Di tempat lain, Yoongi memasukan ponselnya dan berjalan ke arah Jungkook. Sang bos melambangkan tangan, dia meminta Yoongi membawakan satu pasang sepatu untuk berganti di dialog yang entah keberapa kali.
"Sepatu hitam."
"Baik, tuan."
Hanya begitu saja, Yoongi berjalan bergegas membawakan benda yang bosnya pinta. Merapihkan itu di tempat Jungkook menunggu, Yoongi tak lantas pergi karena tahu Jungkook akan kembali membutuhkan bantuannya.
"Yoongi-ssi, pekerjaan hari ini akan usai larut malam. Jika kau lapar atau mengantuk, tidur saja di mobil hingga aku selesai."
Mendengar itu, Yoongi kembali mengangguk. Melihat asisten, juga make up artist yang kini sibuk menyiapkan penampilan Jungkook. Dia berjalan kembali menjauh, duduk dimana biasanya Yoongi menunggu bosnya selesai bekerja.
"Larut malam lagi ya?" Tanya seorang supir, yang bekerja untuk artis yang lain.
"Iya, seperti biasa. Bagaimana dengan mu?"
"Hampir selesai, bos ku sedang berganti pakaian dan kami akan pulang."
Memberikan satu jempolnya, Yoongi meraih gelas kopi yang dia beli. Menyesap itu, dan kini kembali memainkan layar ponselnya.
Di tempat lain, Taehyung turun di sebuah supermarket. Kini Mona mengajak laki-laki itu untuk masuk, sedangkan Mona meminta paman Donghyuk tetap menunggu di luar.
Tentu saja berkeliling mencari keperluan yang Mona butuhkan, Taehyung mendorong sebuah troli belanja yang tersedia di dalam supermarket tersebut.
"Karena kau lebih tua, aku akan selalu memanggil mu dengan sebutan Oppa. Tidak marah kan?" Tanya Mona lagi, untuk pertanyaan yang sudah dua kali dia tanyakan.
Taehyung tentu menggeleng kecil, bibirnya tersenyum seolah memberi tanda jika dia baik-baik saja.
"Ah Oppa, apa kau ada alergi sesuatu? Kita akan berbelanja bahan makanan saat ini."
"Tidak ada Nyonya, aku baik-baik saja dengan hidangan apapun selagi itu tidak pedas."
"Ah, jadi tidak bisa makan pedas ya? Ada lagi?"
"Anu, aku juga tidak terbiasa meminum kopi. Jadi mungkin aku tidak membutuhkan hal itu." Jelas Taehyung lagi.
Mona hanya mengangguk, dia menghampiri rak belanjaan yang ad di supermarket itu. Membawa beberapa benda ke dalam troli yang Taehyung dorong, kini Mina kembali menatap benda yang ada di tangannya sebagai sebuah pertimbangan.
"Suamiku tidak terlalu suka roti, tapi aku belum pernah mencoba roti ini. Apa kau ingin berbagi dengan ku, Oppa?"
"Justru harusnya aku yang bertanya, apa Nyonya tidak keberatan melakukan hal itu?"
"Tentu saja tidak. Lagi pula, kita hanya berbagi makanan layaknya manusia biasa. Kau memang pekerja, namun tetap saja manusia kan?"
Taehyung mengangguk, dia melihat Mona meletakkan roti yang tadi sempat dia beli pada keranjang belanjaan itu. Kembali melangkah, Taehyung setia menemani sang majikan yang kini tengah mencari banyak bahan masakan.
Kegiatan berlalu begitu saja, hari mulai malam memaksa ketiganya untuk mencari makan malam. Tidak akan memungkinkan untuk menunda makan malam hingga sampai di rumah. Mona, Taehyung, dan paman Donghyuk memilih mencari resto siap saji.
Di tempat lain, Jimin baru saja merapihkan toko Namjoon. Pukul 10 malam, laki-laki itu bersiap berganti sift dengan kawannya yang lain. Namjoon keluar dari ruangannya, melihat kini tokonya sudah bersih kembali seperti sediakala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Addiction.
Фанфікиmenjadi orang miskin memang tidaklah mudah. harkat martabat, juga kehormatan manusia seperti Taehyung memang selalu menjadi pertaruhan oleh orang-orang besar di atas sana. namun bisakah dia sebut ini sebuah candu yang hebat? bagaimana dia mewajarkan...