanfictionBagaimana cara Yedam mengahadapi dua kakak beradik adalah mafia besar yang kejam. Yedam gadis biasa yang tengah mencari pekerjaan baru untuk sekolah adiknya. Tapi satu-satunya pekerjaan yang memiliki bayaran tinggi adalah menjadi salah satu pelayan...