Kehidupan Melody berubah semenjak Ayahnya meninggal karena kecelakaan 3 tahun lalu. Sebelum kejadian itu keluarga Melody hidup dengan keharmonisan walau hanya dalam kesederhanaan. Ayah nya yang hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan otomotif tak mengurangi rasa syukur mereka. Walaupun dengan gaji yang bisa dikatakan tidak sedikit namun tidak banyak juga, Ayah Melody dapat membuat putri putri nya selalu merasa senang dan bangga.
Begitupun untuk Melody, karena pada saat Melody berulang tahun ke 12 tahun. Ayahnya memberikan kado yang sangat special untuknya. Yaitu sebuah piano klasik bermerk cukup mewah yang diberikan Ayahnya waktu itu. Tanpa diketahui Melody ternyata Ayahnya diam diam menyisihkan sebagian gaji nya untuk membelikan sebuah piano untuk putrinya. Saat itu Melody hanya bisa bermain piano di tempat les nya saja. Jadi, Ayah dan Ibu Melody berinisiatif untuk membelikan piano supaya Melody dapat bermain dan belajar piano di rumahnya.
Namun, piano itu sekarang sudah tak bisa Melody mainkan lagi. Ia sempat menyesal telah menyuruh ibu nya untuk menjual piano itu. Walaupun yang sebenarnya piano itu masih tersimpan di gudang milik saudaranya.
Hidup Melody semakin berubah semenjak ia juga mendapatkan ingatan kelam atas kejadian itu. Jika dulu ia bisa mengobati rasa rindu pada Ayahnya dengan bermain piano, tapi sekarang tidak. Piano hanya akan membuka kembali memori Melody akan kejadian malam itu. Kini Melody hanya mampu memeluk figura yang terpampang foto Ayahnya sebagai obat peredam rindunya.
Apalagi dalam situasi seperti ini. Saat Ibu dan Kakaknya ternyata sedang berjuang tanpa memberitahunya. Kesulitan yang sedang mereka hadapi ini membuat Melody berjanji pada diri sendiri untuk bisa lebih mandiri. Berusaha melepas segala ketakutannya di masa lalu demi Ayah, Ibu dan Kakaknya. Karena Melody tersadar, hidup nya saat ini hanya untuk Ibu dan Kakaknya.
"Yah, doain Mel supaya Mel bisa bantuin Ibu sama Kakak ya Yah.."
"Besok Melody mulai kerja. Semoga hasil kerja Mel bisa bantu buat ngelunasin utang Ayah.." gumam Melody dalam hati.**
Saat ini Melody sedang berada di perpustakaan sambil menunggu kelas selanjutnya. Hari ini Melody hanya sendirian, Geya yang biasanya selalu bersamanya kebetulan sedang sakit dan tak masuk kuliah.Sebetulnya teman Melody tak cuma Geya dan Winola saja. Tapi, Melody hanya merasa nyaman saat bersama mereka berdua. Entah mengapa kepribadian Melody jadi lebih tertutup sejak kejadian itu. Melody lebih mawas diri terhadap orang lain walaupun ia sudah mengenalnya.
"Mel..sendirian aja. Geya mana?" ucap Winola yang tiba tiba sudah duduk di hadapannya.
"Eh Win, iya nih. Geya sakit jadi gak masuk. Lo habis kelas?" jawab Melody menutup buku bacaannya
"Iya, lo juga lagi nunggu kelas kan?"
"Lo mau nemenin gue ke cafe depan gak? Gue janjian sama temen gue, tapi gak enak kalo nunggunya sendirian. Sekalian makan siang yuk" ajak Winola"Ya udah deh, gue juga belum makan"
Melody dan Winola pergi ke cafe depan kampus mereka. Saat ini mereka sudah duduk dan sedang menanti pesanan makanan.
"Mel, lo emang gak punya temen cowok ya?" tanya Winola tiba tiba
"Eh gimana Win?" sahut Melody yang sedikit kaget dengan pertanyaan Winola
"Itu kok gue gak pernah lihat lo sama cowok gitu. Penasaran aja sih" jelas Winola
"Oh gue punya temen cowok kok. Tapi, ya gak deket cuma sekedar temanan aja" jawab Melody
"Oh gitu. Lo gak pengen punya pacar ya Mel?" celetuk Winola
"Hah? Emm g-gue l-lagi gak pengen punya pacar Win. Mau fokus kuliah aja"balas Melody canggung
"Kalo lo sama Kak Nadi pacaran ya Win?" Tutur Melody mencoba mengalihkan pembicaraan
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Nadi [Jaeminju Fanfic]
FanfictionMelody bukan sebuah nada nada yang tersusun yang menciptakan sebuah lagu yang indah. Hanya seorang perempuan yang gemar bermain piano menciptakan nada nada yang indah. Nadi bukan sebuah pembuluh yang selalu mengalir dalam tubuh. Hanya seorang laki...