"Aku, Taehyung."
Ucapnya, meraih uluran tangan laki-laki yang menjadi pemilik dari minimarket tersebut. Namjoon hanya mengangguk, dia duduk sejenak untuk menemani laki-laki itu menyesap segelas kopi.
"Aku sudah lama tidak datang ke toko, tapi sebelumnya pun aku tidak pernah melihat wajahmu di sekitaran sini." Ucapnya, membuat Taehyung tersenyum kecil.
"Benar, aku memang perantau."
Ah, Namjoon mengangguk. Baik tidak masalah jika memang begitu kan? Pantas saja, Namjoon merasa asing dengan raut wajah baru Taehyung.
"Dimana anda tinggal?" Tanya Namjoon.
"Tidak jauh, apartemen kawan ku di sebrang jalan. Sementara belum memiliki pekerjaan, jadi aku menumpang padanya."
"Ah, Sungguh? Salah satu karyawan toko ku juga tinggal di apartemen itu."
"Ah, di lantai mana?"
"Kurang tahu pastinya, tapi aku yakin Jimin tinggal di gedung yang sama."
Taehyung terkejut sontak, ukiran senyumannya tak lagi tertahan. Dia menegakkan tubuh, menatap ke arah gedung yang kini tengah Namjoon tunjukkan.
"Jimin adalah sahabat ku, dan benar kami ternyata tinggal di satu gedung yang sama."
"Benarkah? Wah, kebetulan yang hebat." Ucap Namjoon, turut tersenyum manis dengan lesung pipi yang terukir.
"Dia karyawan mini market mu?"
Namjoon mengangguk, mengiyakan pertanyaan Taehyung soal sahabatnya. Jimin memang bekerja di sini, bahkan terbilang pekerja yang amat Namjoon percaya.
"Karyawan terbaik ku."
Tersenyum, lagi dan lagi Taehyung merasa beruntung bisa bertemu dengan Namjoon di waktu yang pas ini. Bisakah Taehyung bertanya, mungkin saja Namjoon memiliki pekerjaan yang cocok untuknya?
"Apakah ada pekerjaan lain, yang bisa aku kerjakan di tempat mu?"
Raut wajahnya sedikit berubah, Namjoon berpikiran sejenak hendak menjawab pertanyaan Taehyung.
"Untuk saat ini belum. Jangan berkecil hati Taehyung-ah, jika aku butuh tenaga tambahan maka aku akan mengabari mu."
Taehyung mengangguk paham. Melihat situasi toko Namjoon yang tidak terlalu ramai kini membuatnya mengerti, hanya akan membuat masalah jika Namjoon terus menambah tenaga kerja tanpa pemasukan yang jelas. Mungkin karena itu dia menolak Taehyung.
"Tidak apa-apa, aku mengerti."
"Kau belum memiliki rencana soal pekerjaan?" Tanya Namjoon.
"Sudah, tapi sepertinya rencana pertama ku gagal. Aku sulit bertemu doang orang yang akan memberiku pekerjaan."
"Oh ya? Pekerjaan apa? Siapa yang memberikan itu padamu?"
Taehyung menggeleng kecil, dia mengeluarkan kartu nama yang sempat wanita itu beri. Memperlihatkannya pada Namjoon, dan menunjukkan alamat rumah yang dia maksud.
"Wanita ini, dia memintaku untuk datang dan menjadi asisten rumah tangga."
"Lalu?"
"Tidak bisa masuk, karena mereka mempertanyakan apakah aku sudah membuat janji dengan tuan rumahnya atau belum."
Namjoon sedikit tercengang. Monata Yazuer? Istri dari seorang aktor terkenal di negara mereka. Kota metropolitan seperti Pulo, tentu saja akrab dengan nama besar wanita itu.
"Dia seorang istri dari aktor terkenal. Apa kau tahu?" Namjoon kini bertanya balik.
Taehyung menggeleng, dia tidak begitu mengerti karena di desa hanya keluarga Taehyung yang tidak memiliki tv. Benda elektronik saja, dia beli saat dia hendak merantau kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Addiction.
Fanfictionmenjadi orang miskin memang tidaklah mudah. harkat martabat, juga kehormatan manusia seperti Taehyung memang selalu menjadi pertaruhan oleh orang-orang besar di atas sana. namun bisakah dia sebut ini sebuah candu yang hebat? bagaimana dia mewajarkan...