Pukul 9 malam, Jimin meringkuk di atas ranjang apartmentnya. Tubuhnya demam tinggi, setelah beberapa malam terus terguyur hujan saat pulang dari tempat kerjanya.
Taehyung menatap tak tega, Jimin yang menggigil dengan racauan tak jelas membuatnya merasa khawatir. Merasa banyak merepotkan sahabatnya itu, Taehyung mencari cara agar bisa membantu Jimin agar lekas membaik.
Selesai mengompres suhu tubuhnya yang tinggi, Taehyung hendak mencari obat di kotak biasa yang dia rapihkan. Tidak ada stok yang tersisa, membuat Taehyung kebingungan harus melakukan apa.
"Tidak masalah jika aku tinggal sebentar, ya? Aku akan mencari obat, untukmu."
"Tidak perlu Taehyung, aku akan membaik setelah ini."
Dengan suara parau Jimin menjawab, bukan membuat Taehyung tenang justru membuat laki-laki itu kian kebingungan.
Jimin tidak akan pernah mengatakan padanya apa yang begitu menyakiti laki-laki itu, setiap saat Jimin akan selalu berlagak kuat dan tidak ingin menyusahkan Taehyung.
Namun sebagai orang yang lebih sering merepotkan, Taehyung tentu tidak bisa diam saja. Dia nekat keluar kamar itu, meninggalkan Jimin sendiri yang pergi entah kemana untuk mencari obat malam ini.
Berbekal uang dua lembar yang tersisa, ini adalah uang pribadi Taehyung. Dia menjual satu kebun jagung milik mendiang orang tuanya, untuk bekal selama dia merantau di sini.
Berjalan keluar, dengan pakaian hangat yang kini tengah Taehyung kenakan. Apotik 24 jam mungkin ada, namun letaknya cukup jauh dari tempat Taehyung tinggal.
Itu memerlukan waktu sedikit lebih banyak, namun tidak ada pilihan lain yang membuat Taehyung menyanggupi hal tersebut.
Sekitar 35 menit berjalan, Taehyung berhenti di sebuah toko obat-obatan yang masih buka di jam yang hampir larut malam.
Membeli obat yang Jimin perlukan, dia hendak melaju pergi dari toko obat itu sebelum melihat wanita yang tengah berdebat dengan seorang pria di tepian jalan.
Malam-malam begini, wanita yang memakai masker wajah tersebut tampak terlihat ketakutan. Dua orang laki-laki tadi tengah berdebat, bahkan sesekali hendak merampas tas yang wanita itu pakai.
Mendekat, Taehyung menghampiri itu karena rasa khawatirnya. Takut jika wanita itu akan celaka, dan dua laki-laki tersebut berniat buruk pada wanita tadi yang hanya berjalan seorang diri.
"Permisi, ini ada apa ya?" Tanya Taehyung.
Menatap kedatangannya, wanita tadi bergegas untuk bergeser ke arah Taehyung. Merapatkan tubuh, dia melirik ke arah Taehyung dengan tatapan yang penuh rasa takut.
"Siapa kau?" Tanya kedua laki-laki itu.
"Bukan siapa-siapa, aku hanya melihat perdebatan kalian dari kejauhan."
"Kalau begitu jangan ikut campur." Ucap salah satu pria yang lain.
"Maaf sebelumnya, apakah kalian saling mengenal?" Menanyakan ke arah wanita tadi, yang sontak menggeleng dan melambaikan kedua tangannya ke arah Taehyung.
"Bukan, aku bahkan tidak mengenal mereka." Jawab wanita itu.
Taehyung mengangguk kecil, dia merogoh saku baju hangatnya. Mengeluarkan ponsel, seraya melirik kembali ke arah dua laki-laki tadi.
"Kakak ku petugas kepolisian, aku bisa menelponnya jika kau mau? Atau perlu aku berteriak, dan mengatakan kalian akan menculik seseorang?"
Tampak bingung dengan gertakan kan Taehyung. Dua pemalak itu saling bertatapan, sebelum akhirnya dia saling menarik lengan masing-masing dan pergi entah menghilang ke arah mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Addiction.
Fanfictionmenjadi orang miskin memang tidaklah mudah. harkat martabat, juga kehormatan manusia seperti Taehyung memang selalu menjadi pertaruhan oleh orang-orang besar di atas sana. namun bisakah dia sebut ini sebuah candu yang hebat? bagaimana dia mewajarkan...